Naomi berendam di dalam bathub sambil menikmati sapuan air hangat yang dipercikkannya. Sungguh dia merutuki kebodohannya tadi saat dengan begitu semangat malah menyoraki Alex agar semakin kencang berlarian. Setelah pekikan bak cheerleader, dia tidak bisa menyalahkan semangat Alex yang turut terbakar dan berakhir dengan kejadian awkward.
Bodoh... bodoh!! Naomi mengumpat kesal sambil memukul-mukul air di hadapannya. Bagaimana mungkin dia bisa marah kepada Alex karena telah mencium kepalanya? Di lihat dari sudut pandang manapun, sungguh konyol jika mengatakan itu sebagai pelecehan. Itu hanya reaksi alami saat adrenalin terpacu oleh rasa bahagia.
Tuhan.., bagaimana canggungnya dia tadi setelah pelukan dan ciuman itu berhenti. Naomi hanya bisa menunduk dan sesekali menjawab pertanyaan Alex dengan wajah kikuk. Sempat sekilas melihat wajah Alex yang memerah, mungkin karena kelelahan setelah berlari.
Dalam diam mereka memasuki taksi dan menuju hotel. Tidak, bukan mereka yang diam tapi hanya dirinya yang larut sendiri dalan fikirannya. Alex tetap seperti biasa seperti tidak terjadi apapun. Ya.., memang sebenarnya tidak terjadi apapun. Benarkan?
---------
Tidak lama setelah Naomi selesai mandi dan berpakaian, terdengar suara ketukan pintu dari luar. Di raihnya cardigan berwarna biru untuk menutupi bahu telanjangnya. Malam ini dia memakai dress selutut yang sangat indah dengan tali spagetti menyampir di pundaknya.
Setelah membuka pintu, tampaklah wajah casanova tampan yang seperti biasa selalu memikat. Tampilannya begitu casual dengan celana bahan selutut dan kaos berkerah. Entah karena kejadian siang tadi atau memang penampilan Alex yang lain dari biasanya, Naomi merasakan debaran halus merambati hatinya. Mereka tidak sadar saling memindai penampilan masing-masing. Dan saat kedua mata mereka bersiborok, pelan tapi pasti rona merah menjalar melalui leher sampai ke permukaan wajah Naomi.
Naomi menunduk malu sudah tertangkap basah meneliti Alex. Sementara Alex yang mengamati perubahan warna pada wajah Naomi, sekuat tenaga menahan kepalan tangannya di dalam saku celana. Tatapan matanya begitu tajam membakar ke arah Naomi dan rahangnya menggelatuk frustasi.
"cantik..." bisikan Alex begitu rendah dan terdengar seperti geraman. Naomi bergidik mendengarnya dan mengangkat wajahnya untuk melihat Alex. Betapa terkejutnya dia mendapati Alex begitu dekat dan memandangnya tajam. Wajah Alex sangat merah sampai ke telinga. Otot-otot rahangnya terlihat menegang. Alex sepertinya sangat marah. Tapi kenapa?
"apakah kau marah padaku" Naomi dengan ragu bertanya dengan raut ketakutan. Namun Alex mengabaikan pertanyaan itu dan memalingkan wajahnya ke samping.
"ayo, aku sudah memesan makan malam di restoran hotel". Setelah mengatakan itu, Alex berlalu meninggalkan Naomi. Merasa diabaikan dan juga ketakutan akan perangai Alex, Naomi sedikit tergesa mengikuti langkah lebar pria itu sambil menerka-nerka kesalahan apa yang telah dia perbuat.
Setelah tiba di restoran, seorang pelayan langsung mengarahkan mereka ke meja pesanan. Alex masih mengabaikan Naomi dan menghindari tatapan mata. Begitupun saat pelayan menuliskan pesanan hingga berlalu pergi, Alex tetap tidak bergeming.
Naomi tidak ingin terlarut dalam spekulasinya, dia harus tahu kenapa Alex marah..
"Kau tampak sangat marah, apakah aku melakukan kesalahan padamu?" Naomi menatap Alex dengan wajah penasaran meskipun ketakutan juga tampak terlihat jelas. Sementara Alex terkesiap dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu.
Matanya memindai Naomi dengan intens. Marah katanya? Mana mungkin dia marah terhadap wanita ini. Dia marah pada dirinya sendiri yang begitu putus asa menginginkan Naomi. Tidak tahukan perempuan ini, dia setengah mati menahan diri untuk tidak menerkamnya di depan pintu kamar tadi. Polesan makeup sederhana, dress sederhana yang dengan gilanya justru semakin memancarkan pesona Naomi yang luar biasa. Seakan belum cukup menyiksa, rona merah yang merambat di wajahnya sungguh menyiksa kewarasan Alex. Dia harus secepatnya berpaling sebelum hewan buas primitif keluar dari dalam dirinya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship
RomanceSaat orangtua menjadi pihak ketiga dalam sebuah rumah tangga....