🍁 Through The Night 02

4.8K 464 37
                                    

Winter berlari kecil sembari memeluk 3 botol cola ditangannya, setelah masuk kedalam kelas, ia meletakkan masing-masing cola itu dihadapan Jeno, Renjun dan Haechan.

"mana sandwich ku?" tanya Jeno, menaikkan salah satu alisnya.

"uang ku tidak cukup" cicit Winter.

"aku tidak peduli! Cepat beli sekarang juga" Jeno sedikit menggebrak meja nya, membuat beberapa murid menatap ke arah mereka.

"kalian ini seperti orang susah saja" ujar suara lembut di belakang, membuat ketiganya menoleh ke arah sumber suara.

"Jaemin tidak masuk hari ini, putri Heejin yang terhormat" ujar Haechan.

Jung Heejin, putri tunggal dari Jung Yunho dan Kwon Yuri, siapa Jung Yunho? pengusaha real estate sukses, sudah mendirikan penthouse di salah satu kawasan elite. Jadi bisa bayangkan betapa kaya nya seorang Jung Heejin.

"ya, aku tau, aku kemari karna ingin sedikit bersenang-senang" ujar Heejin, mendudukkan dirinya disamping Jeno.

Parasnya yang begitu cantik, membuat siapapun jatuh cinta padanya, termasuk Jeno, padahal ia tau Heejin adalah kekasih Jaemin.

Na Jaemin, sahabat Jeno sejak kecil, berbeda dengan Jeno yang berasal dari kalangan biasa, Jaemin berasal dari kalangan atas, anak dari pemilik rumah sakit terbesar di Seoul sekaligus pusat perbelanjaan terbesar di Seoul, jadi jangan heran kenapa Jaemin bisa mengenal Heejin. Sebenarnya Jaemin dan Heejin bisa saja masuk ke sekolah yang lebih elite, namun Jaemin memilih untuk masuk ke sekolah yang sama dengan Jeno dan tentu saja Heejin mengikuti jejak Jaemin, dan dari sana lah Jeno bisa mengenal Heejin.

"aku mau salad" Heejin melemparkan beberapa lembar uang diatas meja, bersedekap dada.

Winter mengangguk patuh, mengambil uang dihadapannya, kemudian kembali bergegas menuju kantin, mengantri untuk membeli pesanan Heejin dan Jeno.

Beberapa murid menerobos antrian Winter, padahal sebentar lagi sudah gilirannya, Winter hanya bisa menghela nafas. Meski ia senior yang sudah duduk di kelas akhir, tak ada satupun adik tingkatnya yang segan padanya.

Siapa yang tidak tau tentang Winter? Seorang gadis yang selalu di kucilkan sekaligus kacung dari Jung Heejin.

"m-maaf aku sedang terbu-" Winter terdiam, enggan melanjutkan kata-kata nya saat mendapat tatapan tajam dari murid didepannya.

***

Winter hampir saja kehilangan keseimbangannya karna sebuah motor yang melaju disampingnya, sedikit lagi motor itu hampir mengenai tubuhnya jika ia tak bergeser.

Motor lainnya kembali melewati Winter, terpaksa Winter menepi, ia sudah bisa memprediksi motor lainnya akan melewatinya seperti motor-motor sebelumnya.

Sesuai prediksinya, motor Jeno melewatinya baru saja, untung ia sudah lebih dulu menepi.

Winter menatap ke arah Heejin yang baru saja dijemput sang ayah seperti biasa. Meski Jung Yunho sibuk, ia tetap meluangkan waktu untuk menjemput putri nya dengan mobil mewahnya.

'jika aku punya Ayah, apa hidup ku akan lebih baik?' batin Winter.

Hingga saat ini, Winter tak tau rupa ayahnya seperti apa, Eomma nya selalu bungkan setiap Winter bertanya dimana ayah nya? Siapa ayah nya? Bahkan hingga ajal menjemput, sang Eomma masih bungkam untuk memberitahu siapa ayah nya. Bertanya pada bibi nya pun percuma, karna sang bibi juga akan bungkam. Alasannya demi kebaikan Winter, jadi lebih baik ia tak mengetahui siapa ayah nya.

Winter membenarkan letak kacamatanya, meremas tali tas punggungnya, menggeleng perlahan, bukankah ia harusnya bersyukur dengan hidupnya saat ini? Ia masih bisa makan dan tidur dengan baik hingga saat ini.

***

"biar aku saja yang cuci, bibi istirahat saja" ujar Winter, mengambil alih piring dari tangan sang bibi.

"Winter... Ada yang ingin bibi bicarakan setelah ini" raut wajah Irene terlihat begitu serius.

"aku akan segera menyelesaikan cucian ini" balas Winter, memaksa untuk tetap tersenyum.

"bibi tunggu dikamar mu"

Winter mengangguk pelan, segera ia menyelesaikan cucian piring yang menumpuk dihadapannya.

Setelah selesai, Winter segera masuk kedalam kamarnya, ditepi kasurnya, sang bibi sudah menunggu.

"kemarilah Winter" suruh Irene sembari menepuk tempat kosong disampingnya, Winter menurut, mendudukkan dirinya disamping Irene.

"bibi dan om Donghae akan pindah ke Jepang...."

Winter terdiam, tak tau harus berekspresi seperti apa menanggapi perkataan Irene.

"kapan bibi dan om Donghae pindah?" tanya Winter setelah terdiam beberapa saat.

"minggu depan...." Winter kembali terdiam mendengar jawaban Irene.

"tenang saja, Jeno akan tetap disini hingga kalian menyelesaikan pendidikkan kalian, setelah itu kau bisa memilih ingin menetap disini atau ikut dengan bibi di Jepang" lanjut sang bibi.

"a-apa aku bisa ikut dengan bibi ke Jepang sekarang juga?" tanya Winter pelan.

"kau harus menyelesaikan pendidikanmu disini, setelahnya kau bisa melanjutkan perguruan tinggi di Jepang, jika kau pindah sekarang, akan sangat repot Winter, apalagi kau sudah kelas akhir" ujar Irene selembut mungkin.

Winter menatap ke arah lantai, ber2 dengan Jeno di rumah, apa ia akan baik-baik saja? Selama Irene dan Donghae ada dirumah, Jeno tidak akan berani menganggunya. Itulah mengapa Winter merasa aman saat berada dirumah.

"bibi, apa aku bisa tinggal di tempat lain saja? Atau dimana pun itu tidak masalah"

"ada apa? Apa kau merasa tidak nyaman dengan Jeno? Dia anak baik Winter, bibi yakin dia bisa menjagamu dengan baik setahun ini, buktinya kalian satu sekolah dan dia menjagamu dengan baik bukan?" tanya Irene sembari tersenyum lembut.

"y-ya.... Dia menjagaku dengan baik" jawab Winter, tersenyum miris.

"meski dia tak memiliki hubungan darah denganmu, dia tetap keluargamu Winter" ujar Irene, mengusap sisi kepala Winter.

"iya bi...." Winter sedikit tertunduk, membenarkan letak kacamata nya.

"sebelum bibi pergi.... Untuk terakhir kalinya aku bertanya, dimana ayah ku?" pergerakkan tangan Irene terhenti, senyuman di bibir nya pun menghilang.

"lupakan dia Winter! bertemu dengannya tidak menjamin kau bisa hidup tenang" Winter memundurkan tubuhnya saat suara Irene cukup nyaring ditelinganya.

Irene menghela nafasnya dengan berat, memegang keningnya, merasa sedikit pusing, "bibi hanya menjalankan permintaan terakhir Eomma mu, bibi tak mau sesuatu terjadi pada mu Winter" sambung Irene.

"baik bi...." jawab Winter pelan.












Kepiting.

Through The Night (Winter X NCT Dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang