Bab 3

2.5K 132 2
                                    

Setelah menghabiskan makan siang bersama Mila, Naomi pergi diantar oleh supir yang disiapkan perusahannya menuju salah satu kantor pusat sebuah perusahaan distributor makanan cepat saji. Ada beberapa data yang harus di verifikasi sebelum dirinya menyetujui pengajuan pinjaman pendanaan oleh perusahaan tersebut. Dan verifikasi tersebut mengharuskan Naomi untuk melakukan kunjungan langsung.

Sesampainya disana, Naomi langsung diantar ke ruangan Direktur Utama yang sudah menunggu kedatangannya. Kantor ini sangat besar dan megah di topang oleh pilar-pilar mewah yang menjulang tinggi. Desainnya sangat modern dengan warna putih gading yang lembut.

Dari tampilannya, siapapun akan tahu bahwa kantor ini adalah tempat bagi perusahaan-perusahaan bonafid. Kantor ini terdiri dari 52 lantai yang merupakan kantor pusat dari berbagai anak perusahaan. Meskipun demikian, semua kantor tersebut masih dalam satu grup perusahaan. Grup utama membawahi beberapa anak grup lainnya. Anak grup perusahaan tersebut bergerak di bidang perhotelan, property, tambang, proyek pengadaan, beberapa perusahaan makanan dan minuman ringan dan sebagainya.

"Selamat siang Ibu Naomi, selamat datang di perusahaan saya"

Seorang pria berperawakan tinggi tegap bergerak menyapa Naomi sambil megulurkan tangan untuk bersalaman dengan senyum ramahnya yang khas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang pria berperawakan tinggi tegap bergerak menyapa Naomi sambil megulurkan tangan untuk bersalaman dengan senyum ramahnya yang khas. Setelannya rapi dan nampak mahal. Wajahnya asimetris memancarkan aura kepemimpinan yang kharismatik. Naomi menyambut uluran tangan tersebut, dan Alex -nama pria itu- langsung menangkupkan tangannya yang lain untuk menggenggam pengelangan tangan Naomi yang dia gunakan untuk menyambut salamnya.

"Selamat siang Pak Alex senang bertemu dengan anda"

Tentu saja Naomi sudah kenal dengan Alex karena dia sudah melalui beberapa tahap prosedur yang saat ini dalam proses verifikasi data. Alex adalah generasi ketiga pemilik gedung sekaligus owner dari semua perusahaan di gedung ini. Alex memegang salah satu anak grup yang membawahi industri consumer goods diataranya makanan dan minuman, obat-obatan, rokok, dan berbagai keperluan rumah tangga lainnya.

Mereka pertama kali bertemu saat Alex secara langsung datang ke perusahaan Naomi untuk melakukan pengajuan kerjasama pendanaan skala besar. Saat itu Alex menemui atasan Naomi, Pak Bagas. Dan Pak Bagas langsung menyerahkan prosesnya kepada Naomi meskipun keputusan akhir akan tetap di tangan Pak Bagas.

"Silahkan duduk Ibu Naomi. Mau minum apa? Atau makan siang mungkin?" Alex masih memegang tangan Naomi sambil menuntun ke sofa di ruangannya. Barulah Alex melepaskan genggamannya setelah Naomi duduk.

Alex berusaha berbasa basi sambil menatap Naomi dalam tepat di matanya. Senyumnya tidak pernah lepas. Gesture nya secara tersirat berusaha masuk ke dalam personal space Naomi. Naomi sudah biasa menghadapi ini. Klien yang berusaha mencuri atensi, mencitrakan perusahaannya sebagai perusahaan yang layak untuk diajak kerjasama, mencoba menarik perhatian dengan pesona fisik maupun kekuasaan dan segala macam cara lainnya agar semua berjalan sesuai keinginan klien tesebut.

Naomi juga sudah terbiasa dengan stereotype calon klien karena menganggap Naomi terlalu muda untuk posisi ini dan juga kelihatan mudah untuk di manipulasi. Naomi tersenyum pahit dalam hati mengingat hanya Daniel lah yang bisa memanipulasi dirinya. Bukan Naomi tidak tahu permainan Daniel, tetapi Naomi menghargai Daniel sebagai suami dengan segala egonya. Melakukan konfrontasi dengan Daniel akan semakin menyulut pria itu. Naomi hanya ingin terbebas dari drama murahan ala Daniel.

Bagi Naomi sendiri, usaha Alex tersebut itu sah-sah saja. Pun sentuhan Alex masihlah wajar. Kendatipun demikian, itu bukanlah aspek pendukung akan terjadinya sebuah kerjasama. Bagi Naomi, track record perusahaan, resiko, kelayakan dan tingkat pengembalian serta faktor penunjang lainnya yang sama sekali tidak berhubungan dengan penampilan fisik dan senyum menawan adalah kunci terjalinnya kerjasama.

"Saya sudah makan siang Pak Alex. Minuman dingin apa saja kalau tidak merepotkan.." Naomi menjawab sambil tersenyum.

"Tentu saja tidak merepotkan ibu Naomi. saya dengan senang hati memenuhi" 

Alex masih menyunggingkan senyum menawannya, lalu berjalan menuju meja kerja dan menekan intercomnya. Sambil menggumankan serentetatan instruksi kepada sekertarisnya, sudut mata Alex tetap memandang lurus ke arah Naomi. Setelah selesai dengan urusannya, Alex kembali ke sofa untuk bergabung dengan Naomi. Naomi sendiri masih sibuk membaca data-data yang tampil pada layar tabletnya.

Tidak lama sekertaris Alex mengetuk pintu dan meletakkan pesanan Alex dan Naomi diatas meja lalu permisi undur diri.

"Silahkan diminum Ibu Naomi"

"Terima kasih Pak" Naomi langsung menyeruput anggun minumannya dibawah tatapan elang Alex. Tentu saja tatapan itu tidak berefek apapun bagi Naomi. Dia sudah kebal dengan jenis tatapan itu.

"Sudah sampai mana progressnya Ibu Naomi? Apakah masih ada beberapa kendala atau persyaratan yang belum saya penuhi?" Alex bertanya setelah Naomi meletakkan gelasnya. Alex langsung menuju inti pertemuan. Ini yang Naomi suka dari kliennya yang satu ini. Meskipun tatapan pria ini begitu intens dan bagi orang lain-tidak bagi Naomi- membuat tidak nyaman, Alex tetap bekerja secara profesional. Ada saatnya berbasa-basi dan ada saatnya serius.

"Saya mau lihat informasi data profit dan loss di kuartal pertama tahun ini. Juga dokumen legal mengenai informasi mulai berdirinya anak perusahaan. Masih ada beberapa slot yang saya lihat kurang sesuai"

"Okey, ini bisa ibu lihat grafiknya.." Alex memajukan tubuh untuk dapat memperlihatkan tampilan pada tabletnya. " Saya bisa kirimkan detailnya ke Ibu Naomi sekarang" Alex melanjutkan sambil tetap menatap Naomi.

"Begitu lebih baik Pak Alex.." 

Naomi mengangguk mantap yang disambut gerakan lincah jemari Alex pada tabletnya untuk mengirimkan data yang Naomi minta.

Lebih dua jam mereka membahas data yang kurang jelas maupun yang kurang lengkap bagi Naomi. Pembahasan sangat lancar dan menyenangkan karena sosok Alex yang lugas dan menguasai seluk beluk perusahaannya. Naomi bertanya langsung ke intinya tanpa berusaha menutupi sikapnya yang seolah-olah selayaknya tim Satgas anti korupsi. Alex sendiri tidak merasa terganggu dengan cara penyampaian Naomi. Jika banyak orang merasa terintimidasi dengan pembawaan Naomi, namun tidak bagi Alex. Alex sangat mengaggumi sikap Naomi yang menurutnya sangat mempesona.

Sepertinya Alex dan Naomi memiliki beberapa karakter yang sama, yaitu pekerja keras, tegas dan disiplin. Pun dengan mengolah informasi secara spesifik, sehingga tidak banyak kendala yang berarti.

"Oke Pak Alex, sepertinya perusahaan Bapak memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk kerjasama ini"

Naomi menganggukkan kepala setelah membaca data yang diberikan Alex, lalu tersenyum tipis sambil memandang lurus ke arah Alex. Alex menyambut hasil observasi Naomi dengan senyum mengembang. Tetap dengan tatapan intensnya. Matanya fokus mengamati gerakan Naomi.

 Mulai dari sorot matanya yang tajam memandang lawan bicara, tangannya yang bergerak seolah ikut andil untuk menyampaikan maksudnya, dan juga bibirnya. Bibirnya yang penuh dan dilapisi dengan perona merah. Mengeluarkan berbagai ucapan yang lugas tanpa perlu berbasa-basi.

-------

Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang