Seakan kesadarannya di tarik paksa, Naomi terdiam membeku menatap adegan yang terpampang di depan matanya. Daniel sedang tertidur di pangkuan seorang wanita muda yang ditemuinya tempo hari. Tangan wanita itu dengan telaten memijat kepala suaminya. Di sudut meja tampak lunchbox yang tersusun rapi. Tidak perlu orang pintar untuk menilai situasi ini.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" Daniel langsung tersentak dan bangkit berdiri dari tidurnya. Intan segera menyadari apa yang terjadi dan mengkerut ketakutan.
"Apa yang sedang seorang pria beristri lakukan diatas pangkuan wanita yang bukan istrinya?" Tanya Naomi tegar dengan sikap menantang, suaranya bergetar menahan gejolak amarah yang perlahan bangkit. Daniel menjadi ciut melihat tampilan Naomi. Ya.., terkadang Daniel bisa kehilangan nyali melihat aura istrinya itu.
"Kau tidak punya mulut untuk menjawabku Daniel?" Daniel yang masih dikuasai keterkejutan masih terjebak dalam aura Naomi yang membuat seluruh ruangan mencekam.
"Aku bisa jelaskan.." Suara lembut dan ragu-ragu milik Intan memecah keheningan namun dengan segera tertelan oleh sahutan suara yang mengalun pelan tapi sarat intimidasi,
"Aku sedang bertanya pada suamiku.. aku tidak mengenalmu dan tidak butuh penjelasan dari orang yang tak ku kenal" Intan langsung merinding mendengar suara dingin itu. Ya.., wanita ini ternyata sungguh mengerikan. Lihat saja Daniel yang tergugu di balik sofa, pria itu juga sudah pucat pasi.
Dengan gamang Daniel sedikit berdeham untuk menetralisir kegugupannya,
"Dia bukan siapa-siapa, tadi kepalaku sedikit pusing dan Intan hanya membantuku.." Intan sungguh kecewa dengan jawaban Daniel. Mereka sudah sah menikah, cepat atau lambat semua pasti terbongkar. Kenapa pria itu tidak langsung mengakuinya. Padahal situasi ini sungguh tepat untuk mengungkapkan kebenaran.
Naomi tertawa hambar oleh jawaban suaminya,
"Siapa yang coba kau bohongi disini Daniel? Apakah setiap perempuan random di luar sana bisa membelai kepalamu saat kau merasa kurang sehat?" Lagi-lagi Intan sakit hati disebut sebagai wanita random bagi Daniel. Tapi dia hanya diam saja karena tidak punya keberanian.
Daniel kesulitan untuk menjawab dan hanya bisa terdiam menunduk.
"Maafkan aku yang lancang tapi--" Intan yang terbata lagi-lagi urung melanjutkan pembelaannya demi melihat tatapan Naomi yang begitu menusuk.
"Sudah aku katakan aku tidak mengenalmu dan tidak butuh penjelasanmu. Daniel adalah suamiku dan aku minta pertanggungjawabannya karena sudah berani tidur dipangkuan wanita lain..." Intan langsung menunduk.
"Bukankah hal itu bisa dikategorikan sebagai pengkhianatan Daniel?" Naomi langsung menembak dengan telak.
"kau boleh mengoreksi asumsiku jika salah, seorang suami dalam ruangan pribadinya berada di pangkuan wanita lain dalam kondisi berbaring pasrah. Menikmati pijatan selepas makan siang yang intim. Posisi kalian sungguh menjelaskan mengenai kedekatan kalian yang tak terbantahkan. Siapa perempuan itu Daniel?"
Jemari Naomi menunjuk langsung ke arah wajah Intan. Jantung Intan berdebar kencang, darahnya dengan cepat mengalir di setiap pembuluh darah. Dia tidak pernah berfikir akan menemukan rival seperti perempuan ini.
Naomi masih berdiri memandang menusuk kedua sejoli itu sambil bersedekap. Dalam hati tertawa miris dengan kenyataan yang tersaji di depannya. Dia bukan orang bodoh yang tidak memahami kedua orang itu sedang bermain hati. Dia mau mendengar pengakuan suaminya.
Daniel berjalan pelan mendekati Naomi..,
"Tetap di tempatmu Daniel dan jelaskan padaku.." Daniel yang di dera rasa bersalah semakin merasa ketakutan. Berharap kejadian ini hanya mimpi. Dia sungguh mencintai Naomi dan tidak mau wanita itu pergi dari hidupnya, tapi sekarang otaknya blank. Rasa frustasi hampir membuatnya menangis. Tapi dengan segala kekuatannya, dia mencoba menguasai keadaan,
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship
RomanceSaat orangtua menjadi pihak ketiga dalam sebuah rumah tangga....