Saat kami turun dari bus, 2 orang ini menatapku serius. Terutama Petra. Mereka mengira pasti aku dendam. Aku tidak dendam dengan perempuan itu, percayalah. Buat apa aku dendam pada perempuan yang membuat dirinya menjadi sampah? Aku tak bisa membayangkannya. Wanita yang aku temui kemarin, betapa hancur hatinya.
Kalian para pembaca cerita ini, pasti pernahkan mengalami putus cinta karena selingkuh? Bagaimana rasanya? Sakit bukan? Mau kalian tidak makan, mau kalian menangis semalaman, sampai dibuat naif bahkan paling gilanya ada yang sampai bunuh diri. Tapi masalah pacaran, tidak seberat kalian berumah tangga. Mengapa aku mengatakan demikan? Yang pertama ketika kalian nanti menikah, kalian sudah bersumpah kepada Tuhan dan ribuan undangan untuk setia dengan dia(yang kau sebut pasangan).
Tanggung jawabmu nanti tak hanya pada pasangan, tapi yang lain seperti anak, ekonomi, nafkah batin (hay, kalau bicara soal nafkah batin yang paling kencang itu pria). Tanggung jawabnya besar sekali. Tiba-tiba rumah tangga itu hancur karena orang ke-3 yang merupakan orang asing tak tau diri. Pantas aku kasari, karena mereka datang kalau bukan karena diiming-imingi masa depan, atau mereka yang mata duitan. Kebanyakan seperti itu, mau saja jadi korban pelampiasan. Sekarang orang malah bangga menjadi pelakor.
Aku tidak mengerti jalan pikiran Erica. Apa yang dia pikirkan? Apakah karena pria itu terlihat gagah perkasa? Mapan? Dia menangis overacting tadi. Tapi aku patahkan supaya dia tidak mengelak.
"Panjang juga akal kau kawan. Kalau tidak dia akan menangkismu bahwa wanita selalu benar." Kata Alex.
"Tak akan aku biarkan itu terjadi" kataku pada Alex.
"Tapi, kenapa kau bilang aku pacar pura-puramu"
Aku diam saja. Aku ingin berpacaran denganmu Petra. Tapi aku sadar diri, kalau aku ini tak setampan yang kau kira. Kan begini ceritanya. Intinya aku masih belum pantas untukmu. Aku belum mapan, belum kerja.
"Aku...tak ingin dia mengangguku. Dia.. dia seperti mengajakku untuk bertanggung jawab atas anaknya."
"Benar. Wanita itu" kata Petra ikut jengkel.
Apakah wanita ini cemburu? Cemburu? Mana mungkin? Tipikal dia pasti selevel Robert Pattinson, atau Taylor Lautner. Aku ini, cuman...oi author jangan rasis ya. Aku ganteng kok, tapi pada orang yang tepat.
Saat kami berjalan menuju arah pulang, seorang gadis bermata hazel sedang berlari tergesa-gesa kehadapan kami. Gadis itu aku perkenalkan namanya, Aurelia Mantovani. Dia teman satu jurusan dengan kami. Sekaligus bodyguard ayah.
Gadis itu datang dengan wajah penuh kecemasan. Ada apa dengan gadis ini? Kenapa dia sangat kusut?
"Hi Aurel"
"Artis favorite Steven sudah datang. Kudengar, dia mengejar artis Korea favorite nya itu sampai ke hotel. Aku mohon kepadamu, sebagai orang yang di amanahkan aku titip artis itu kepadamu"
"Sekarang dia dimana?" Tanya Petra.
"Dia sekarang menuju ketempat nenekmu"
"Kenapa ayah tak bilang kepadaku? Aduh"
"Ayahmu sudah menelvonmu, tapi nomormu tidak aktif"
"Kim Beom akan datang kerumahmu?" Tanya Alex.
"Ia dia akan datang kerumahku. "
Saat kami sedang berbincang-bincang tiba-tiba aku mendapatkan televon dari kode negara yang berbeda. Apakah ini terorisr? Aku mengangkatnya.
"Halo"
"Anhyeong Asseo? Igo Tristan-Ssi?"
"Ne!"
Nada dia berbicara sama seperti aku berbicara. Bening dan lunak.
"Kim-Beom ibnida"
What? Wow, untuk pertama kalinya seorang artis menelvonku.
"Kau?? Benaran?"
"Tolong aku, aku diteror oleh seseorang yang bernama Steven Heandeman. Dia mengancam para stafku disini. Sekarang kau dimana? Ayahmu menyuruhku agar aku bertemu dengan mu"
"Aku sekarang di Bibury, kapan kau akan datang?"
"Secepatnya aku akan datang. Steven itu dia sudah memantau ku dari kemarin. Tolonglah aku tuan, aku sedang dalam bahaya"
"Baiklah. Akan ku tunggu kau"
Setelah itu menutup ponselnya. Mau tak mau, aku harus meminta Aurel untuk menelvon ayah agar disiapkan 30 bodyguard dirumah. Kenapa cerita ini berubah menjadi genre setengah fanficion? Oke, yang kufikirkan bagaimana cara melindungi artis yang akan datang ke Inggris.
"Ada apa woi?" Tanya Alex.
"Kim Beom akan datang ke Bibury bersama dengan agensinya. " kataku.
"Apa??" Mereka berdua kaget.
"Kalian berdua bantu aku untuk membereskan rumah. Oke?"
Kenapa kejadian seperti ini ada padaku? Aurel menelvon ayahku agar segera mengirimkan 30 pengawal buat menjaga artis ini. Kalau tidak, dia dalam bahaya. Steven, kenapa dia begini?
"Ayolah kawan. Kita bersih-bersih rumah. Nanti Mr. Kim Beom akan datang" kata Alex.
Padahal aku ingin bersantai-santai didesa. Tapi, entah kenapa aku harus merasakan ini semua?
Kau merepotkan aku Steven. Aurel mengikuti kami berempat. Dia sibuk menelvon ayahku sepanjang perjalanan, tanpa melihat ada kayu karena sibuk menelvon. Namun, sesuatu telah terjadi. Ketika Aurel hampir terjelapak, ada adegan cowok menangkap cewek ala film India. Yang mulai meromantisasi cerita ini adalah, Alex dan Aurel. Mereka saling menatap lama macam drama Korea lama atau macam Rosalinda dengan Fernando. Aku dan Petra tegak pinggang dengan adegan ini. Thor, sebenarnya siapa pemeran utama dalam cerita ini? Aku atau Alex? Kenapa aku belum dipasangkan juga dengan Petra? Risih juga aku. Jangan jadikan marga Han sebagai Sad boy ya? Cukup drama Korea saja dimana marga HAN sebagai sad boy, jangan diriku oke.Tatapan mereka macam sinetron di TV. Anehnya, original sountrack-nya bukan lagu romantis seperti one thousand years tapi bunyi domba yang mengembik.
Mbekkkkk!!!
Rusaklah suasana dalam aura romantismenya. Mereka.
Mereka kemudian berdiri seperti semula.
"Hmmmm terimakasih" mulailah salah tingkah.
Uhm! Sudah pasti jatuh cinta ini. Alex dan Aurel mungkin mereka akan dipasangkan dalam cerita ini. Yah, mereka sama-sama tampan dan cantik. Seharusnya Petra yang jatuh. Tapi ada juga hikmahnya. Kalau Petra jatuh dan posisinya disana, tambah cemburulah saya. Apalagi kalau seandainya yang menangkap adalah Alex, pasti aku cemburu buta. Aurel, kau datang disaat yang tepat.
Kami mulai berjalan berempat menyusuri jalan pedesaan. Domba-domba mulai menyenggol Aurel dan lagi-lagi adegan yang tak ku inginkan terpaksa kami lihat. Aurel tertolong oleh Alex, dan mereka berpelukan tanpa sengaja. Sungguh pengarang cerita ini tidak adil. Kenapa aku dengan Petra seakan masih terjebak di dunia friendzone? Lucunya, seorang pengembala membawakan lagu kuch-kuch hotae macam Kajol dan Sharukkhan saja.
Petra mengelus pundakku dengn senyuman.
Ah, akhirnya datang juga moment romanceku.
"Sabar, Mungkin ini keberuntungan Alex"
Terserahlah, yang penting dikepalaku bagaimana rumah bersih, agar artis Korea yang datang kerumahku bisa nyaman. Televonku kembali berbunyi.
"Halo??"
"Tristan, aku sudah sampai di Bibury"
Pasti Kim Beom ini. Sudah aku duga genre cerita ini adalah genre setengah fiksi penggemar. Tak apa, yang penting Tristan adalah pemeran utama dalam cerita ini.
"Baik, sebentar.."
"Kenapa??" Tanya Petra.
" dia sudah sampai di Bibury"
"Oh My Lord" Alex lalu melepas pelukannya untuk Aurel.
"Benarkah?"
"Jangan sampai tau si Steven oke?"
"Oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
BECAUSE I'M TRISTAN
General FictionAku Han Tristan, atau Han Gi Rae. begini caraku melawan orang yang aneh. Begini pula caraku menghadapi masyarakat tak jelas dengan Fenomena-fenomena aneh. Aku Tristan. Bukan seorang mafia tampan, bukan pula CEO, bukan pula seorang Psycopath ganteng...