Sudah lebih dari tiga jam kedua wanita yang pernah menjadi sahabat itu menyusuri jalan raya yang semakin sepi. Lupa akan waktu yang terus berjalan, mereka hanya terus mencari keadaan anak yang mereka sayang.
"Candra, mama mohon" ucap Sarah dalam hati. Ia sudah khawatir sejak tadi ketika Dewi memberi tahu kalau Candra tidak di luar negeri. Lantas, jika selama ini anak itu tidak berada di luar negeri dimana dia berada selama ini? Apakah dia makan dengan baik atau apakah tidurnya cukup?
"Sar, kita harus kemana lagi? Lo pasti tau kemana Candra biasa pergi. Lo udah sama dia selama 17 tahun" ucap Dewi disebelah Sarah yang sedang menyetir mobilnya.
"Salah lo sendiri gak bisa jagain anak lo. Selama dia sama gue, dia gak pernah sampe ilang gini"
"Bisa gak sih jangan nyalahin gue dulu? Kita fokus dulu cari Candra"
"Kita udah ke pantai, Akuarium, bahkan panti asuhan kalau kalau Candra sembunyi disana, tapi kita belum ketemu sama Candra. Gue gak tau harus kemana lag—" ucapan Sarah terhenti ketika tiba-tiba saja ponselnya berdering. Terlihat di layar ponsel itu kalau Jovan sedang memanggil.
"Tante Sarah?" Sarah bisa mendengar kalau diseberang sana yang menyahut bukanlah anaknya Jovan tetapi anak dari teman arisannya yaitu Cahaya.
"Kamu Cahaya kan?"
"Iya,tante"
"Kenapa sayang? Kok HPnya Jovan bisa kamu yang pake?"
"Jovan kecelakaan tante, sekarang saya sama temen saya lagi dalam perjalanan ke rumah sakit terdekat"
Pikiran Sarah langsung kosong seketika, rasanya waktunya berhenti begitu saja. Urusan Candra belum selesai tetapi kenapa sekarang Jovan? Kenapa perasaannya harus dibuat semakin kacau seperti Ini? Ia berfikir apakah ini karma yang ia dapat karena perlakuannya kepada Candra selama ini?
"Terimakasih yah informasinya, Cahaya. Saya akan ke rumah sakit sekarang"
"Dewi, berhenti sekarang" ucap Sarah ketika ia sudah menutup teleponnya.
"Kenapa sih? Emang yang nelfon siapa?"
"TURUNIN GUE, DEWI!!! LO CARI CANDRA SENDIRI DULU. GUE HARUS PERGI SEKARANG"
"Sar, Canda bahkan belum kete—"
"GUE JUGA PUNYA JOVAN, DEWI!!! GAK KAYAK LO YANG CUMA PUNYA CANDRA"
Dewi terkejut yang melihat Sarah berteriak histeris seperti itu. Ini pertama kali ia melihat Sarah yang biasanya tenang menjadi lepas kendali. Ia sontak langsung menghentikan mobilnya saat itu juga.
"Lo cari Candra sampe ketemu, gue sekarang mau liat kondisi anak gue" setelah mengatakan, itu, Sarah segera keluar dan menahan taksi yang untungnya melewati jalan itu. Setelah mendapatkan lokasi rumah sakit tempat Jovan dirawat dari cahaya, Sarah langsung pergi ke rumah sakit itu.
Selama perjalanan, Sarah terus merasa cemas. Ia terus menyalahkan dirinya yang terlalu sibuk dengan Candra sampai ia lupa kalau ada orang lain yang harus ia jaga.
"Maafkan mama, Jovan"
Sarah merasa kalau dari awal memang ini salahnya. Kalau saja ia tidak terbawa emosi dan berujung melepaskan Candra, ia bisa terus mengawasi dan menjaga lelaki itu, dan dia juga bisa menjaga Jovan.
"Candra, maaf"
-----
Ruang inap yang sedang di tempati Candra sekarang terlihat sunyi dan sepi, tetapi kesunyian itu hancur ketika tiba-tiba Jefian datang dan membuka pintu secara kasar.
"Ada apa dokter?" Candra yang tadinya sedang berbaring, langsung bangun karena terkejut dengan kedatangan Jefian yang tiba-tiba.
"Jovan ada di UGD sekarang!!"
Deg
Seketika jantung Candra berhenti sejenak ketika mendengar ucapan Jefian barusan.
"Dokter, saya harus bagaimana?" Kalau saya temui Jovan, mereka akan melihat kondisi saya yang sekarang"
Jefian langsung memberikan sebuah tote bag yang ia bawa kepada Candra. "Pake itu, dan pergi temui dia. Saya tunggu kamu di UGD yah? Kondisinya cukup parah jadi saya harus ke UGD sekarang.
Didalam tote bag itu terdapat jaket, celana masker dan topi berwarna hitam, ketika melihat ada pasien gawat darurat yang baru sampai barusan adalah Jovan, ia langsung berlari ke ruangannya dan mengambil baju memang selalu ia simpan disana.
Candra segera pergi ke UGD untuk melihat kondisi Jovan. Tak jauh dari UGD, Candra bisa melihat ada Cahaya dan Riki disana. Jujur, ia takut kalau kedua sahabatnya itu mengenalinya. Tetapi, rasa takut itu seketika menghilang dan berganti menyakiti sedih ketika ia melihat Cahaya dengan sangat jelas tengah meneteskan air mata. Ia ingin memeluk wanita itu, tetapi saat ini ia tidak bisa melakukan apa-apa.
Perlahan ia Candra mulai semakin dekat dengan kedua sahabatnya itu, sepanjang langkahnya ia hanya terus berdoa semoga tidak ada yang mengenalinya.
Candra terus melangkah dan melangkah sampai ia berada tepat di depan UGD. Ia berhenti sejenak lalu menoleh ke arah Jovan yang sedang ditangani oleh dokter, kemudian ia melirik ke arah kedua sahabatnya.
"Cahaya, udah yah, jangan nangis gini. Gue yakin Jovan gak bakal kenapa-napa" ucap Riki disebelah sana yang sedang berusaha menenangkan Cahaya.
"Gue takut, Rik. Gue takut" Isakan itu belum juga berhenti, mengingat bagaimana ia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Jovan tertabrak mobil karena berusaha menyelamatkannya, membuat isakan Cahaya tak kunjung berhenti. Rasa takut dan bersalah terus menyelimuti tubuh dan pikirannya.
"Jovan tuh cowo yang tangguh, kuat, berani, dan bertanggung jawab. Dia masih punya tugas buat ngobatin mental mamanya, buat nemuin Candra, dan buat berdamai sama papa nya. Dia harus nyelesaiin itu dulu, makanya gue yakin dia bakal baik-baik aja. Jovan tuh gak suka kalau tugasnya gak selesai"
Candra tersenyum mendengar ucapan Riki itu. Ia berharap kalau Jovan akan baik-baik saja seperti yang Riki bilang. Ia kembali menoleh ke arah saudaranya, memandangi lelaki itu sampai Candra tak menyadari kalau air matanya ternyata sudah menetes. Seperti Cahaya, ia juga takut.
"Kamu harus baik-baik saja, Jovan, kalau kamu ikutan pergi, nanti yang jaga mama siapa? Jangan buru-buru mau ikut saya, kamu harus menjaga mama sampai rambut mama mulai memutih, sampai kamu memberikan mama cucu, kamu harus berumur panjang untuk menemani mama seumur hidupnya" batin Candra lalu ia kembali melangkah menuju pintu keluar rumah sakit.
"Tuhan, setidaknya selamatkan Jovan, kalau Jovan kenapa-napa, bukan cuma saya yang hancur, tapi juga mama"
Air mata Candra terus mengalir dibalik masker yang ia kenakan. Ia merasa bersalah karena tidak bisa menjaga Jovan, karena saat ini dia tidak bisa melakukan apa-apa untuk Jovan.
Begitu sampai di luar ruamh sakit, Candra kemudian mendongak ke atas melihat bintang yang sangat indah. Ia kemudian mengangkat tangannya dan dan berdoa. "Tuhan, saya tidak apa-apa dipeluk engkau sekarang yang penting Jovan baik-baik saja. Saya tau, tidak seharusnya orang yang hidupnya tidak lama lagi seperti saya sedang berdoa untuk menukar kehidupannya kepada orang lain, tapi saya akan tetap lakukan itu, asalkan saudara saya baik-baik saja"
Setelah itu, Candra kemudian berbalik dan mulai berjalan menuju kamarnya, tetapi tiba-tiba saja seseorang menabrak tubuhnya sehingga topi yang ia kenakan terlepas. Ia panik ketika melihat siapa orang yang menabraknya itu.
"Maaf" ucap wanita yang menabrak Candra. Tetapi Candra yang sedang panik kemudian berlari meninggalkan wanita itu.
"Maafkan Candra, Mama"
Haiii all makasih yah buat yang mau nungguin update, jangan lupa vote and follow yah
SELAMAT MEMBACA 💚💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRA DAN SEMESTA ||END
Teen FictionBukan cuma orang orang yang membenci Candra, tetapi juga semesta. Apakah kehidupan Candra akan berubah nantinya? Jangan jupa vote and follow guys Maaf banget kalau banyak typo, baru direvisi kalau udah end nanti SELAMAT MEMBACA