Nandar menghentikan motornya di depan pagar rumah Ayana, cowok itu ngeluarin hape dan menelpon Ayana. Langsung diangkat dan langsung digas.
"APA LAGI ANJIIIIING?!! Sefiya is Sepi Goooo, nanti juga gue berangkat jadi kalau mau duluan ya duluan aja! Sumpah gue nungguin si Abang balik dulu, lo nggak ngerti banget ini di rumah nggak ada orang, nggak ada makanan, bahan pada habis, sampe mie instan juga habis! Gue belum makan, gue lemes, gue nggak bertenaga tau nggak! ATAU KERKOMNYA BESOK AJA LAH!!"
"Masa lemes bisa ngegas?" ucap Nandar sambil tersenyum geli menahan tawanya, "Ngomong kasar lagi." lanjutnya.
"Kok suara lo beda ya Sef- eh, Nandar? HEEE????"
Nandar terkekeh, "Kalau belum makan, seblaknya lain kali aja berarti. Kak Ay keluar deh bawa helm, kita cari makan biar nggak lemes." katanya lalu terdengar suara rusuh krasak krusuk dari balik telpon, entah apa yang dilakukan Ayana.
"Ngapain lo kesini?!" ngegas Ayana membuat Nandar memijit pelan hidungnya coba lebih bersabar menghadapi Ayana, mungkin kalau ini Bintang atau Ajun udah Nandar samperin terus nyeret mereka biar cepat keluar rumah.
"Mau makan nggak, katanya lemes?" tanya Nandar balik, Ayana nggak langsung menjawab membuat Nandar menaikan sebelah alisnya. "Kak Ay?" panggilnya memastikan.
"Mau," cicit Ayana pelan, kayak sengaja banget suaranya dibuat lemes.
Dan Nandar dibuat gemas mendengarnya.
"Ya udah, sekarang keluar." ucap Nandar sambil menahan tawa gemasnya, suara krasak krusuk kembali terdengar. Nandar jadi kepo lagi ngapain Ayana sekarang.
"Tapi belum ganti baju, masih pake seragam. Nanti lo malu bawa gue, gue juga udah kek gembel rambutnya acak-acakan." rengek Ayana terdengar manja, Nandar meringis makin merasa gemas.
"Nggak papa, Nandar juga masih pake seragam, masih kucel." kata Nandar masih dengan senyum tertahannya.
"Bener ya, awas kalau gue keluar lo masih ganteng." ancam Ayana kini membuat Nandar berhasil tertawa.
Sambungan terputus dari pihak Ayana, Nandar kemudian menyempatkan memainkan games online sambil menunggu Ayana keluar dari rumahnya.
Kalau di tunggu-tunggu, ada kali lima belas menit lewat Nandar menunggu tapi Ayana nggak keluar juga. Lama banget.
Sampai akhirnya suara pintu rumah yang tertutup terdengar, Nandar menoleh dan melihat Ayana sedang mengunci pintu dan menyimpan kuncinya di sela-sela ventilasi lalu setelahnya baru jalan menghampiri Nandar. Cowok itu mematikan hape dan memasukannya ke dalam saku celananya, bersiap dengan posisi di atas motornya.
Kening cowok itu berkerut melihat Ayana yang masih pakai seragamnya dengan di double pakai cardigan hijaunya, tapi bukan itu yang bikin Nandar merasa aneh. Wajah Ayana yang terlihat fresh dengan riasan tipisnya, rambut yang cuma setengah dipakai jedai ke belakang, dan ketika sampai di depan Nandar juga wangi parfum khas cewek langsung menyeruak masuk ke hidung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nandar: Kakak Kelas Kesayangan
Fanfiction[completed] "Kak Ay, dewasa bukan diukur dari dia umur berapa aja, walau beda satu tahun, memangnya Kak Ay bisa menjamin Nandar itu slalu berpikir tentang hal-hal sepele seperti belajar dan main doang? Yuk, pacaran, cobain satu hari aja, pasti ketag...