"SAYANGKUUUU!!" teriakan Jesya di koridor itu membuat sekumpulan anak-anak kelas sebelas yang sedang berkumpul di pinggir lapang menoleh, beberapa kelas dua belas yang dekat juga tak sedikit yang melirik.
Cewek si pemilik deep voice itu berlarian kecil menuju pinggir lapang dengan wajah panik, Nandar yang memang kumpul sendiri dengan ketiga temannya fokus memperhatikan Jesya yang berlarian.
"Astagfirullah, cantik banget cewek gua kalau lagi lari-larian." puji Ajun sambil cengengesan sesaat sebelum Jesya sampai di hadapannya, Nandar dan Ari saling lirik saling ngode kalau Ajun bukan teman mereka.
"Petrik gua mana??? Nggak mau pamitan apa dia sebentar lagi mau jauh-jauhan sama gua??!!!" ngegas Bintang ketika Jesya sampai, Ajun tak terima pacarnya di gas begitu memeluk Jesya sambil menatap tajam Bintang, sementara Jesya sendiri manyun sedih sok tersakiti.
"Biasa aja ngomongnya," ketus Ajun menegur sambil mengusap rambut Jesya, "Sayangku nggak papa kan?" katanya berubah jadi manis pada Jesya.
Bintang mendelik malas melihatnya, Nandar dengan Ari pun sama.
"Masa dia tadi bentak gue??" rengek Jesya malah sengaja sambil menunjuk Bintang, yang ditunjuk memejamkan mata menahan umpatan untuk kedua orang yang overdosis bucin ini.
"Gampang lah, nanti aku pukul anaknya sampe bonyok." kata Ajun merespon membuat Jesya mengangguk nurut sambil tetap manyun, Nandar sama Ari udah ketawa dengarnya sementara Bintang membuang nafas mencoba sabar dan tak ngamuk tiba-tiba.
"Bin," panggil seseorang membuat Bintang serta teman-temannya noleh, ternyata Icel dengan satu paper bag yang dia sodorkan ke Bintang.
"Apaan nih?" tanya Bintang langsung curiga, tapi diambil juga sih dan langsung di intip isinya. "Anjrit, ini apaan?!" katanya sedikit ngegas sambil ngangkat kepala buat tatap saudari tirinya dengan tatapan bertanya.
Ari yang kepoan langsung merebut paper bag dari tangan Bintang dan mengintip isinya bersama Nandar, ada satu selimut kecil digulung dengan motif love berwarna pink, lalu ada minyak angin mini, beberapa vitamin, sarung tangan pink, kaus kaki pink, kupluk dengan bandul bulu-bulu yang berwarna pink juga. Tawa Nandar pecah saat itu juga, mengundang kekepoan Ajun yang kini merebut paper bag dari tangan Ari.
Ajun dan Jesya juga ikut tertawa bersama Nandar, hanya Ari yang diam tapi menunduk menahan tawanya.
"Cewek lu nitip ke gua, katanya jangan sampe lu pulang-pulang langsung sakit. Dia nitip pesen lo harus minum vitaminnya dua kali sehari, minyak anginnya siaga simpen saku, selimut buat bobo atau pas lagi dingin, jangan lupa sarung tangan sama kaus kakinya dipake juga barengan selimut, kalau bisa pake kupluknya dari sekarang tanpa dilepas sampe pulang lagi dan pap ke dia sekarang juga." kata Icel dengan wajah berbinar karena dia juga sedikit meledek Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nandar: Kakak Kelas Kesayangan
Fanfiction[completed] "Kak Ay, dewasa bukan diukur dari dia umur berapa aja, walau beda satu tahun, memangnya Kak Ay bisa menjamin Nandar itu slalu berpikir tentang hal-hal sepele seperti belajar dan main doang? Yuk, pacaran, cobain satu hari aja, pasti ketag...