Kami melihat pria tampan itu, dan jangan pula kalian sebagai pembaca kalau aku ini karakter homo ya! Aku cuman memujinya karena dia adalah ciptaan Tuhan. Jadi, aku memujinya sebagai ciptaan Tuhan oke, bukan belok. Lanjut, pria tampan itu membentak-bentak kasir dari toko minimarket itu. Dia menarik kerah bajunya secara tidak sopan. Dia malah meninju wajah sang kasir, sampai tak berdaya. Sialnya, kasirnya sudah tua. Umurnya sekitar 60 tahun, dan tertelungkup dan susah berdiri. Bapak itu butuh dipapah karena kesulitan untuk tegak. Aku yang melihat kondisi itu tidak tega dan langsung menolongnya. Aku membayangkan kalau yang ditendang adalah bapak kandungku, pasti marah.
"Kau pria sipit! Aku ini anak seorang jaksa di London"
Aku mengerutkan kening sekaligus yah, numpang tertawa boleh ya. Aku lihat sepertinya usianya sama denganku. Tapi, mengapa dia seperti anak kecil yang memamerkan kekayaan ayahnha ya? Aduh, kau itu sudah besar bung! Bukan anak-anak yang suka pamer harta orang tua. Jika kau pamer harta orang tua, fix kau itu miskin. Kau tetap masih miskin dan masih mengemis kepada orang tua. Aku membantu bapak ini berdiri bersamaan dengan 3 orang lainnya. Kami rencananya ingin membeli banyak roti. Tapi, melihat insiden ini kami tak boleh diam begitu saja melihat orang tua jatuh. Kami membantunya berdiri.
"Kenapa kau membantu dia?! Pria ini sangat lamban dalam melayani pelanggan tau kau?!!!" Katanya marah-marah.
"Seharusnya anak orang kaya..."
"Persetan dengan kekayaanmu bapakmu" ucapku sambil marah. Aku memotong pembicaraannya, dan dia tak bisa berkata apa-apa. Bapakku juga kaya, punya kekayaan yang berlimpah. Dia juga seorang CEO. Tapi, aku tidak mau bergantung pada ayahku. Aku merantau dari Korea keluar negeri, agar aku bisa mandiri. Tinggal disebuah rumah kecil, yah...mirip dengan rumah yang ada di GTA San Andreas. Minimalis dan nyaman. Tapi aku tidak manja seperti dia. Aku masih sibuk meneliti dilapangan, mencari sebuah fenomena-fenomena aneh yang terjadi dimasyarakat untuk tesisku. Aku punya jalan hidupku sendiri, aku tak mau bergantung dengan ayahku terus-terusan, makanya aku minta supaya ayahku mengantarkan aku kesini.
Aku sadar, kekayaan yang dimiliki bapakku bukanlah milikku. Namun, tetap punya bapakku. Kenapa kalimat sebelumnya malah kaya judul sinetron? Yah, kekayaan bapakku tetap milik dia. Aku, tetap orang miskin yang berada dilevel konglomelarat, walau ayahku memfasilitasi semua keperluanku dengan manjanya. Tetapi aku tetap mengatakan diriku masih miskin. Sebab, aku tidak memiliki kekayaan pribadi.
"Kau itu emang payah ya?! Sudah tua kau malah kurang ajar pada pelanggan!!" Kata pria ini. Aku mengerutkan kening. Yang kurang aja siapa sebenarnya? Pria itu menarik kerah baju si kasir minimarket.
"Kau tidak boleh seperti itu tuan. Bagaimanapun dia orang tua" kata Petra berusaha melepaskan pria yang menarik kerah baju bapak itu. Dia malah menolak Petra. Untung saja ditangkap oleh Alex.
"Maaf tuan muda, saya agak lamban dalam menyelesaikan ini karena faktor usia" bapak ini berusaha minta maaf.
"Tidak ada maaf bagimu tua bangka!" Kata pria ini, aku langsung memukulnya.
Bubh!!!!
Aku meninju mentah pria ini.
"Bapak kau orang kaya ya?" Tanya ku.
"Siapa kau?"
"Aku adalah anak CEO dari salah satu perusahaan mobil di Italia."
Semua orang menganga.
"Aku kaya...sama kaya kau. Tapi aku tidak pamer. Anak mami kau! Mentang-mentang bapak kau jaksa gitu? Seenaknya saja kau permainkan hidup orang. Yang kaya itu bapak kau?! Tau kau?! Kita sebagai anak hanya numpang hidup, malulah kau dikit. Sadar diri kau!" Aku berani menjitak kepalanya.
"Siapa namamu?"
Dia ingin tau namaku.
"Kenapa kau ingin tau namaku? Ini adalah privaci. Nanti kau gunakan namaku untuk melaporkan aku karena bapak kau jaksa. Kau cari tau saja namaku sendiri."
"Aku tidak akan memberitahu" dengan wajah meyakinkan. Tapi aku tak mau, karena aku punya rasa curiga.
"Aku tidak akan memberitahu"
"Perusahaan bapakmu?!"
"Tak akan aku beritahu anak manis. Nanti kau gunakan untuk menjatuhkannya. Karena itu harta bapakku, kau paham? Sadarlah kawan kita sebagai anak itu miskin. Aku yakin, mobil yang kau pakai bukan mutlak milik kau. Kalau seandainya kau durhaka kau bisa diusir dari rumah. Hati-hati ya sama bapakmu" kataku dengan nada mengejek.
Dulu, aku pernah bekerja dikasir. Aku mengotak-ngatik mesin kasirnya. Sementara aku lihat sekilas, temanku mendudukkan bapak itu sambil menenangkannya. Setelah mesinnya bekerja, aku memberikan uang kembaliannya. Saat aku memberikannya ia uang, aku menatapnya tajam.
"Sekali lagi, kalau kau mengandalkan nama bapakmu akan aku hancurkan karier bapakmu lewat via internet. Kau paham itu?"
Pria itu menatapku tajam.
"Hanya anak kecil yang sering mengandalkan bapaknya, kau bukan anak kecil lagi. Cikal hancurnya karier seorang bapak bukan hanya dari wanita yang ia selingkuhi, tapi juga dari anaknya yang menyalahgunakan jabatan sang ayah hanya untuk kepuasan pribadi. Jadi, jangan bangga dengan apa yang bapak mu miliki. Banggalah dengan apa yang kau punya dengan hasil kerja kerasmu sendiri. Bila kau masih membawa nama kekayaan orang tua, itu menunjukan kau itu miskin. "
Pria itu diam seribu bahasa. Dia menerima uang kembaliannya dengan wajah malu. Lalu keluar tanpa ada sepatah katapun. Setelah pria itu pergi, bapak itu mengucapkan terimakasih atas bantuan kami. Sebelum kami pergi, kami mencari bungkusan roti untuk kami bawa sama susu kental manis. Lalu sesudahnya aku membayar apa yang ku beli. Ketika kami membayar, dia menggratiskan semuanya. Karena dia merasa berhutang budi. Berapa kali aku menolak, tapi dia juga menolak bayaran.
"Aku yang bayar. Aku yakin dirumah sakit pasti ada yang menunggu kalian. Ini gratis. Terimakasih"
Ucap pria itu. Dia mengingatkan aku pada mendiang kakekku. Ah, senyumnya membuat aku rindu. Tapi dia sudah disana. Bapak itu tersenyum manis dengan mengatakan sesuatu.
"Kau adalah pemuda yang berfikir panjang."
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE I'M TRISTAN
General FictionAku Han Tristan, atau Han Gi Rae. begini caraku melawan orang yang aneh. Begini pula caraku menghadapi masyarakat tak jelas dengan Fenomena-fenomena aneh. Aku Tristan. Bukan seorang mafia tampan, bukan pula CEO, bukan pula seorang Psycopath ganteng...