31. Rainy Romantica.

12 0 0
                                    

Aku memeluknya ditengah hujan untuk pertama kalinya. Dia memeluk karena batinnya melihat sebuah poster. Hujan semakin lebat, aku menggaet tangan Petra dengan mesra. Takut jatuh dia saudara-saudara. Semakin lama, paragraftnya bukannya puitis, tapi cringe. Padahal orang yang menempatkan aku sebagai pemeran utama sangat kaku membuat cerita romance.

Baiklah biarkan dia mencoba membuat adegan romantis pada bab ini. Siapa tahu dia bisa dan menciptakan suasana romance macam Alex dan Aurel. Semoga saja, yang membuat cerita ini tidak memasukan lagu-lagu aneh, dan paragraft ini penuh dengan suasana romantis. Mumpun dihari hujan, pasti romantis.

Aku memeluknya ditengah hujan didepan sebuah poster. Dia menatap poster Sulli dengan tatapan sedih. Sulli, semoga kau tetap damai. Para penggemarmu akan selalu mengenangmu. Aku tak bercanda pada paragraft ini. Aku merasakan betul bagaimana dirimu menghadapi situasi sulit pasti sangat berat bagimu bukan. Penggemarmu yang aku peluk, menangis mengenangmu. Aku tau kau dari anggota salah satu grup, kemudian kau bermain drama, kudengar kau punya sahabat juga yang memilih jalan yang sama.

Buat kalian yang pernah membencinya, perangai kalian jauh lebih jahat daripada psikopat!

Aku menarik tangan Petra ditengah area indahnya pemandangan pedesaan. Kami basah-basah ditengah hujan lebat.

Jujur pertama kalinya aku gugup menggam tangannya Petra. Petra itu temanku. Jantung sedang tak karuan. Kemudian, entah kenapa aku jongkok macam seorang gadis didepan Petra.  Aku macam anak SMP yang baru pertama kali gemetar. Aku berfikir, apakah aku harus mengatakannya? Tapi dia itu temanku. Aku tak mau dia jauh dariku.

"Tristan" Petra memanggil. Petra membimbingku berdiri. Apakah aku harus jujur dengan perasaanku, ditengah hujan seperti ini? Aku sudah kedinginan.

"Kau mau bicara apa?"

"Aku.....aku..." aduh, tidak biasanya aku gugup berbicara didepan dia. Petra seperti diam saja.

"Cepatlah, ini masih hujan lebat!"

"Aku takut kalau aku bilang, aku suka padamu apakah kau akan menjauh dariku?"

"???"

Dia mulai bingung, tapi dia seakan sumringah. Hanya saja dia tahan.

"Apakah boleh kalau aku menyukai temanku sendiri?"
Tanyaku pada Petra. Dia pasti bingung dengan pertanyaanku. Hujan semakin lebat, dan aku mengepalkan tanganku.

"Maksudmu?"

"Aku menahannya, karena aku takut kita nanti berjauhan.
Aku suka padamu, aku jatuh dalam bayanganmu.
Tapi kita berteman dalam satu lingkaran pertemanan.
Apakah didunia ini menyukai teman kita sendiri itu tidak boleh?
Banyak orang yang bilang jika menyukai teman kita, persahabatan akan retak.
Aku menahannya, karena aku takut.
Aku takut kalau kau tidak menyukaiku lalu kau jauh dariku,
Pasti akan terasa berbeda bukan?
Memang benar kata orang persahabatan antara laki-laki dan perempuan, salah satunya pasti akan ada yang jatuh cinta. Aku takut kalau..." gila, aku ini bicara apa? Kenapa aku seperti seorang gadis?

"Aku menunggumu Tristan"

Tiba-tiba dia memotong pembicaraanku. Menunggu apa? Maksudnya?

Kami berdua diam sejenak.

"Aku tidak suka sebenarnya kalau kau dekat dengan gadis lain. Aku menahan cemburu untukmu. Aku tidak suka pada gadis lain, aku sudah lama mengejarmu sejak pertama kali bertemu, tapi kau menganggap aku teman. Itu membuat aku menangis dalam kamar. Saat kau memilih Erica, hatiku hancur. Aku mencoba kembali menganggapmu teman. Tapi sesungguhnya, jantungku selalu berdesir kala aku dekat denganmu. Apakah aku boleh menyukai temanku?"

Sebuah pertanyaan yang sama terlontar dari mulut seorang gadis. Apakah dia menyukaiku juga? Aku menyentuh wajahnya dari jarak yang dekat, kami saling bertatapan dengan tatapan yang dalam. Dia menutup matanya sambil menggenggam kedua tanganku. Menyatukan kepala kami, lalu mencium pipinya ditengah hujan lebat. Aku menyukaimu, aku menyukaimu. Lalu aku berhenti sejenak.

"Aku menyukaimu" kataku pada Petra bersungguh-sungguh.

"Aku sangat menyukaimu" kataku lagi. Aku menyukaimu, menyukaimu dan menyukaimu. Hanya itu yang bisa aku bilang. Detak jantung ini tidak terkontrol saat. Dia lalu memeluku, dan mencium leherku.

"Akupun..aku mencintaimu Tristan. Aku mencintaimu...mencintaimu"

Kemudian, dia menatapku kembali.

"Kapan kita berkencan Tristan?" Dia sudah menanyai kencan?

"Ayo kita berkencan Tristan. Ayolah, aku sudah lama ingin berkencan denganmu"

"Baiklah, tapi setelah ini. Kita selesaikan masalah Steven Ok"

"Oke...."

BECAUSE I'M TRISTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang