36. Anggap Saja Musik!

9 0 0
                                    


Sebelum kita membahas tentang part selanjutnya, mari akan aku jelaskan kenapa aku benci  dengan sifatnya Calvin? Calvin dikatagorikan sebagai orang yang kurang mampu. Dia kurang populer dan dia sering dibully. Karena kami kasihan, kami rangkul dia sebagai kawan. Dulu, sebelum diriku kenal dengan Petra dan Alex, dulu sekelompok dengan komplotan anak orang kaya semua. Ada Aurel, diriku, Peando, Marko ,Lawliet, George dan juga Leo. Mereka semua adalah komplotan anak orang kaya. Kami ini, adalah pusat perhatian bagi anak-anak kampus terutama senior. Jadi, salah seorang diantara teman-teman kampus ada yang tidak bisa berbaur dengan orang lain karena dia merasa dirinya miskin. Orang miskin susah mendapatkan teman. Akhirnya Peando menggaet dia sebagai kawan. Dia bergabung bersama kami, dan tertawa lepas bersama kami. Semua orang iri dengan Calvin. Karena banyak orang-orang dikampus ingin sekali satu gank dengan kami. Jadi terpilihlah si Calvin.

Awalnya, pertemanan kami itu berjalan dengan baik. Namun lambat laut aku melihat gelagatnya Calvin. Calvin sering sekali meminjamkan uang dengan janji bahwa dia akan mengembalikannya segera. Uang yang dia pinjam kepada kami itu tidak kecil, tapi besar.  Diantara kami semua dia sering meminjam uang kepada Peando. Peando ini orangnya mudah sekali diperdaya oleh Calvin. Ini yang membuat aku merasa risih dengan kehadiran Calvin. Kenapa dia meminjam segitu banyaknya. Alasannya, dia meminjam uang kepada Peando karena membuka bisnis. Ternyata setelah aku telusuri, dia meminjam uang untuk membeli mobil, membeli pakaian mahal, bahkan perhiasan. Sampai Peando berada dipuncak paling bawah. Teman-teman semuanya menjauhi dia. Bahkan Calvin yang tidak tau diri itu hanya menonton dan tidak menolong sama sekali. Melihat kelakuan mereka semua, aku marah besar kepada mereka. Terutama kepada Calvin yang tidak tau diuntung ini. Aku benci padanya, begitu juga dengan Aurel yang lebih memilih keluar dari gank tersebut. Lalu, aku datang kerumah Peando membantunya menaikan drajatnya kembali. Sampai akhirnya dia menjadi juru bicara ayahku dengan gaji yang mumpuni.

Semenjak itu aku mulai murung dan berpisah dari mereka. Pertemanan macam apa itu. Hingga aku kenal dengan Alex dan juga Petra dalam satu kelompok matakuliah. Disitulah kami mulai dekat. Bahkan mereka berdua sangat tulus dan selalu berada disisiku. Buktinya sekarang mereka mau membantuku.

Calvin kembali mendatangiku, saat apa yang kami pesan juga datang.

"Apa lagi kau ha??" tanyaku dengan masam.

"Kita bisa berteman lagi bukan"

"Ini tuan kopinya. Dan ini juga nona" Kami menerima pesanan yang paling mahal. Dia duduk menggangu waktu berduaan kami.

"Tidak bisa"

"Kenapa? akukan bisa menjadi temanmu yang baik"

Aku kemudian menatap Calvin dengan tampang senyuman penuh cemooh.

"mukamu penuh dengan cor semen ya. Tidak tau malu, bahkan beraninya kau berteman denganku lagi. Otak kau kemana? Siapalagi harta yang ingin kau ambil? Berapa banyak kau butuh uang?"

Mendengar itu, pria ini mulai membulatkan matanya. Dia marah kepadaku seolah-olah pertanyaanku menjatuhkan harga dirinya sebagai seorang pria. Sementara diriku menganggap dirinya lucu.

"Kau pikir aku ini miskin ya?"

"memang! Buktinya kau hidup diatas hutang-hutangmu kepada Peando."

"Peando yang memberikan aku semuanya..." Dia mulai beralasan sampai aku potong pembicaraannya.

"Kapan???! Kau pinjam uang kepada Peando dengan jumlah yang sangat besar. Dia suka rela MEMINJAMKAN KAU UANG DENGAN JUMLAH TAK KIRA-KIRA"

Mendengar itu semuanya melihatku. Ini saatnya aku menagih hutang dengan cara yang ekstrim. Mempermalukan dia didepan orang lain. Teman-temannya datang, dimana separuh teman-temanku ada yang segank dengan dia. Marko.

"Hahahahahahahahahahahahahaha" Aku tertawa melihat Marko.

"Kau betah ya, berteman dengan dia. Berapa banyak hartamu yang sudah dihabiskan dia Marko? Sudah lama rasanya kita tidak bertemu. Hai" Tanyaku pada Marko dengan tampang rindu, tapi aku kesal dengannya.

"Tristan, apakah kau tidak memperbolehkan aku berteman dengan Marko?"

"Sebenarnya tidak boleh. Karena, kau berteman dengan dia karena uang.  NANTI KALAU UANG DIA HABIS, KAU TINGGALKAN JUGA DIA !!!" Aku meluapkan kekesalanku pada Calvin yang aku pendam selama ini. Calvin diam seribu bahasa ketika aku berada dipuncak kemarahan.

"Peando membencimu. Sangat! Kalau kau minta dengan dia, kau harus bayar dengan hutang yang kau pinjam. Kalau tidak, aku akan minta pihak polisi untuk mengembalikan semuanya. "

"Jangan-jangan Tristan. Aku janji akan membayar semua hutangku"

Dia terus berjanji kepadaku. Tapi aku sudah muak dengan janjinya itu. Sekarang dia berlutut untuk memohon. Tapi, jangan di berharap  kalau aku akan mengabulkannya. Dia ini adalah makhluk overakting. Aku benci dengan manusia munafik dimana mereka tidak memegang janji.

"Pelayan!"aku memanggil pelayan cafe milik ayahku ini.

"Ia tuan"

"Kau geledah orang ini, ambil isi dompetnya. Aku yakin didalam sakunya ada uang. Marko, bisakah kau mengambil kunci mobilnya untukku?" Aku meminta Marko. Marko menurut saja. Ini saatnya aku menagih hutang dengan cara yang jahat.

"Kau, telepone polisi"

"Jangan Tristan!" Pintanya memohon.

"Kau tidak bisa aku maafkan. Peando memintaku, untuk memaksamu membayar semua hutangnya"

Kini aku buat orang ini tidak berdaya. Aku terkesan seperti seorang raja yang merampas harta orang miskin. Tapi aku, tidak begitu. Aku ingin memberikan pelajaran kepada orang ini karena dia senang memanfaatkan orang lain. Dan inilah yang membuatku merasa kesal.

"Tristan"

Lalu aku menyuruh Petra menikmati hidangan yang dipesan. Sementara posisiCalvin seperti orang yang sedang bersujud memohon ampun. Sebenarnya, aku tidak tega. Tapi inilah hukuman yang harus dia jalani demi memberikan pelajaran, kalau kau berkawan jangan kau manfaatkan dia.

Marko menyerahkan kunci mobilnya. Tapi aku cuek kepadanya dan tidak bersahabat. Selang beberapa menit kemudian datanglah polisi. Dia diseret polisi keluar sambil menangis mengeluarkan airmata buaya.

"Tristaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnnnnnnn" Teriak Calvin menangis.

"Tristan??"

"Anggap saja musik!"

Petra kembali tersenyum. Sementara didalam cafe mulai grasak-grusuk.

"Terimakasih Tristan" Ucap Marko sambil tersenyum. Dia meninggalkan kami yang berkencan pertama kalinya.

"Tristaaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn" Calvin berteriak.

Anggap saja musik.

BECAUSE I'M TRISTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang