PART 27

399 26 0
                                    

Jovan terbangun ketika mendengar seseorang membuka pintu kamar mamanya. Saat ini memang Jovan sedang berada di kamar Sarah. Dia menjaga Sarah semalaman karena kondisi sang mama tak kunjung membaik.

"Mama mau kemana? Biar Jovan temenin" Jovan segera berlari dan menghampiri mamanya.

"Mama mau bikin sarapan buat kamu, kamu kan harus sekolah dan mama harus ke kantor"

Mendengar itu, Jovan kembali menutup pintu kamar lalu membawa Sarah duduk di ranjangnya. "Aku gak perlu ke sekolah, Ma. Aku mau jagain mama di rumah. Jangan ke kantor juga hari ini, kondisi mama lagi gak stabil"

Jika kembali membayangkan kejadian semalam, itu akan sangat menyakiti hati Jovan. Malam itu, untuk pertama kalinya Sarah mengadu pada Jovan. Malam itu, Sarah benar-benar melepaskan semua rasa lelah, marah, sedih, dan lukanya yang ia pendam selama ini. Semua yang belum pernah di perlihatkan pada Jovan, malam itu ia tumpahkan semua.

Malam itu, barulah Jovan menyadari kalau mama yang sangat ia sayang dan panuti ini hanyalah seorang yang lemah tetapi berusaha untuk tetap kuat demi tetap menghidupi dirinya dan anaknya.

Melihat Sarah yang semalam sangatlah hancur sampai melukai dirinya sendiri, membuat Jovan yang melihatnya menjadi sangat merasa bersalah. Jovan merasa sangat gagal menjaga Sarah.

Pandangan Jovan kini beralih pada kedua kaki milik Sarah yang selalu tertutupi dengan celana panjang. Seketika air mata Jovan mengalir begitu saja ketika melihat celana berwarna putih itu harus ternodai dengan darah karena Sarah yang ketahuan sedang melukai tubuhnya sendiri.

Semalam, barulah Jovan tau kalau sudah berkali-kali Sarah melukai dirinya sendiri. Ia melukai paha dan kakinya karena masih bisa ia tutup dengan celana dan juga kos kaki. Bodohnya Jovan, ia sekalipun tidak pernah bertanya kenapa Sarah selalu memakai celana panjang meskipun di rumah. Kenapa pertanyaan sepenting itu tidak pernah muncul dibenaknya.

"Jangan nangis, Jovan. Mama gapapa" tangan milik Sarah ia arahkan ke tangan Jovan lalu ia genggam tangan anaknya itu dengan sangat kuat. "Ini bukan salah kamu sayang, ini salah mama karena mama terlalu lemah"

Tangis Jovan semakin pecah ketika mendengar itu. Hatinya benar-benar sakit sampai ia kesulitan bernapas.

"Maaf Mah, maaf karena jadi anak yang gagal"

Sarah langsung menggeleng saat itu juga. "Jovan, engga ada anak yang gagal menjadi seorang anak. Jovan, kamu engga gagal"

Jari jemari milik Sarah kemudian ia gunakan untuk menghapus air mata anaknya itu. "Kamu mandi sekarang yah sayang, mama mau buatkan sarapan"

"Jovan mau jaga mama"

"Mama gapapa sayang, jangan khawatirin mama yah?"

"Kalau gitu mama gak boleh ke kantor. Aku bakal suruh pak Budi buat jaga di depan kamar mama"

"Iya, tapi mama buatkan sarapan dulu"

"Gak usah, Mah, Jovan bisa sarapan dikantin sekolah"

-------

"Kenapa tiba-tiba pindah, Can?" Jawab Cahaya dan Riki secara bersamaan ketika Candra memberi tahu kalau dirinya akan pindah lusa.

"Banyak hal yang terjadi, dan saya setuju untuk pindah"

"Can, kita ada salah sama lo? Atau apa? Bilang sama kita, biar kita minta maaf" ucap Riki.

Candra menggeleng pelan. "Engga ada sama sekali. Saya selalu senang kenal dengan kalian"

"Kalau gitu, aku juga ikut pindah ke sekolah kamu" sambung Cahaya.

"Jangan, Aya. Kamu juga baru pindah ke sekolah ini, jadi, jangan pindah lagi cuma karena saya" jawab Candra lalu ia mengucapkan perkataan selanjutnya didalam hati. "Disini ada kamu, Jovan dan Riki, jadi lenih lebih baik jika saya meninggalkan kalian"

CANDRA DAN SEMESTA ||ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang