36. The King Of Social Climber part 2

7 0 0
                                    

Dia sok kenal, sok dekat. Petra heran pasti melihatku kala diriku mulai menatap masam wajahnya. Aku ingat betul saat dia menginjak-injak harga diri kawannya yang sedang terpuruk. Sudahlah miskin harta, miskin moral, gak tau diri, kenapa kalimat di part ini sangat kasar bunyinya. Yah, itu pantas untuk orang yang memiliki sifat ingin tenar dan numpang tenar atas nama orang lain. Ketika temannya sudah miskin, mereka tak mau lagi berteman. Dulu, sempat satu circle dengan mereka. Tapi melihat Peando dimana orang tuanya terpuruk miskin alisa gulung tikar, aku datang kepadanya untuk menolong dan ku berikan dia pekerjaan yang layak. Sekarang dia adalah penasehat ayahku. Dengan gaji yang mumpuni. Sementara, mereka masih nyaman dengan zonanya.

Aku keluar dari gank macam tahi ini, daripada aku dimanfaatkan karena aku sudah tau bahwa anggota gank ini tidak sehat. Dia mau berteman dari hartanya saja. Numpang tenar hanya karena kekayaan. Sekarang dia mau mencoba mendekat denganku karena aku tau bahwa aku anak orang kaya. Mau apa dia kalau misalnya aku anak orang kaya? Mau porotin harta. Aku ingat betul dia poroti harta kawannya sampai bangkrut. Kurang ajar kawan seperti ini sebenarnya.

"Ayolah Tristan gabung dengan kami" dia seakan memaksa.

Aku diam saja, karena aku tak tau sekarang bagaimana menghadapi kawan macam ini? Petra menggandeng tanganku. Dia berusaha menenangkan aku.

"Mari kita membangung persahabatan kita kembali" nama orang ini Calvin. Bahkan harta pacarnya pun ia poroti. Tapi untung saja, pacarnya yang bernama Tania putus dengannya.

"Persahabatan atau  kau mau numpang hidup?" Tanyaku padanya. Aku bertanya dengan serius. Dia diam, sekaligus berusaha untuk tersenyum. Dia berusaha untuk santai, padahal dia menggeretakkan gigi karena kesal.

"Numpang hidup? Aku tulus ingin berkawan denganmu" katanya mencoba untuk meyakinkan aku. Dia mengatakan itu seolah-olah dia lupa dengan apa yang dia lakukan dulu. Memang setan betul orang ini.

"Aku tidak percaya. Kau pasti mau memanfaatkan aku. Aku muak denganmu!" Aku mulai menbangih.

"Aku tidak pernah memanfaatkan orang lain"

"Oh ya??!!!" Aku mulai berteriak. Kali ini, akan ku bongkar watakmu pada hari ini.

"Kau ini laki-laki tak tahu diri. Aku sangat membencimu. Sebelum kau berteman denganku, kau harus belajar apa arti pertemanan. Kau berteman dengan seseorang karena hartanya. Teman-temanmu rata-rata orang kaya. Tapi kau poroti hartanya. Kembalikan semua milik Peando sekarang juga. Kalau tidak akan ku laporkan kau kepolisi supaya kau miskin kembali"

Aku benar-benar serius ingin mengancam orang satu ini. Saat aku keluar dari gank konyol ini, demi menunjukan rasa tulusku saat berkawan, aku datang menghampiri Peando waktu itu. Aki lihat Peando sangat dekat dengan Calvin. Tapi setelah ia miskin, Calvin meninggalkannya dan ini bangsat sekali.

"Kau sok-sok berkawan karena ketulusan. Kau PENIPU!!" kataku dengan lantang.

"Tristan " Petra mencoba untuk menangkan aku.

"Aku tidak mau bertengkar denganmu Calvin. Itu buang-buang waktu. Ku dengar kalau orang menyerang sesuatu dengan ucapan, itu sangat menyakitkan. Maka ku katakan sesuatu padamu, kau cowok matre. Berkawan hanya karena duitnya saja. Setelah temanmu terpuruk kau pergi entah kemana. Kau seakan-akan jadi penonton bayaran dari penderitaan orang lain. Kau jahat, kau tak pantas berteman denganku. Aku tidak suka berteman dengan orang yang kesannya suka memanfaatkan orang lain" kataku dengan nada kesal. Aku dendam kesumat dengan orang ini. Teman yang tak tahu diuntung. Semua orang yang ada didalam caffe melihat kami semua.

"Siapa itu Peando?" Dia bertanya seakan-akan ia tidak mengenalinya. Jika aku ceritakan ke Peando, mungkin orang ini akan dibunuhnya.

"Orang yang poroti hartanya. Akan kusuruh Peando menarik semua yang dia berikan kepadamu. Dan kau, tak akan bisa menjadi sosialita lagi" kataku mengancam.

Dia diam tak bisa berkutik.

"Aku tidak sudi berteman dengan social climber macam kau" aku mulai mengutarakan semua.

Dia mengajak semua kawan-kawannya keluar dari cafe ini. Dia seperti menahan malu. Baguslah kalau begitu. Biar sadar diri. Setelah dia pergi, kami duduk menanti pesanan.

"Dia siapa sampai kau dendam kepadanya?" Tanya Petra.

"Dia adalah sampah yang kerja memanfaatkan popularitas orang lain. Jangan kau acuhkan dia" kataku pada Petra.

"Baiklah."

Hampir saja kencanku kacau dengan Petra. Bukan kencan sih, lebih tepatnya kami minum bersama untuk pertama kalinya hanya berdua.

BECAUSE I'M TRISTANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang