Bintang melangkahkan kakinya dengan santai memasuki rumah Nandar, Ajun di belakang menyusulnya sambil memain-mainkan kunci motor milik Bintang di tangan.
"Anjrit, udah ngantuk aja gua." ceplos Ajun saat dirinya melewati pintu rumah yang entah kenapa terbuka lebar seolah mempersilahkan Bintang dan Ajun masuk saja walau tanpa salam.
"Tiap-tiap kesini lu ngantuk mulu, heran." kata Bintang menaiki tangga duluan, langsung trobos aja ke kamar Nandar.
Tak lama Ajun juga menginjakkan kaki ke anak tangga dan menaikinya satu persatu, "Rumah Nandar emang hawanya bikin ngantuk Bin, mana adem kan banyak taneman diluar. Gila sih, maling aja bukannya ngambilin barang-barang malah yang ada ikutan molor dia." katanya.
Bintang reflek terkekeh, "Goblok, bisa-bisanya kepikiran begitu."
Setelahnya hening, Ajun nggak balas ucapan Bintang. Mereka hanya terus melangkah sampai akhirnya sampai di lantai dua dan tanpa ragu-ragu belok ke kanan, nggak perlu ragu Bintang membuka pintu kamar Nandar lalu terpaku tiba-tiba.
Ajun di belakang jadi ikut ngerem kakinya karena Bintang yang diam, cowok itu agak mendekat merapat di belakang punggung Bintang dan ikut melihat ke dalam kamar Nandar yang entah apa isinya bikin Bintang tiba-tiba kayak patung gini.
Mata Ajun melebar, lihat temannya yang satu itu. Di atas kasur berdua tindih-tindihan sambil berpelukan bersama sang pacar, enak banget kayak nggak punya banyak dosa ngelakuin posisi haram begitu. Mentang-mentang rumah kosong.
Bahkan Nandar yang membalas tatap kedua temannya kaget di ambang pintu malah santai aja tak merubah posisinya, tapi ketika Ayana yang menyadarinya baru posisi mereka berubah jadi berjarak. Nandar yang tetap berbaring, sementara Ayana jadi duduk.
"Astagfirullah, kelakuan setan." celetuk Ajun menyadarkan Bintang, kemudian kedua cowok itu masuk ke dalam kamar Nandar tanpa menutup pintunya.
"Ngapain? Kenapa nggak chat gua kalau mau kesini?" tanya Nandar sambil menarik tangan Ayana meminta cewek itu untuk mendekat lagi dan memeluknya, tapi Ayana malah menepis tangan Nandar. Malu lah.
"Numpang sebat, mulut gua pait nggak sebat seminggu di rumah sakit." jawab Ajun mewakili Bintang, beneran aja sama apa yang di omonginnya, Ajun langsung ngeluarin sekotak rokok dari saku hoodienya sambil jalan ke balkon Nandar bersama Bintang.
Nandar berdecak, "Nggak usah disini kenapa sih, ganggu." ketusnya tapi nggak di dengar Ajun dan Bintang, kedua temannya itu sudah asik di balkon memulai obrolan. "Sayang peluk lagi ih, biarin aja Ajun sama Bintang." rengeknya kemudian karena Ayana susah banget buat ditarik mendekat.
"Ish, bodoh!" maki Ayana sebal memukul perut Nandar di depannya, tapi Nandar tetap menariknya untuk ikut berbaring di sampingnya membungkus Ayana dengan selimut baru dia peluk layaknya guling, tangan sama kaki naik. "Malu heh ada temennya, lepas ah!" katanya memprotes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nandar: Kakak Kelas Kesayangan
Fanfiction[completed] "Kak Ay, dewasa bukan diukur dari dia umur berapa aja, walau beda satu tahun, memangnya Kak Ay bisa menjamin Nandar itu slalu berpikir tentang hal-hal sepele seperti belajar dan main doang? Yuk, pacaran, cobain satu hari aja, pasti ketag...