25. Dear Pelakor Part 2.

18 1 0
                                    

Sebuah lagu terputar didalam bus. Lagu ini sudah lama ketika aku masih remaja dulu. Kelly Clarkson breakaway. Ini adalah lagu lama yang sangat enak. Dia adalah penyanyi because of you. Jika kalian pernah dengar lagu ini, berarti kalian pernah kecil. Tapi lagu yang kusuk adalah breakaway.

Sebuah lagu yang mengingatkan aku dengan sebuah mimpi, dimana dulu aku punya seorang kekasih. Wanita itu sekarang sedang hamil beberapa bulan. Bus berhenti disuatu halte. Para penumpang mulai naik. Disini, aku melihat seorang perempuan dimana posisinya matanya sembab akibat menangis. Maskaranya luntur. Sosok perempuan yang dulu membuat jantungku berdebar. Dan sekarang perempuan itu adalah sosok yang ku benci karena telah merebut suami orang. Bibirnya bergetar, dan kekasihnya tidak ada disampingnya.

Dia sekarang dalam keadaan hamil besar. Aku merasa dia dalam keadaan hancur. Kami bertiga melihat dia. Pada akhirnya dia melihat kami, apalagi sudut matanya melihat keberadaanku. Dia seakan menatapku dengan keadaan menyesal sambil mengelus calon bayi yang ada didalam kandungannya.

Saat aku melihat Erica, entah kenapa bukannya aku bersimpati malah jijik? Dia sosok yang kupuja sekarang mana? Apakah kau sedang ditimpa sebuah karma? Karma karena merebut suami orang lain? Ketika kau putus denganku, mengapa kau tega merusak kebahagiaan orang lain? Apakah karena pria itu kaya? Atau karena pria itu menggombalimu habis-habisan?

"Tristan!" Dia menyapaku dengan wajah penuh nestapa. Aku memicingkan mataku, sambil pura-pura bersandar dipundak Petra dengan pura-pura mesra.

"Woi Tristan dia menyapamu" kata Alex. Aku membuka mataku kembali dan menatap wajah cantik dengan penuh lirih. Aku menatap Petra sejenak dengan terheran-heran. Mungkin dia merasa aku membuat cemburu mantanku. Konyol sekali, mana mau aku membuat cemburu mantanku dimana dia sudah berani mengusik kehidupan orang lain? Aku menatapnya dengannwajah dingin.

"Tristan....!" Katanya sambil berhenti.

"Apa??!! Kau mau mengatakan kau menyesal setelah kau merusak kebahagiaan orang lain?" Tanyaku dengan menohok.

Aku kalau sudah marah langsung berbicara langsung keintinya. Dia tak bicara sedikitpun. Aku menatapnya dengan serius, sementara dia ketakutan.

"Aku salah Tristan. " katanya.

"Kau memang salah! Telah merusak kebahagiaan orang lain. Apakah pacarmu itu sudah kembali ke istrinya?" Tanyaku.

Dia menunduk malu tanpa berbicara apapun. Erica menangis frustasi.

"Istrinya sedang hamil" kataku. Aku tau semuanya, sebab aku sempat bertemu dengan istri dari pacarnya semalam. Semua seisi bus menatapku dengan terheran-heran. Biarkan saja, ini bukan aib. Biar Erica menjadi contoh bahwa dia adalah sosok wanita yang tak boleh dicontoh sifatnya.

Aku seharusnya tak boleh begini, tapi aku kasihan melihat wanita itu yang menangis karena suaminya. Perlahan-lahan bus semakin sepi, dan tinggal kami berempat. Dia menatapku dengan tampang menyesal. Kurasa dia mengira kalau aku masih mencintainya.

"Apakah kau masih mencintaiku?" Pertanyaan yang tak tau diri itu akhirnya terlontarkan juga. Aku diam sambil marah. Dia tersenyum, kemudian menggandeng tanganku. Aku melepaskannya dengan kasar.

"Aku tidak mencintaimu!" Kataku.

"Bohong. Lalu kenapa kau peduli kepadaku?" Tanya Erica menangis seakan dia meminta aku kembali padanya dengan tampang memelas. Aku tak akan terjebak oleh sandiwara wanita yang satu ini.

"Kau kira aku peduli kepadamu?! Hah, kau salah paham! Aku malah mulai membencimu, sangat! Ternyata lebih berharga seorang pelacur daripada seorang wanita yang merebut suami orang lain"

Aku melontarkan kata-kata pedas dengan lantang. Dia diam seakan dia tidak percaya aku sedang menghinakannya. Aku berani membandingkan dia dengan pelacur. Dia memasang wajah tak terima. Kalau dia tidak terima berarti dia tidak tau diri.

"Kau bilang pelacur lebih...berharga? Hah! Tega kau ya mengatakan aku seperti..."

"kenapa?!! Kau tak terima?!! Kau memang pantas menerima kata-kata kejamku ini. Aku menyesal menjalin cinta denganmu. Aku hampir saja dibuat mati karenamu. Kau tau? Kenapa aku tak mau tidur denganmu sebelum kita menikah? Aku takut kau hancur. Sekarang, buktinya kau hancur sekarangkan? Dulu aku sangat mencintaimu, menghargaimu sebagai seorang perempuan. Tapi kau sendiri tidak menghargainya. Malah lebih parahnya kau merebut suami orang lain, apakah kau gila? Kau cantik, kau sempurna, sehingga aku sempat jatuh cinta padamu. Tapi kau tidak secantik yang aku kira. Kau hanya cantik dari fisik, tapi hati dan akalmu cacat. Tega kau ya merebut suami orang lain. Punya otak tidak?" Aku mengeluarkan kata-kata jahat yang membuatnya diam seribu bahasa, saat aku memotong pembicaraannya.

"Kejam sekali dirimu Tristan. Segitu dendamnya kau kepadaku sampai kata-katamu seperti itu."

"Pantas! Aku tidak bisa menamparmu secara fisik. Aku hanya bisa menamparmu lisan. Sebab aku percaya lisan jauh lebih berbahaya kekuatannya daripada sebilah pisau. Buktinya kau sakit hati. Kau boleh dendam kepadaku setelah ini. Tapi, coba kau fikirkan bagaimana seandainya ibumu bernasib sama? Dimana kau melihat bapak kandungmu sendiri berselingkuh didepanmu, pasti kau marahkan? Kau mana ada fikiranmu kesana? Tidak ada. Perempuan perebut suami orang kebanyakan berakal pendek. Kau contohnya! Akalmu hanya pemuas nafsu. Tidak malukah kau bertemu denganku? Merebut suami orang dengan atas nama cinta. Itu bukan cinta, kau hanya menghadirkan karma. Karma untukmu sendiri. Sekarang kau dapat akibatnya. Aku tidak mencintaimu lagi. Aku malu punya mantan kekasih seperti kau! Menjual harga diri hanya untuk cinta yang tak pasti. Kau terlalu naif Erica."

Erica menangis dengan membulatkan matanya. Dia ingin membalas perkataanku untuk menyangkalnya lagi. Tapi mulutnya bergetar karena memang itu salahnya.

"Tristan, kau benar. Pelacur memang lebih berharga dibandingkan dengan diriku. Aku telah merusak kebahagiaan orang lain. Apakah aku pantas enyah?"

"Kalau kau enyah, siapa yang akan membesarkan anakmu? Wahai perebut suami orang, betapa bodohnya kau sebagai wanita. Pada akhirnya kau dicampakan dan mendapatkan karma yang instan. Tuhan itu Maha hebat dalam memberikan hukuman. Hiduplah, aku berdoa semoga ada sosok pria yang menerimamu apa adanya."

Bus sudah sampai ditempat kami tuju. Kami bertiga turun.

"Tunggu!" Erica memberhentikan langkah kami sejenak. Dia menatap Petra.

"Apakah dia pacarmu?"

"Ia aku pacarnya" ucap Petra berbohong. Erica tak bergeming sama sekali. Kami turun dan mengacuhkan perempuan satu ini. Ini karma bagimu Erica. Karma.

NOTE:
DEAR para pelakor, APAKAH KALIAN TIDAK PUNYA HARGA DIRI?
AKU BERANI BERBICARA LANTARAN BANYAK WANITA YANG MENDERITA SETELAH SUAMINUA DIAMBIL ORANG.

HEY PARA PELAKOR, BAYANGKAN BAPAKMU BERSELINGKUH DIDEPANMU SENDIRI BESERTA DENGAN IBUMU Melihatnya, PASTI KAU MARAH BUKAN?

BEGITU JUGA DENGAN WANITA YANG KAU REBUT SUAMINYA. APALAGI MEREKA SUDAH PUNYA ANAK! JANGAN BERAKAL PENDEK!.

TBC.

BECAUSE I'M TRISTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang