Pria ini, seseorang yang terdeteksi ingin mendekatinya secara personal ada disini dan menjalin kerjasama simbiosis mutualisme. Posisi mereka sejajar. Dan dengan adanya proyek ini, bisa dipastikan intensitas pertemuan mereka akan semakin sering. Naomi berharap rasa penasaran Alex kepada dirinya akan segera berakhir dan mereka bisa bekerjasama dengan tenang.
"Ibu Naomi, senang bertemu kembali"
Alex memberikan senyuman lebar sambil menggenggam tangan Naomi. Tangannya yang bebas menangkup tangan Naomi yang digenggamnya. Sehingga tangan Naomi berada dalam bungkusan kedua tangan Alex. Matanya tidak lepas memandang perempuan itu membuat Naomi mulai merasa was-was.
Dirinya berusaha melepaskan genggaman Alex. Senatural mungkin menarik tangannya sehingga Alex tidak merasa tersinggung. Meskipun demikian halus, Alex tetap mengetahui arti gerakan Naomi. Pria itu tidak akan memaksa. Dia punya banyak waktu. Alex sungguh tidak menyangka partnernya ini menyertakan Naomi dalam pertemuan. Jika sudah begitu, Alex yakin Naomilah yang di tugaskan untuk mengemban tanggungjawab atas proyek ini.
Memang tujuan Alex menawarkan kerjasama kepada Pak Bagas supaya dia punya kesempatan untuk dekat dengan Naomi. Dia akan menjadikan alasan itu untuk sering berkunjung ke kantor Pak Bagas dan membuat skenario seolah-olah tidak sengaja bertemu Naomi.
Alex merasa tidak cukup alasannya sebagai kreditur untuk sering bertemu dengan Naomi.
Naomi akan punya 1001 cara untuk menghindar. Jika ditambah dengan ikatan kerjasama, Naomi tentu tidak selamanya bisa menghindar.Namun sepertinya semesta sedang mendukung niat Alex. Dirinya semakin yakin mendekati Naomi. Semakin mengaburkan fakta bahwa dia melanggar norma dengan mencoba memikat perempuan yang sudah memiliki suami. Setengah mati dirinya memikirkan cara agar bisa memiliki peluang mendekati Naomi, ternyata hanya dengan sedikit usaha, perempuan itulah yang dengan sendirinya masuk ke dalam perangkap. Hati Alex sungguh berbunga-bunga. Matanya terus memandang Naomi. Bibirnya terus menyunggingkan senyum seperti orang bodoh.
----------
"Silahkan di pilih makanan yang Pak Bagas suka. Menu di restoran ini sudah mendapatkan bintang Michelin. Dan Ibu Naomi saya kasih rekomendasi menu tuna salad dan buffalo wings. Menu itu sangat menggiurkan."
"Baik saya pesan itu saja." Naomi menjawab singkat sambil sesekali membolak-balik daftar menu. Sepenuhnya tidak melirik pria di depannya. Meskipun demikian, Alex tetap menampilkan senyum lebar. Perhatiannya tetap tertuju untuk Naomi. Untungnya Bagas tidak menyadari.
Setelah menyebutkan pesanan mereka kepada waitter yang sedari tadi menunggu, Alex bercakap-cakap singkat kepada Bagas. Naomi hanya mendengarkan, pandangannya terpusat pada benda-benda yang berada di meja.
"Jadi begini Pak Alex, saya sengaja mengikutsertakan Naomi dalam pertemuan ini karena saya sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Naomi. Pak Alex tidak masalah dengan pengaturan yang saya buat kan?".
Jantung Alex berdebar kencang. Meskipun sudah bisa memprediksi, tapi mendengar langsung dari partnernya ini, tetap membuatnya berdegup tidak karuan.
"Tentu saja Pak Bagas" Alex sudah setengah berteriak saking antusiasnya. Hampir saja dia membongkar kedoknya. Namun dengan cepat dia mengendalikan diri. Alex berdehem sebentar setelah menyadari ketololannya.
"Meskipun baru beberapa kali bertemu dengan Ibu Naomi, tapi saya sudah bisa menebak Ibu Naomi adalah seseorang yang bisa diandalkan. Pak Bagas tentu memiliki penilaian yang sama dengan saya.."
Naomi tetap menampilkan wajah datar setelah mendengar jawaban berselebung keinginan untuk menarik perhatiannya. Alex pun juga tetap memasang wajah datarnya. Dirinya yakin pada akhirnya sedikit demi sedikit kerlip kode yang dia nyalakan akan di sambut oleh Naomi.
"Anda benar Pak Alex. Karena mungkin untuk selanjutnya saya tidak akan ikut berpartisipasi dalam pertemuan lainnya. Saya cukup menerima laporan dari Naomi."Nadi dalam seluruh tubuh Alex berdenyut tak terkendali. Adrenalinnya berpacu menggelegak. Oh apakah ini hari ulangtahunnya? Kenapa begitu banyak hadiah yang didapatkannya? Kalau Bagas tidak lagi ikut pertemuan, artinya intensitas pertemuannya dengan Naomi semakin meningkat. Bahkan mungkin bisa terjadi setiap hari.
Jantung Alex hampir meledak demi mendengar hadiah bertubi-tubi yang dia peroleh. Dirinya mendapatkan jackpot. "Sebaiknya untuk pembuatan Akta Pendirian dilakukan minggu depan. Tinggal memutuskan Notaris mana yang kita gunakan. Tapi sepertinya untuk pembuatan Akta, Pak Bagas masih harus turut."
"Anda benar Pak Alex. Sesuai kesepakatan tempo hari, Pak Alex menanamkan 60% modal dan dari saya 40%. Fair enough kalau dari pihak saya yang memegang posisi Wakil Presiden Direktur. Posisi tersebut akan saya serahkan kepada Naomi. Silahkan Pak Alex memberikan satu nama dari pihak Bapak sebagai Presiden Direkturnya". Kedua pria itu memandang Naomi seolah minta persetujuan.
Lalu Naomi menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuan. "Saya sendiri yang akan menjadi Presiden Direkturnya" Alex mengangguk mantap penuh percaya diri. Presdir dan Wakil Presdir.. bukankah itu menggemaskan?
"Woww, saya sangat menyukai semangat anak muda yang menggebu. Saya semakin yakin memutuskan untuk bekerjasama. Prospek ini sepertinya sangat cerah di tangan orang yang tepat"
Tak pelak Bagas tertawa demi melihat Alex yang dengan cepat menyambar omongannya.
"Pasti Pak"
Alex kembali menjawab cepat sambil matanya menatap Naomi dan tersenyum. Naomi membalas senyuman itu, menandakan dia sependapat dengan pemikiran Alex.
"Untuk Notaris, saya tidak masalah jika itu menggunakan notaris dari pihak Bapak Bagas atau dari pihak saya. Tim HRD saya sudah mendapatkan beberapa orang yang kompeten untuk mengisi beberapa lowongan penting. Bapak Bagas juga bisa menambahkan jika diperlukan. Semua penilaian dilakukan secara profesional berdasarkan kapasitas dan kemampuan. Jika orang-orang dari Pak Bagas lebih berkompeten dan track recordnya baik, saya tidak masalah mengganti orang-orang pilihan HRD saya"
"Saya setuju Pak Alex. Memang tim HRD saya juga telah melakukan rekruitment. Untuk pilihan siapa orang yang tepat yang akan mengisi lowongan, sebaiknya Pak Alex berdiskusi dengan Naomi saja. Naomilah yang akan bekerjasama dengan mereka. Biar keputusan Naomi yang juga menjadi pertimbangan"
Bagas melirik Naomi.
"Baik Pak Bagas, saya akan melakukan seleksi dengan Pak Alex" Akhirnya Naomi ikut menanggapi setelah sedari tadi dirinya hanya diam menyimak.
"Baiklah saya rasa semuanya sudah jelas. Untuk rencana selanjutnya biar kalian berdua saja yang mengurus. Kalian bisa lanjutkan diskusi ini, saya masih ada keperluan. Lagipula saya sudah tidak dibutuhkan lagi disini"
Bagas terkekeh kecil oleh omongannya sendiri barusan. Setelah sedikit berbasa-basi, akhirnya Pak Bagas berdiri dan disusul oleh Alex dan Naomi. Lalu mereka bersalaman sebelum akhirnya Pak Bagas berlalu dari hadapan mereka.
"Well Ibu Naomi, sekarang hanya tinggal kita berdua. Saya harap Ibu Naomi tidak perlu bersikap sungkan dengan saya"
"Tentu saja Pak Alex. Lagipula untuk kedepannya bisa saja ada kemungkinan kita berselisih pendapat. Rasa sungkan akan membuat sistem kerja tidak kondusif dan kehilangan esensi dari sebuah kerjasama"
Naomi menyahut dingin dengan wajah datar. Sama sekali tidak menunjukkan bahwa dirinya merasa terintimidasi oleh tatapan intens pria itu
--------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship
RomanceSaat orangtua menjadi pihak ketiga dalam sebuah rumah tangga....