Bab 52

1.8K 148 8
                                    

Daniel sungguh terguncang hebat tak menyangka Naomi akan melontarkan kalimat perpisahan. Nyawanya seakan tercabut paksa, nafas Daniel tampak patah-patah saat jantung begitu kencang memompa aliran darahnya. Dia mulai menyadari bahwa kali ini gertakannya sudah tak lagi mempan untuk memunculkan teror pada sang istri. Malahan sekarang justru serangan itu menghajarnya dengan telak. Sungguh senjata makan tuan.

"Dalam tiga hari aku menunggu gugatan darimu. Jika aku tidak menerimanya sampai batas waktu itu, biar aku sendiri yang akan menggugatmu.."

Naomi bangkit berdiri setelah menancapkan sembilu di hati sang suami, lantas pergi meninggalkan ruangan yang menyesakkan itu. Tak ingin lebih lama disana karena alih-alih bukan penyelesaian yang mereka dapatkan, justru yang ada mereka akan saling menyerang. 

Daniel yang masih pucat pasi mengamati Naomi dengan lekat. Tak berdaya. Itulah kondisi yang bisa menggambarkan dirinya saat ini. Hatinya menjerit meneriakkan nama Naomi, wanita yang sangat dicintainya.

"Naomi.." panggilnya lirih pada wanita yang sama sekali tidak melirik kepadanya. Meninggalkan Daniel dalam kegamangan.

"Kami tidak akan terkecoh meskipun Naomi mencoba melakukan cara murahan dengan menjadikan seolah dirinya korban yang tersakiti.. Ada atau tanpa gugatan, test DNA akan tetap dilakukan" mama Bertha berucap final bahkan sebelum tubuh Naomi menghilang di balik ruangan. Seolah sengaja agar Naomi mendengar suaranya dan menjadi gentar. Tapi Naomi tetap berlalu..

"Semua keputusan ada di tangan Daniel dan Naomi. Biar mereka yang memutuskan.." Ayah Naomi menjawab dengan sabar.

"Lebih baik kita mengambil jeda sebentar untuk menenangkan diri sehingga keputusan apapun yang kita ambil adalah solusi terbaik dengan tidak melibatkan emosi dan hawa nafsu.... Nak Daniel juga Ayah harap bisa berfikir logis, tidak usah mendesak Naomi... Pertimbangkanlah baik buruknya dengan kepala dingin...."

Tersirat pengusiran halus pada kalimat Ayah Naomi, meskipun hal itu memang sengaja dilakukan ketika mendapati menantunya dalam keadaan terpukul. Dia hanya ingin Daniel pulang lalu beristirahat dan tidak terlalu memaksakan keburuntungannya. Dari hasil pengamatannya tadi, kondisi pria itu sesungguhnya yang paling memprihatinkan di ruangan ini. 

Mama Bertha langsung berdiri sambil menarik lengan Daniel. Anaknya itu sudah seperti tubuh tanpa jiwa, namun hati mama Bertha yang dikuasai kemarahan tidak mampu mengamati petanda itu.

"Baiklah kita sudah menemukan titik temu., sebaiknya kami pulang. Biar nanti semua di urus pengacara. Tapi dari pihak kami, bagaimanapun caranya test DNA itu wajib dilakukan..."

Hanya mama Bertha tampaknya yang sepakat dengan permintaan Naomi. Sementara Daniel langsung menggelengkan kepala petanda tidak setuju,

"Mama...." sayangnya dia tak mampu mengungkapkan keberatannya. Segala protes yang ingin dia layangkan hanya mampu tertahan di ujung lidahnya yang kelu. Daniel yang terperosok begitu dalam hanya mengikuti sang mama yang mencengkramnya kuat meninggalkan ruangan itu.

Papa Damien masih diam disana tampak sedang berfikir keras,

"Tak bisakah kita berbaikan saja..? Maksudku.., tidak perlu ada perpisahan dalam pernikahan anak-anak kita.." Papa Damien menatap memohon kepada ayah Naomi yang membalasnya dengan sorot mata teduh. 

"Ini salahku... seharusnya aku bisa melarang istriku yang begitu semangat ingin menikahkan Daniel dengan wanita lain. Aku sudah menganggap Naomi sebagai putriku sendiri... Dan mengenai bayi itu..., entahlah aku belum bisa memutuskan... Rasanya tak percaya jika Naomi nekat melakukan perbuatan asusila... Aku..sungguh bingung..."

Papa Damien berujar dengan penuh penyesalan. Gurat lelah terpantul di wajahnya. Perasaan tak berguna merayapi hatinya.

"Aku dan istriku sama halnya denganmu.. kami hanya ingin yang terbaik untuk anak kami. Saat ini melihat putri yang kami kasihi begitu direndahkan.., rasa-rasanya kami tak pantas untuk memaksakan keinginan kami. Biarlah itu terserah Naomi, kami akan mendukungnya apapun yang terjadi..... Lagipula rasanya aneh jika kau mengatakan telah menganggap Naomi seperti putrimu sendiri..... Orangtua mana yang tega menyetujui putrinya untuk dimadu?"

Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang