16# Addictive Kiss

467 49 12
                                    

R:19+




"Dua hari ke depan aku bakal susah di hubungin, kamu kalau mau minta kemana-mana tahan dulu ya, atau minta anterin siapa aja asal bilang sama aku." ucap Nandar disela sibuknya tangan memainkan rambut Ayana, sedangkan Ayana yang sibuk makan mengernyit heran.

"Mau kemana emangnya?" tanya Ayana.

"Turnamen," jawab Nandar singkat, Ayana mengangguk pelan dan lanjut makan.

Sekarang mereka berdua di rumah Ayana, duduk di sofa ruang tengah dengan TV yang menyala. Posisi Ayana duduk tegak bersila menghadap TV sambil memangku sepiring nasi dan lauknya dan Nandar di samping agak ke belakang karena menyandar ke punggung sofa sedang memainkan rambut Ayana.

Nandar mampir karena mau lihat Ayana makan, soalnya tadi pas sepanjang jalan pulang sekolah itu Nandar ngajak makan Ayana tapi orangnya nggak mau pengen makan di rumah aja. Alasan sih, tapi karena Nandar ikut masuk ke rumah, jadinya mau nggak mau Ayana makan.

"Ih sumpah bakal kangen banget," celetuk Nandar membuat Ayana tersenyum diam-diam, "Bunda sama Abang pulang jam berapa?" tanyanya kemudian.

"Deket-deket maghrib, atau kadang ke isya juga bisa aja saking sibuknya. Bunda kan Dosen, kalau Abang lagi sibuk-sibuknya sama skripsi." jawab Ayana membuat Nandar merasa lega.

"Masih lama berarti, aku pulangnya nantian ya, masih jam empat juga." kata Nandar lalu di balas deheman Ayana.

Setelah itu hening, Nandar lama-lama ngantuk juga mainin rambut Ayana bahkan udah merem melek sampai akhirnya beneran tidur.

Ayana tak lama selesai makan, cewek itu beranjak membawa piringnya ke dapur mencucinya sebentar sekalian cuci tangan juga. Pas balik lagi ke ruang tengah kaget liat Nandar yang tidur dengan posisi duduk menyandar.

Kemudian Ayana duduk lagi di samping Nandar menepuk pelan pipinya, "Ish jangan tidur, nanti pas pulang juga jadi ngantuk di jalannya." katanya membangunkan, tapi bukannya bangun justru Nandar malah merengek mengambil tangan Ayana lalu memeluknya, kakinya juga naik ke paha Ayana. Ayana menghela nafas, harus sabar.

Ayana mencoba melepas tangan Nandar darinya, tapi dekapannya mengerat. Sampai tiba-tiba Ayana yang gemas memajukan wajah mengecup pipi Nandar.

"Bangun sayang," bisik Ayana setelahnya di telinga Nandar, dapat serangan kecil tiba-tiba Nandar membuka mata menatap tak percaya Ayana yang sudah berani menciumnya duluan.

"Ck, jangan kayak gitu," dengus Nandar dengan pelukan tangan maupun kaki yang makin mengerat.

"Ih kenapa?" tanya Ayana sambil manyun, Nandar geram melihatnya, mana jarak wajah mereka dekat lagi.

Nandar berdecak, "Nggak boleh pokoknya." katanya menatap tajam Ayana.

"Dih, kayak kamu gimana aja sama aku." protes Ayana, Nandar kembali berdecak sebal.

Nandar: Kakak Kelas KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang