Cowok mungil yang duduk di samping Nandar ini berdecak sebal, pesannya tak kunjung dibaca oleh Zellica yang menghilang sejak sore tadi, padahal pas pagi di sekolah tadi masih baik-baik aja sebelum tiba-tiba judes lagi saat pulang sekolah.
Nandar yang sama-sama sedang memainkan hape jadi noleh ke Ari, "Kenapa?" tanyanya menimbulkan perhatian Ajun dan Bintang di brankarnya masing-masing sedang menikmati sarapan mereka yang dikasih dari rumah sakit.
"Jeli susah di chat, telpon gua juga nggak di angkat mulu. Gua nggak paham dia kenapa, tapi ini tiba-tiba banget." keluh Ari kini melempar asal hapenya ke atas meja di depannya lalu cowok itu menyandar ke punggung sofa dengan wajah yang agak frustasi, "Lu ngerasain jadi gua nggak sih, Dar? Temen-temen lu lagi sakit terus ditambah beban cewek lu susah di hubungin, kayak mau nyalahin keadaan tapi gua nggak tau masalahnya si Jeli kenapa bisa jadi kayak gini." katanya pada Nandar tapi Ajun dan Bintang juga bisa mendengar.
"'Cewek lu'?" tanya Bintang heran.
"Hm, cewek gua, udah resmi kemaren malem." jawab Ari dengan santai.
"Kalau si Ratu nggak bisa di hubungin, berarti Jesya juga. Gua nitip pesen ke si Ratu supaya bilang Jesya, hape gua ilang pas tabrakan kemaren." kata Ajun jadi ikutan ngeluh.
Tiba-tiba pintu kamar rawat Bintang dan Ajun terbuka membuat semua cowok di dalamnya itu menoleh dan menangkap kehadiran Ayana.
Tangan Ayana nggak kosong, masing-masing bawa satu kresek putih yang isinya beberapa buah yang dia beli buat Bintang sama Ajun.
Cewek itu menyimpan kedua kresek itu di meja depan sofa yang di dudukin Nandar sama Ari, "Hm, bau-bau kesedihan yang sangat kuat semenjak gue masuk sini." ceplosnya tanpa dosa.
Nandar reflek ngakak dengarnya, sementara ketiga temannya menoleh sinis ke Ayana.
"Sini Kak Ay, duduk," kata Nandar sambil beranjak dari duduknya mempersilahkan Ayana duduk di samping Ari, sementara dirinya sendiri menarik kursi dari samping brankar Ajun.
Ayana nurut aja lalu menoleh ke Ari, "Cewek lo tuh, Kayla apa Ratu?" tanyanya membuat Ari menoleh membalas tatapannya dengan raut bingung.
"Ratu," jawab Ari singkat.
Belum juga Ayana ngomong, Ajun nyeletuk, "Aneh jir denger si Rindu ngomong Ratu, biasa Jeli Jeli mulu." katanya membuat Ari melotot.
"Ari, bukan Rindu!" ketus Ari menegur, Nandar tertawa melihat ekspresi cowok itu yang nyolot banget.
Ajun nyengir, "Reflek euy."
Lanjut ke Ayana, "Dengerin gue heh," katanya menepuk lengan Ari supaya fokus padanya lagi. "Waktu gue ke kantin, pas-pasan kan kita?" tanyanya yang dijawab anggukan Ari.
"Gua abis jajanin Jeli," kata Ari.
"Abis itu lo kemana?" tanya Ayana.
"Ke aula, kumpulan sama anak-anak PMR."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nandar: Kakak Kelas Kesayangan
Fanfiction[completed] "Kak Ay, dewasa bukan diukur dari dia umur berapa aja, walau beda satu tahun, memangnya Kak Ay bisa menjamin Nandar itu slalu berpikir tentang hal-hal sepele seperti belajar dan main doang? Yuk, pacaran, cobain satu hari aja, pasti ketag...