Candra sampai di rumah Danu pada tengah malam, Candra terlambat datang karena dia harus berhenti beberapa kali untuk mengambil nafas, Candra merasa sangat lelah, tubuhnya sangat lemas sekarang.
Perlahan dia berjalan dan mengetuk pintu rumah Danu. Sekali ketukan, pintu itu langsung dibukakan oleh Danu seperti Danu sedang menunggunya dari tadi.
"Lama bang--" omongan Danu terhenti saat melihat kondisi Candra saat ini, tubuhnya terlihat pucat dan dipenuhi banyak keringat, bahkan bajunya saat ini sudah basa dipenuhi keringat.
"Kenapa lo?" Tanya Danu.
"Saya boleh minta minum? Saya lelah" jawab Candra.
"Ambil sendiri, lo tau kan dapur dimana, gue ke kamar gue dulu, lo juga pasti tau kamar yg harus lo pake" ucap Danu setelah itu pergi ke kamarnya.
Candra berjalan sekuat tenaga untuk sampai ke dapur, kakinya benar benar terasa berat saat ini. Bahkan saat Candra sampai di dapur, Gelas yang dia pegang saat ini juga terasa sangat berat.
Candra pun mengambil air putih yang ada di kulkas dengan sekuat tenaga dan saat Candra akan meminum air itu tiba tiba gelas itu terjatuh dan membuat gelas itu pecah.
Candra juga ikut terjatuh tepat saat gelas yang dia pegang terjatuh, Candra jatuh di pecahan gelas itu serta pecahan gelas itu mengenai pelipisnya.
Suara gelas yang terjatuh itu cukup besar sehingga membuat suara yang bisa di dengar oleh Danu. Tak lama Danu datang dan terkejut melihat Candra yang saat ini tidak sadarkan diri serta darah yang menetes di pelipisnya.
"Candra, bangun, lo gapapa kan?" Tanya Danu sambil menepuk pipi Candra dengan pelan.
Tidak ada jawaban dari Candra, lelaki itu tetap memejamkan matanya. Karena Danu semakin khawatir, Danu pun menggendong Candra dan membawanya ke kamar tamu.
Setelah membaringkan Candra, dengan cepat Danu menelfon Jovan.
"Van, Candra pingsan"
"Kok bisa? Lo apain dia emang?"
"Tadi dia abis anterin Cahaya pulang, tapi dia sampe rumah gue tubuhnya udah pucat benget, terus dia minta minum, yaudah gue suruh dia ke dapur abistuh gue ke kamar gue"
"Gue bawa ke rumah sakit aja?""Ga usah, udah biarin aja, nanti juga dia sadar"
"Terserah lo deh Van, lagian kalau lo khawatir banget sama Candra, lo gausah sok sokan berlaga benci sama dia"
"Berisik lo! Udah ah, gue mau tidur"
Jovan menurut telfonnya secara sepihak, dia langsung menelfon Cahaya saat itu.
"Hal--"
"Lo apain Candra?"
"Maksud lo?"
"Lo apain Candra!"
"Candra kenapa kak?"
"Gue nanya Aya!"
"Gue ga apa apain kak"
"Candra kenapa?""Ooh oke, ga jadi"
"Kak, Jov--"
sambung dari telfon itu dimatikan secara sepihak lagi oleh Jovan. Cahaya kembali menelfon nya dan Jovan sengaja tidak mengangkat telfon itu dan memilih untuk memblokir nomor Cahaya.
Jovan kembali menelfon Danu saat itu .
"Matiin hp Candra sekarang"
Jovan hanya mengatakan itu dan langsung mematikan telfonnya, bahkan Danu belum sempat menjawab Jovan.
🌱🌱🌱
Candra terbangun dari tidurnya dan terkejut saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 11 siang, itu menandakan dia terlambat masuk sekolah.
Candra langsung bangkit dari tidurnya saat itu juga Candra benar benar panik dan tidak tau akan melakukan apa, Sarah bisa marah jika tau Candra bolos lagi.
Ditengah kepanikannya, pandangan Candra tertuju pada sebuah surat yang ada di sana.
"Gue udah bikinin surat sakit lo, nanti gue kasi Jere, istirahat aja, jangan lupa bilang makasih ke gue karena gue mau direpotkan sama lo, jangan benci sama gue karena gue sering kasar ke lo, anggap ini alasan kenapa lo ga boleh ada rasa dendam ke gue"
Seperti itulah surat yang tertulis di kertas putih itu, Candra langsung duduk dilantai karena dia merasa lega. "Makasih yah Danu"
Candra langsung mengambil ponselnya yang ada di meja dekat kasur. Dia khawatir kalau Cahaya ataupun Riki menghubunginya, Candra tidak mendengarnya karena Candra tertidur tadi.
"Kenapa HP saya mati? Apa Danu yang matiin?" Tanya Candra pada dirinya sendiri.
Candra kemudian menghidupkan ponselnya dan mendapati 10 panggilan tidak terjawab dari Riki dan 15 panggilan tidak terjawab dari Cahaya. Dengan cepat Candra menghubungi Cahaya.
"Candra kamu sakit apa? Kenapa hp kamu mati? Aku sama Riki khawatir banget"
"Maaf, saya ga enak badan, tapi saya gapapa kok"
"Eh Candra, gue khawatir lo diapa apain sama geng nya Jovan, abisnya Jere yang kasi surat sakit lo" Riki ikut menyahut.
"Saya gapapa kok, cuma kecapean, saya juga baru bangun, dan langsung telfon Cahaya"
"Gue duluan kali yang telfon lo" ucap Riki lagi"
"Udah Ki, yang penting Candra udah gapapa""Maaf yah Ki, soalnya Cahaya di panggilan terakhir saya"
"Gapapa kok Can, Riki juga udah engga mempermasalahkan itu, kamu istirahat aja"
"Yaudah, kalau gitu saya mau istirahat"
Setelah menutup telfon itu, Candra memutuskan untuk mandi, setelah itu tak lupa merapihkan tempat tidur yang semalam dia tiduri.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRA DAN SEMESTA ||END
Teen FictionBukan cuma orang orang yang membenci Candra, tetapi juga semesta. Apakah kehidupan Candra akan berubah nantinya? Jangan jupa vote and follow guys Maaf banget kalau banyak typo, baru direvisi kalau udah end nanti SELAMAT MEMBACA