Bab 50

1.7K 126 5
                                    

Naomi langsung pulang ke rumah dan berkemas. Entah apa yang membawanya sampai memutuskan untuk berencana pergi ke rumah mertua untuk mengadukan suaminya. Dia tidak mau pergi ke rumah orangtuanya. Bagaimanapun Daniel suaminya, jika Naomi salah langkah bisa saja orangtua Naomi jadi membenci Daniel.

Saat hari menjelang malam akhirnya Naomi tiba di rumah mertuanya. Nampaknya papa mertua tidak ada di rumahnya karena tidak ada mobilnya terparkir di garasi.

Mama Bertha yang sedang bersantai tampak terkejut dengan kedatangan Naomi.

"Naomi... dengan siapa kau datang? kenapa tidak mengabari mama?" Naomi mendekat mencium punggung tangan mama mertuanya.

"Maaf mama tadi aku tidak sempat mengabari, mama apa kabar?" Bertha mengamati menantunya. Tidak biasanya hal ini terjadi, pasti ada sesuatu..

"Mama baik.. kamu tidak bersama Daniel?" Bertha menilik belakang punggungg Naomi untuk mencari anaknya, namun tampaknya menantunya ini hanya datang sendirian.

"Tidak ma, Daniel masih ada keperluan.." Naomi sedikit berbohong dan mengikuti mama Bertha yang menggiringnya ke ruang keluarga.

"Apakah ada sesuatu sehingga kamu mendadak datang sendiri tanpa Daniel.." Naomi duduk di sofa sambil meremas jemarinya. Menguatkan hati dia mulai menceritakan kemelut rumah tangganya.

"Mama.. tadi aku menemukan Daniel sedang bersama seorang wanita muda.." di liriknya mama Bertha yang tampak tenang. Karena mertuanya diam saja, dia lalu melanjutkan,

"Tadi..., Daniel mengakui bahwa dia sudah menikah dengan wanita itu.." Nafas Naomi langsung tercekat mengingat peristiwa siang tadi. Sementara mama Bertha masih duduk dengan tenang, sama sekali tidak menampilkan emosi apapun di wajahnya.

"Naomi bingung ma.., makanya Naomi langsung datang kesini untuk menemui mama.."

mama Bertha hanya mengangguk,

"Lalu apakah keluargamu sudah tau?" Reaksi mama Bertha yang begitu tenang langsung membuat Naomi bertanya-tanya dalam hati.

"Tidak mama.., Naomi langsung datang kesini untuk menanyakan pendapat mama.."

Mertuanya nampak menghembuskan nafas lega.

"Naomi...., terkadang pria memang seperti itu.. Mereka mencari sesuatu yang tidak didapat dari pasangannya.."

Dahi Naomi mengernyit mendengar pernyataan mertuanya, kenapa hampir sama dengan yang diutarakan Daniel tadi.?

"Maksud mama?" Sekali lagi mertuanya itu menghembuskan nafas panjang lalu menatap Naomi,

"Kau tahu kan kalau mama sangat menginginkan seorang cucu? Daniel pasti ingin membahagiakan orangtuanya. Sementara dia tidak bisa berharap darimu yang sepertinya enggan memberi keturunan karena masih mengejar karir.."

Naomi langsung tidak terima dengan pernyataan itu. Padahal alasannya jelas bukan karena dia tidak menginginkan anak.

"Mama.., bukankah Naomi sudah menjelaskan memang saat itu kami tidak langsung bisa memberi keturunan. Bukan Naomi menolak atau takut menghalangi karir. Naomi sudah berusaha mama.."

Naomi berusaha menekan rasa frustasinya, bagaimanapun mama Bertha orangtuanya juga.

"Bagaimana kau berusaha sedangkan Daniel bilang kalau kau begitu ambisius dalam karir? Bahkan menghalalkan segala cara meskipun dengan mendekati atasanmu yang sudah tua.. Bisa saja itu bukan kali pertamamu berselingkuh"

Naomi terkejut setengah mati dan airmatanya langsung tumpah dengan tuduhan sang mertua. Fitnah itu sungguh luar biasa melukainya.

"Kenapa dari argumen mama seolah-olah aku yang salah? Ini sudah jelas terbukti Daniel mengakui dia sudah menikah lagi dan mengkhianatiku. Kenapa tuduhan itu malah berbalik menyerangku?" Dengan suara bergetar menahan isak tangis, Naomi memandang nanar wajah mertuanya.

"Daniel punya alasan jelas, dia mau anak. Lalu kau bisa apa?" Naomi sungguh terkejut dengan jawaban mama Bertha yang ketus. Lama dia menatap sang mertua dengan pandangan tidak percaya. Lalu pemikiran itu muncul di kepalanya,

"Jadi mama mengetahui bahwa Daniel sudah menikah?" Tanyanya tanpa mampu menyembunyikan pilu.

"Iya.., mama tahu dan menyetujuinya. Mama sangat menginginkan untuk menimang cucu. Mama tidak bisa mengharapkan itu darimu yang terlalu egois memikirkan diri sendiri.."

Mama Bertha tidak mau berkelit karena cepat atau lambat semua akan terbongkar. Sementara Naomi makin terisak kencang, tak menyangka mereka tega mempermainkannya.

"Naomi mempertanyakan hati nurani mama sebagai seorang perempuan. Apa yang mama lakukan ini tidakkah pernah terfikir kalau seandainya hal yang sama dilakukan oleh papa Damian?" Naomi bertanya putus asa melupakan rasa hormatnya. Namun mama Bertha seketika murka mendengar pertanyaan itu,

"Mama berbeda darimu. Mama mampu memberikan keturunan pada papa Damiean. Lalu memangnya kau apa? Kau hanya bisa membantah suamimu.."

mama Bertha berteriak kencang di hadapan Naomi yang masih sesugukan. Semuanya datang secara beruntun, percekcokan dengan suaminya, fakta bahwa dirinya sudah di madu dan bahkan mertuanya memberikan restu pada pernikahan Daniel. Bak lahar panas yang siap menyembur, bentakan itu pada akhirnya menyulut amarah berkobar di dada Naomi. Tak kalah garang, dia lalu membalas,

"Naomi mampu! Naomi mampu memberikan mama cucu. Naomi sedang hamil ma!!" Naomi melontarkan kata-kata dengan sangat emosional yang seketika membuat mertuanya terkejut. Namun mama Bertha terlanjur tersulut dan membenci Naomi karena membawa-bawa suaminya, langsung saja melakukan gencatan senjata untuk melawan menantunya,

"Belum tentu itu anak Daniel, kau kan hobby berselingkuh?" mama Bertha tidak mau kalah dalam perang urat saraf ini tak peduli meski harus menabur garam pada luka menantunya. Naomi begitu geram dengan tuduhan keji yang di ucapkan mertuanya. Kenapa keluarga ini jahat sekali..

"Tentu saja ini anak Daniel ma. Naomi tidak pernah berselingkuh"

Mama Bertha terlanjur kalap dan tidak mau menerima, dia hanya butuh menyalurkan rasa marah karena sudah tersinggung oleh ucapan Naomi. Akal sehatnya sudah dibutakan,

"Aku tidak yakin itu anak Daniel. Kenapa tidak test DNA saja?" Naomi menganga tidak percaya. Dan sebelum dia mampu menjawab papa Damien muncul,

" Ada apa ini, suara kalian terdengar sampai keluar sana?" Ditatapnya sang menantu yang berwajah sembab. Lalu istrinya yang memerah menahan amarah. Demi melihat sang suami, Bertha langsung menghambur memeluknya sambil menangis mengadu.

"Naomi katanya hamil tetapi aku tidak percaya bahwa itu anak Daniel. Aku meminta test DNA tapi dia tidak mau.." Demian sedikit terkejut dengan informasi itu.

"Benarkan begitu Naomi?" Naomi yang sesugukan berusaha menjawab papa mertuanya

"Naomi memang benar hamil papa, tapi ini anak Daniel. Aku tidak mungkin mengandung orang lain.."

mama Bertha langsung menyambar, "lalu kenapa kau tidak mau melakukan test DNA? atau jangan-jangan kau tidak tahu siapa ayahnya?"

Seketika Damien langsung membentak istrinya, "mama!! sudah cukup. ini tak akan selesai kalau kalian saling berteriak"

Damien sudah cukup pusing memikirkan dirinya yang tak berdaya dengan skenario sang istri. Dan saat ini disuguhkan kabar yang semestinya membuat bahagia sekaligus menyesal karena terlalu terburu-buru menyetujui pernikahan Daniel. Dia tidak tahu harus bereaksi bagaimana sementara istri juga meragukan kehamilan menantunya.

Naomi yang menguatkan hati segera bangkit dari keterpurukannya. Berdiri tegak mengumpulkan serpihan harga diri, dia langsung berujar dingin

"Aku tidak perlu membuktikan apapun pada siapapun. Sudah cukup aku membuang waktu untuk dihina seperti ini. Aku pastikan ini adalah air mata terakhir yang kutumpahkan untuk semua kesakitan yang ku terima dari setiap orang di keluarga ini. Selamat malam.."

Tanpa menunggu jawaban dari mertuanya, Naomi pergi meninggalkan rumah itu. Melupakan semua kejadian pahit yang menimpa hidupnya. Sudah ada nyawa baru yang harus dia jaga. Dia tidak lagi memerlukan omong kosong dari keluarga yang tak punya moral ini.

---------------

Toxic RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang