42# Baikan

181 43 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Suara ketukan pintu membuat Nandar menoleh ke pintu kamarnya, cowok itu diam memperhatikan dari balkon dengan kepala yang menyembul masuk ke kamar.

Lalu suara Ayana terdengar, "Nandar, aku masuk ya." katanya izin sambil membuka pintu kamar lalu menutupnya lagi.

Ini lama-lama jadi Ayana terus yang nyamperin ke rumah Nandar, usahanya keras banget buat bujukin Nandar biar nggak marah kelamaan.

Nandar mengubah posisinya lagi bersantai menyandar pada sofa, menikmati angin malam sambil menyesap rokoknya perlahan. Nggak lupa sekaleng kopi dingin menemani di meja.

Tak lama Ayana muncul membuat Nandar noleh, bibir cewek itu udah manyun aja gara-gara Nandar memperlihatkan wajah tanpa ekspresinya.

"Tadi pagi kan udah peluk aku, masa sekarang masih marah??" rengek Ayana menyimpan asal tas selempangnya di atas meja lalu duduk di samping Nandar dengan tangan yang langsung memaksa melingkar ke pinggang si cowok.

Dalam hati Nandar mengumpat, bisa-bisanya Ayana menguji kesabarannya dengan bertingkah menggemaskan begini.

"Masih lah, kan kamu belum ngomong apa-apa." jawab Nandar santai sambil menolehkan kepala ke samping kanan menjauhkan diri dari wajah Ayana untuk menyesap rokoknya, lalu membuang asapnya juga dengan perlahan.

Ayana melihatnya dari samping kiri, dia menipiskan bibirnya makin merasa bersalah ketika ingat dia juga pernah merokok tanpa diketahui Nandar. Padahal lihat saja cowok ini, bahkan lagi keadaan marah masih bisa menjaga Ayana dari asap rokok.

Soal kuliah aja Nandar marahnya segini, gimana kalau cowok itu tau Ayana pernah merokok? Aduh, gila, membatin nanti Ayana.

Tiba-tiba Ayana kepengen iseng.

"Sayang, aku mau cium." katanya sambil menarik pipi Nandar tapi dengan cepat Nandar menarik jauh tangan Ayana dengan tangan lainnya yang tak memegang rokok.

"Nggak boleh, aku lagi ngerokok." kata Nandar membuat Ayana diam-diam tersenyum mendengarnya.

Sadar nggak sih, Nandar tuh udah nggak sesinis sebelumnya? Berarti sebenarnya Nandar udah nggak marah, cuma memang nunggu Ayana bahas soal kuliahnya aja.

"Tapi aku mau cium," ucap Ayana dengan nada yang memaksa.

"Nggak," ketus Nandar sambil menggeser duduknya sehingga pelukan Ayana terlepas, "Udahlah mending omongin tujuan kamu kesini mau apa?" lanjutnya bermaksud menghindari keinginan Ayana yang sejujurnya Nandar pun mau.

"Mau cium kamu kan," jawab Ayana tanpa dosa, wajahnya yang polos membuat Nandar mendecih.

"Asli, aku marah lagi, mau?" tawar Nandar mengundang bibir manyun Ayana dengan kerutan alisnya tak suka, Ayana kembali merapatkan badannya ke Nandar untuk dipeluknya lagi si pacar.

Nandar: Kakak Kelas KesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang