Suasana sepi menyambut kedatangan Naomi saat tiba di rumah. Padahal mobil Daniel terparkir di garasi namun keberadaan suaminya entah dimana. Naomi menyimpan koper ke dalam kamar lalu berlalu menuju dapur. Dia butuh segelas air putih untuk menuntaskan dahaganya. Saat meneguk air, tiba-tiba sepasang tangan kokoh melingkar di perutnya dan kecupan singkat mendarat di pelipis Naomi.
"Kau sudah pulang sayang?" Daniel menghirup aroma istrinya dari ceruk leher. Tak bisa dipungkiri, bagaimanapun dia merindukan wanita yang dicintainya.
Naomi langsung berbalik dan memeluk erat tubuh Daniel.
"Aku merindukanmu, kau sangat sulit dihubungi" Naomi masih enggan melepas pelukannya begitupun dengan Daniel. Pria itu mengusap-usap punggung Naomi untuk menghantarkan rasa nyaman.
"Maafkan aku tapi memang pekerjaanku sangat banyak. Ada hal-hal yang luput dari prediksiku." Lalu secara tiba-tiba Daniel mengangkat dan mendudukkan Naomi di meja pantri sehingga posisinya sedikit lebih tinggi dibanding suaminya. Pekikan kecil keluar dari keterkejutan Naomi. Tubuhnya terkungkung oleh lengan suaminya dan kecupan-kecupan kecil menyasar menjangkau seluruh tubuhnya.
"Selama aku tidak ada apakah kau jarang di rumah?" Naomi menyisir rambut suaminya dengan penuh kasih sayang.
Daniel mengedikkan bahu dengan santai, "tidak.. aku selalu di rumah sehabis pulang dari kantor" setelah mengatakan itu, bibirnya kembali melabuhkan ciuman bertubi-tubi ke wajah Naomi. Hal itu membuat fokus Naomi jadi bergeser. Padahal dia masih ingin bertanya mengenai kondisi rumah yang seperti sudah beberapa hari tidak di tinggali.
Contohnya posisi wadah-wadah penyimpanan dalam lemari es yang sepertinya tidak ada perubahan sejak terakhir Naomi di rumah ini. Tidak hanya itu, stok cemilan, minuman ringan juga tidak berkurang. Naomi masih ingat sebelum berangkat dia begitu terburu-buru sehingga tidak sempat mencuci gelas kopi, dan gelas itu masih ada disana dengan sisa ampas yang sudah mengering. Biasanya kalau Daniel di rumah, dia memang enggan untuk memasak dan memilih makan diluar. Palingan di rumah suaminya hanya akan memakan camilan yang memang sudah di siapkan Naomi. Meskipun tidak suka memasak, pria itu justru detail masalah kebersihan. Lalu kenapa gelas kopi itu seperti tidak tersentuh?
Remasan kecil pada pinggulnya membuyarkan pikiran Naomi. Ciuman Daniel juga semakin panas sampai-sampai dia terhuyung ke belakang. Setelah berhasil menguasai diri, Naomi dengan senang hati meladeni suaminya. Gairah dan kerinduan sudah membakar keduanya.
"sudah cukup basa-basinya, aku lapar dan ingin memakanmu" Lalu secepatnya Daniel membopong tubuh istrinya menuju kamar yang disambut Naomi dengan sukacita. Dia juga merindukan suaminya.
Namun yang tidak Naomi sadari, suaminya sengaja mengalihkan konsentrasinya untuk tidak mempertanyakan hal-hal yang bisa membongkar rahasia kecilnya. Terlihat jelas keraguan di wajah istrinya saat mendengar informasi bahwa dia selalu di rumah sehabis pulang kerja. Daniel belum siap di cecar, yang bisa dilakukannya hanyalah mencari alternatif untuk menghentikan keingintahuan Naomi.
--------
Naomi memasuki walk in closet untuk mencari pakaian ganti suaminya yang sedang membersihkan diri. Setelah aktivitas melepaskan kerinduan, Daniel langsung bergegas ke kamar mandi. Dahi Naomi mengeryit bingung saat menemukan koper Daniel yang sudah terbuka berada di sudut lemari. Isinya sudah sedikit berantakan. Nampak jelas koper itu baru di buka dan belum sepenuhnya di bongkar. Disaat tangannya terulur untuk memeriksa tiba-tiba tubuhnya di tarik dan sebuah ciuman singgah di bibirnya.
"Aku sudah selesai mandi, kau mandilah sekarang. Aku ingin mengajakmu jalan-jalan" Sebelum Naomi sempat menjawab, Daniel langsung menggiring tubuh istrinya menuju kamar mandi.
"Kenapa ada kopermu yang masih berantakan, apakah kau ada bepergian selama aku pergi?" rupanya distraksi yang dilakukan Daniel belum bisa memadamkan keingintahuan istrinya.
"Itu bukan apa-apa, cepatlah mandi dan kita pergi. Aku sudah kelaparan" Daniel tetap menuntun istrinya untuk keluar dari ruang ganti. Naomi masih ingin protes dan menatap suaminya tepat di kedua mata. Daniel paham akan tatapan menelisik itu sehingga dialihkannya pandangan ke sekitar agar tidak bertatapan dengan istrinya.
Dengan sedikit dorongan di arahkannya Naomi untuk memasuki kamar mandi, kemudian tangannya memukul gemas bokong Naomi.
"sana mandi yang bersih, kau bau.." Daniel terbahak mengejek istrinya yang masih cemberut dan sepertinya enggan untuk menurut.
"Atau kau mau aku memandikanmu? Kupastikan kita tidak hanya mandi di dalam sana" Senyum jahil di wajah Daniel terbit dan membuat Naomi bergidik. Tentu saja Naomi tidak mau dimandikan Daniel. Dia sudah cukup lelah sedari tadi memadu kasih. Mereka butuh jeda sejenak.
"ya..ya..baiklah.. aku bisa sendiri" Naomi langsung masuk meninggalkan Daniel yang masih setia dengan senyum mesumnya. Setelah pintu tertutup, senyum itupun luntur sudah.
Sial.
Tadi Daniel terlalu terburu-buru untuk sampai di rumah sebelum istrinya tiba sehingga belum sempat membereskan koper. Jantungnya berdebar kencang, hampir saja dia ketahuan. Perasaan takut masih membersit dihatinya. Ada setitik rasa bersalah bercokol dalam dirinya. Namun semua sudah terlanjur sejauh ini, tidak mungkin mundur. Kemudian dengan cepat dirapikannya koper tadi.
Tidak butuh lama Naomi sudah selesai mandi dan berpakaian. Saat dia keluar, didapatinya Daniel duduk bersandar di tempat tidur sedang tersenyum dan sibuk dengan ponselnya.
"Sedang apa?" Daniel sedikit tersentak saat tidak sadar Naomi sudah disampingnya dan melirik ke arah ponsel. Buru-buru di matikannnya layar ponsel dan segera dimasukkan ke saku celana. Tampangnya gelapan dalam menjawab,
"Tidak ada....umm kau sudah selesai?" Dengan cepat dia melompat dan mendekati Naomi.
"Tapi tadi sepertinya kau sedang senang. Pesan dari siapa?" Enggan menjawab istrinya, Daniel melabuhkan ciuman di kepala Naomi sembari mengelus rambutnya.
"Bukan apa-apa, yuk.." Dengan sedikit paksaan, Daniel menarik pergelangan tangan Naomi.
Naomi merasa aneh dengan perangai Daniel. Tidak pernah dia seprotektif itu terhadap ponselnya. Memperlakukan ponsel itu seperti barang antik yang tidak bisa di sentuh sembarangan. Biasanya ponsel itu terletak begitu saja bahkan Naomi bebas mengaksesnya. Padahal tadi Naomi hanya melirik sekilas, namun reaksi panik Daniel sungguh berlebihan. Masih jelas dia melihat wajah Daniel yang berseri-seri saat membaca dan mengetik sesuatu di layar tadi. Tapi biarlah, dia tidak mau mendesak suaminya yang bisa memicu keributan. Sudah cukup baik keadaan mereka saat ini.
Sementara itu, Daniel nervous setengah mati. Dia tersenyum kecut dalam hati. Sungguh dia pantas untuk menyabet piala oscar karena kelihaiannya bersandiwara. Aksi kucing-kucingan ini mendebarkan juga ternyata. Sensasi yang ditimbulkan dari bermain gila di belakang sungguh membuatnya lebih hidup dan semakin tertantang. Ternyata tidak buruk juga, dia butuh suasana baru dalam kehidupan rumah tangganya yang monoton.
Tadi dia belum sempat mengabari Intan karena sibuk dengan istri tuanya. Istri kecilnya itu sungguh menggemaskan, alih-alih marah dia malah mengirimkan gambar bagian tubuhnya tempat Daniel meninggalkan jejak dari percintaan liar yang mereka lakukan. Intan bahkan dengan terang-terangan memberikan undangan terbuka untuk mengulangi lagi kegiatan mereka. Tapi untuk saat ini, Daniel tidak langsung menerima undangan itu. Dia baru saja mendapatkan kepuasan dari Naomi.
Ahhh.., nikmatnya punya istri dua...
-------
KAMU SEDANG MEMBACA
Toxic Relationship
RomanceSaat orangtua menjadi pihak ketiga dalam sebuah rumah tangga....