Alex dan Naomi memutuskan untuk keluar dari restoran dan melakukan pengecekan lokasi yang akan mereka jadikan kantor pusat. Pembahasan mengenai sistem kerja dan lainnya berjalan sangat lancar.
"Saya rasa hari ini kita sudah mendapatkan keputusan mengenai detail rencana. Tinggal melakukan eksekusi saja... Sudah waktunya saya kembali ke kantor"
Ucapan Naomi itu memutus aura serius yang sedari tadi menguar dalam diskusi mereka.
"Baiklah, saya rasa juga cukup untuk hari ini. Saya puas dengan kesepakatan kita. Mari saya antar Ibu Naomi kembali ke kantor"
Keduanya masih sama-sama memandang sekeling kantor yang akan mereka tempati. Lalu kemudian saling memandang.
"Saya rasa tidak perlu Pak Alex, saya masih harus singgah ke suatu tempat"
"Ayolah Ibu Naomi, sebagai seorang laki-laki tidak mungkin saya membiarkan ibu Naomi pulang sendirian setelah kita melakukan makan siang dan berjalan-jalan. Lagipula Pak Bagas tadi sudah menitipkan Ibu Naomi kepada saya"
Alex tersenyum jenaka saat mengucapkan kata menitipkan sambil mengangkat dua jarinya membentuk tanda kutip.
Naomi akhirnya tersenyum dengan pemilihan kata Alex. "Baiklah kalau begitu, mari berangkat" Naomi lalu berjalan keluar mendahului Alex. Memang rasanya tidak sopan kalau menolak tawaran Alex.
Alex dengan patuh mengikuti Naomi dari belakang. Memandang punggung Naomi yang menggetarkan dirinya, membuat gatal kedua tangannya untuk meraih dan menenggelamkan ke dalam pelukannya.
"Oh ya, setelah penandatanganan akta, kita harus pergi meninjau beberapa lokasi yang sesuai dengan target market. Saya fokuskan di bagian timur yang masih belum begitu terekspose"
Alex melirik sebentar kepada Naomi saat mereka akhirnya sudah berjalan sejajar. Naomi sesekali melirik ke arahnya sehingga Alex melanjutkan penjelasannya
"Ada beberapa pantai di NTT yang belum terjamah tetapi memiliki keindahan yang spektakuler.."
"Pak Alex sudah pernah kesana?" Naomi dengan cepat memotong penjelasan Alex.
"Belum, tetapi ada teman saya yang pernah tugas di NTT yang pernah kesana. Saya sudah melihat fotonya"
"Oke, kirim saya fotonya pak. Saya juga mau lihat. Kalau memang memiliki potensi, kita bisa melakukan survey"
"Good, selain itu ada satu tempat di Pulau Rote yang dari puncak pegunungannya kita bisa langsung melihat benua Australia. Tempat itu juga bisa kita jadikan spot paket wisata"
"Sungguh?" Naomi menghentikan langkahnya karena perasaan takjub. Bola matanya membesar dan menatap Alex dengan pandangan berbinar. Mulutnya sedikit menganga karena syok.
Demi menyaksikan binar itu, seketika Alex lupa caranya bernafas. Tenggorokannya menjadi kering. Keduanya saling memandang dengan perasaan kagum, namun dengan alasan yang berbeda.
"Aku tidak sabar ingin ke tempat itu" aku juga tidak sabar sayang..
"Kita bisa masukkan itu ke dalam list, untuk wisata bawah laut, kita bisa membuatnya di pulau Alor. Kekayaan laut dan terumbu karangnya sangat mengagumkan. Banyak spesies langka dan yang menjadi endemik ada di sana" Alex kembali menjelaskan.
"Masih ada lagi yang seperti itu?"
Setelah tadi mereka melangkah, Naomi kembali menghentikan kakinya. Penampilannya sungguh lugu seperti anak kecil yang penasaran. Alex semakin tidak karuan. Sendi-sendi di tubuhnya mendenyut tidak tertahankan, menanamkan nyeri sampai ke ujung sana.
"Ada, dan masih banyak spot lain" Suara Alex berubah berat. Dirinya sudah terbakar. Jaraknya yang dekat dengan Naomi membuat hidungnya dengan cepat bisa mengendus aroma Naomi. Membuatnya semakin nyeri dan pusing. Sampai kapan dirinya bisa bertahan? Secepatnya dia harus menyingkirkan perempuan ini dari hadapannya sebelum sisi primitifnya mengalahkan dan membungkam nya dengan ciuman panas, himpitan cepat dan konstan.
Arrgghh, si*alan.. Alex memaki dalam hati dirinya yang tenggelam dalam pusaran gairahnya sendiri.
"Tapi sebelum itu, sebaiknya kita fokus terlebih dahulu mengenai pembuatan akta" Alex berlalu cepat mendahului Naomi.
Melihat Alex semakin menjauh, Naomi dengan tergesa mengikuti langkahnya. Alex yang sudah tiba di dekat mobil langsung masuk tanpa menoleh lagi dan disusul oleh Naomi duduk di sebelahnya. Padahal biasanya Alex akan membukakan pintu untuk Naomi. Namun saat ini melakukan hal itu sama saja dengan tindakan bunuh diri. Berada sedekat itu dengan Naomi akan melepaskan naluri liarnya.
Alex sudah mulai menjalankan kendaraannya agar secepatnya ketegangan dalam dirinya segera terurai.
"Aku sangat antusias sekali dengan proyek ini. Bisa melakukan wisata dan di gaji pula. Sungguh menyenangkan"
benar.., sungguh menyenangkan, sayang..
"Karena disana itu spotnya terpisah di pulau-pulau kecil, sepertinya paket wisata yang sesuai adalah eksplore menggunakan kapal pesiar. Tinggal di tentukan daerah mana yang pertama dan selanjutnya di jelajah. Disana juga faktor cuaca sangat berpengaruh. Kemungkinan hempasan angin dari Australia mengakibatkan perubahan arah mata angin yang cepat dan ekstrim.."
Alex sudah bisa menguasai diri. Dan dia sangat bangga akan pengendalian dirinya. Dia menghentikan kendaraannya secara perlahan karena sudah tiba di perempatan lampu merah.
"Menginap di atas kapal di tengah laut?" Naomi kembali memekik oleh rasa takjub. Seketika Alex menoleh ke arahnya. Kembali gelora itu menyerang Alex. Kali ini lebih gila. Mereka berada dalam kotak sempit, hanya mereka berdua. Dan wajah wanita itu sungguh mengundang. Tak sadar mulut Alex sedikit terbuka dan perlahan mendekati wajah Naomi.
Naomi masih belum menyadari apa yang terjadi. Pikirannya dipenuhi oleh bayangan eksotis objek wisata yang akan mereka kelola. Dia masih menunggu Alex menjawab pertanyaannya. Matanya masih memancarkan binar berkilauan. Tidak sedikitpun curiga wajah Alex yang sudah semakin dekat.
Saat pertemuan itu hampir terjadi, tiba-tiba ponsel Naomi berbunyi. Alex terkesiap dan tersadar dari kebodohannya. Menarik tubuhnya untuk menjauh dan memaki dalam hati. Di satu sisi dia bersyukur karena tidak membuat Naomi membencinya. Dan disisi lain dia marah karena kesempatan untuk mereguk kenikmatan hilang sudah. Terjadi pertentangan di dalam hatinya, dan itu sama sekali tidak bisa memadamkan api gairahnya. Justru membuat kepalanya berdenyut nyeri tanpa henti.
"Aku dalam perjalanan pulang menuju kantor. Tapi masih ke toko dulu sebentar"
.....
"ohh.., oke.."
....
"iya, jam 6. Mau makan malam apa, biar aku masak"
....
"....ya..sampai jumpa"
Naomi mengakhiri panggilannya dan segera memasukkan ponsel ke dalam tangannya. Lalu dirinya melirik ke arah Alex. Alex sudah menjalankan kembali kendaraanya.Wajahnya sedikit menegang, urat-urat wajahnya menonjol keras. Dan telinganya memerah. Apakah Alex sakit? Tapi tadi sepertinya dia baik-baik saja.
"mmm, Pak ALex kita langsung ke kantor saja saya tidak jadi ke toko"
"hmmm.." Alex hanya mengguman menjawab Naomi. Dia sangat marah saat ini.
Tentu dirinya tau siapa yang menelpon tadi. Suami Naomi entah siapapun itu namanya. Alex mengeratkan jarinya pada kemudi. Menekan keras rasa frustasinya. Sudahlah dirinya urung melabuhkan bibirnya ke bibir Naomi, seakan tak cukup, moodnya anjlok demi melihat interaksi Naomi dan suaminya. Menyadarkan dirinya bahwa dia tak lebih dari sesosok iblis yang berniat menjadi mesin penghancur. Penghancur rumah tangga wanita yang dikaguminya.
Tapi seolah mengabaikan fakta itu, Alex semakin ingin mengambil Naomi menjadi miliknya. Dan dosa bukan menjadi pertimbangannya.
------
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship
RomanceSaat orangtua menjadi pihak ketiga dalam sebuah rumah tangga....