Malam sudah tiba, suasana di rumah Candra saat itu sangat ramai. Banyak sekali teman bisnis Sarah yang datang kerumah, lebih tepatnya mereka merayakan 17 tahun berdirinya perusahaan Sarah.
Kali ini Candra tidak bersembunyi dikamarnya, Jovan menyuruhnya untuk pergi dari rumah sampai besok karena Jovan tidak ingin kejadian seperti saat Cahaya berada disini terulang kembali.
Candra pun pergi ke rumah pohonnya, tak lupa Candra membawa power bank, satu lampu tidur jaket serta bantal tanpa diketahui Jovan.
Semua suara bising dari rumah sedikit terdengar, padahal jarak rumah pohon itu cukup jauh dari rumahnya. "Mama kapan ajak Candra ketemu teman teman mama?" Batin Candra.
Masih jam 7 saat itu dan tentu saja masih terlalu cepat jika Candra harus tidur, karena itu Candra memutuskan untuk menemui Cahaya.
Mereka berjanji untuk bertemu di taman, tak lupa Candra mengingatkan Cahaya untuk menggunakan jaket takut Cahaya akan kedinginan atau masuk angin.
Candra kemudian diam diam pergi ke gudang untuk mengambil sepeda yang ada di sana.
Sepeda itu adalah sepeda milik Jovan, Sarah memberikan itu sebagai kado ulang tahun Jovan yang ke 15 tetapi Jovan tidak menyukai sepeda itu karena warna dan juga modelnya kurang di sukai oleh Jovan.
Candra bisa memakai sepeda itu tanpa rasa takut karena Jovan sendiri yang memberikan sepeda itu dan Sarah juga tidak peduli jika sepeda itu dipakai Candra karena Jovan juga langsung dibawa ke toko sepeda saat itu juga dan sudah membeli sepeda yang dia inginkan meskipun sudah tidak dipakai lagi sekarang.
Candra mendorong sepeda itu diam diam dan keluar melewati gerbang rumahnya dan pergi ke taman untuk menemui Cahaya.
Sesampainya Candra disana, terlihat sudah ada Cahaya disana sedang duduk di kursi taman sambil menatap ponselnya entah apa yang sedang dilihatnya. "Dalam gelap kamu masih bercahaya, apa karena nama kamu Cahaya?" Batin Candra.
Candra pun perlahan melajukan sepedanya untuk menemui Cahaya.
"Cahaya naik, kita jalan jalan aja" ucapnya tepat saat dia sudah berada di depan Cahaya. Cahaya tanpa menjawab pun hanya mengikuti perintah Candra.
Candra mengayuh sepedanya tanpa mengetahui kemana dia akan pergi, bahkan Cahaya juga tidak bertanya kemana Candra akan membawanya terserah Candra saja.
"Kalau saya iri sama Jovan, saya jahat ga sih?" Tanya Candra dan itu sekaligus awal mula percakapan mereka dari hening yang dari tadi menerpa.
"Maksud kamu?"
"Saya kadang iri sama Jovan karena dia selalu dikenalkan ke semua teman mama, sedangkan saya harus selalu bersembunyi"
"Kamu bisa Can, kamu berhak karena kamu punya perasaan"
"Jadi saya ga jahat?"
"Candra ga pernah jahat, Candra adalah anak baik yang dibenci semesta"
Percakapan mereka berhenti disitu, lagi lagi suasana mereka menjadi hening kembali.
Setelah keheningan yang cukup lama menerpa mereka, Cahaya pun memulai percakapan. "Kita makan dulu, aku laper" katanya.
"Ada warung makan didepan, kita kesana aja yah, disana makanannya enak, aku pernah coba" Cahaya hanya mengiyakan itu lalu Candra mengayuh sepedanya sedikit lebih cepat agar mereka lebih cepat sampai di sana.
Mereka duduk di kursi pojok didekat jendela, Candra sedang menunggu Cahaya yang sedang memesan makanan sambil memainkan ponselnya.
Tak lama menunggu, makanan pun datang dan mereka pun makan.
Ditengah tengah makannya mereka, Candra mendapat telfon dari seseorang, Candra pun menghentikan makannya dan beralih mengangkat telfonnya.
"Halo?"
"Dimana lo?"
"Saya lagi di warung makan deket rumah kamu"
"Ngapain kesitu?"
"Saya jalan sama Cahaya dan ga sadar saya bawa dia ke dekat rumah kamu"
"Lo tau kan kalau gue tinggal sendiri?"
"Iya, kenapa memangnya?"
"Nginep di rumah gue bisa? Gue mau keluar tapi ga tau lama apa engga"
"Biasanya kan kamu juga sendirian dirumah dan kalau keluar kamu paling cuma kunci pintu, kenapa sekarang ajak saya?"
"Eee.... Rumah tetangga gue semalem kemalingan, gue udah tanya Jovan sama yang lain buat jagain rumah gue tapi mereka ga bisa, tapi Jovan bilang kebetulan lo lagi ga dibolehin nginep di rumah lo, jadi gue ajakin lo"
"Tumben dia cerewet" batin Candra "Tapi gapapa nih?" Sambung Candra lagi
"Ya"
"Yaudah, saya makan dulu abistuh anterin Cahaya pulang baru kerumah kamu"
"Gausah, biar gue yang anter Cahaya, gue buru buru banget soalnya"
Ditengah percakapan Candra dengan orang itu, tiba tiba saja ada yang masuk dan langsung duduk di dekat Cahaya. "Buruan makannya, gue buru buru" ucap orang itu bersamaan dengan telfon mereka yang ditutup.
"Kak Danu ngapain disini?" Tanya Cahaya bingung.
"Gue yang anter lo pulang, lagian bakal lama kalau lo di anterin Candra pake sepeda" jawab Danu.
"Yah tapi kenapa tiba tiba kak Danu dateng disini?"
"Disuruh Jovan" batin Danu. "udah buruan makan, gue buru buru"
Candra dan Cahaya menyelesaikan makan mereka tak lama kemudian, tapi mereka bingung kenapa Danu tiba tiba membayarkan makanan mereka padahal Danu tidak makan sama sekali.
"Maaf Aya, saya ga bisa anter kamu pulang" ucap Candra.
"Gapapa, lagi pula aku bisa pulang sendiri"
"Tapi kamu diantar Danu gapapa kan?"
"Ga usah" jawab Cahaya.
"Gue pulang sendiri kak, makasih" sambung Cahaya.
"Ga, gue anterin aja, lo juga Can, naik mobil gue anterin Cahaya bareng aja"
"Tapi rumah kamu?"
"Iya iya, lo anterin Cahaya tapi jangan lama lama, gue tunggu"
Candra dan Cahaya akhirnya pulang bersama menaiki sepeda Candra.
"Ga cape kan Can?" Tanya Cahaya khawatir, karena melihat keringat yang bercucuran di wajah Candra.
"Engga kok, kamu tenang aja" jawab Candra langsung.
Akhirnya perjalanan mereka dipenuhi keheningan, Candra berfokus untuk mengayuh sepedanya sedangkan Cahaya sendiri menahan dirinya untuk berbicara kepada Candra karena Cahaya cukup tau kalau laki laki didepannya ini sangat lelah, dia membiarkan Candra fokus mengayuh sepedanya.
🌱🌱🌱
Candra sudah mengantarkan Cahaya pulang dengan selamat. Tadinya Cahaya meminta Candra untuk mampir dan membuatkan minuman untuk Candra, karena sangat terlihat jika Candra kelelahan, wajahnya sangat pucat dibasahi keringat.
Tetapi Candra menolak begitu saja dan langsung pergi saja setelah dia mengatakan selama malam untuk Cahaya.
Tak jauh dari rumah Cahaya, Candra merasakan sesak di dadanya sampai dia kesulitan untuk bernafas, Candra berhenti sebentar untuk mengatur nafasnya Candra juga tidak tau kenapa tiba tiba dia seperti ini, kenapa tiba tiba dia menjadi lemah tidak seperti biasanya.
"Jovan, tolong saya, sesak sekali" batin Candra.
Bersambung.......
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRA DAN SEMESTA ||END
Teen FictionBukan cuma orang orang yang membenci Candra, tetapi juga semesta. Apakah kehidupan Candra akan berubah nantinya? Jangan jupa vote and follow guys Maaf banget kalau banyak typo, baru direvisi kalau udah end nanti SELAMAT MEMBACA