Dua hari berlalu, terakhir Ayana dengan Nandar berkomunikasi pas waktu Nandar jemput ke rumah buat berangkat sekolah bareng. Abis gitu boro-boro ketemu, chat aja jarang. Kayak Ayana chat bilang kangen di jam pulang sekolah, eh Nandar balasnya ketika jam sepuluh malam, itu juga balasnya begini.
Nandar: iya sayang aku juga kangen, nanti ya aku ke rumah abis latihan
Nandar: tapi jangan ditungguin, takutnya malah nggak sempet aku ke rumah
Dan, beneran nggak datang.
Ayana sih santai aja, nggak terlalu memaksa kalau Nandar memang nggak ada waktu ke rumah atau sekedar bertukar pesan. Dua hari buat turnamen kan emang agak sibuk, sekalinya ada waktu kan dipakai buat istirahat. Setidaknya kalau main juga Nandar bakal memilih datang ke rumah teman-temannya di banding Ayana.
Sekarang Ayana lagi bengong depan lab komputer barengan teman-teman kelasnya menunggu giliran mereka masuk berganti pelajaran dengan kelas sebelah yang masih di dalam, dia lagi bayangin momen-momen uwu yang dia lewatin sebelum Nandar sesibuk ini.
Ayana manyun, sial banget kerinduannya semakin menjadi. Sampai tiba-tiba Riki menyempil duduk di antara Ayana dan Sefiya ikut mendengar teman-temannya Ayana yang lagi pada gosip, Riki noleh ke Ayana lalu menyodorkan sebungkus basreng yang dia bawa. Ayana noleh lalu dengan santai nyomot basreng dan memakannya dengan raut sedihnya.
"Lemes amat lu, ngapa?" tanya Riki membuat Ayana makin merengek disela kunyahan basrengnya, Riki memasang wajah julid agak emosi dengan rengekan Ayana yang terkesan lebay. Lalu Riki nyeletuk, "Btw, lo gendutan ya?" katanya.
Ayana melotot, "SERIUS LO?!" jeritnya membuat sebagian teman-teman sekelasnya menoleh, tensi Ayana naik mendengar dirinya gendutan.
"B aja anjing, gua kaget!" ketus Riki hampir tersedak karena kaget.
"Kenapa?" tanya Diya di samping Ayana lainnya.
Ayana lalu berdiri menunjukkan badannya sendiri pada teman-temannya, semua kepala teman-temannya mendongak menatap heran Ayana.
"Kenapa sih Ay?" tanya Maudy juga.
"Gue gendutan?" tanya balik Ayana pada teman-temannya dengan wajah cemas, teman-temannya diam sejenak meneliti badan Ayana.
"Iya ih, gendutan." celetuk Sefiya tanpa dosa.
"Serius Sepiiiiii!!" rengek Ayana menolak keras kenyataan yang bilang dia gendutan.
"Enggak ah, udah kurus kok." kata Kimmy membujuk agar Ayana tak heboh, soalnya Ayana kalau udah di senggol soal badannya memang bakalan berisik.
"No, no, no!! Dia gendutan, fix!" sela Yushi membuat Kimmy menghela nafas, percuma juga dia bohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nandar: Kakak Kelas Kesayangan
Fanfiction[completed] "Kak Ay, dewasa bukan diukur dari dia umur berapa aja, walau beda satu tahun, memangnya Kak Ay bisa menjamin Nandar itu slalu berpikir tentang hal-hal sepele seperti belajar dan main doang? Yuk, pacaran, cobain satu hari aja, pasti ketag...