🍁 Through The Night 39

1.9K 292 20
                                    

"kau yakin dengan keputusanmu itu?" Jeno menatap Winter dengan wajah penuh pertanyaan.

Tiba-tiba gadis itu berkata akan tinggal seorang diri di apartemen dekat rumah sakit, dengan alasan agar ia lebih menghemat banyak waktu untuk istirahat.

Winter mengangguk pelan sembari memotong kentang dihadapannya.

"aku sudah membicarakannya dengan bibi sebelumnya, dan bibi setuju"

Jeno terdiam di meja makan, menatap Winter yang masih sibuk dengan kegiatannya.

"apa kau akan membawa Jaewin?" tanya Jeno ragu.

"aku akan sering berkunjung kemari bersama Jaewin" jawab Winter sembari tersenyum tipis menatap Jeno.

"hm.... Sering-seringlah berkunjung"

Keduanya kembali terdiam, menikmati kegiatan masing-masing, Winter selesai memotong ketangnya dan mencicipi curry yang sudah mendidih sedari tadi.

Sedangkan Jeno memilih untuk bermain bersama Jaewin.

"besok aku tidak ada jadwal ditempat pelatihan, apa kau ada waktu besok? Jika ada, seperti biasa kita ketempat Heejin" ujar Jeno, mengusak bulu tebal Jaewin.

Jeno menghentikan pergerakannya karna tak ada jawaban dari Winter, ia menolehkan kepalanya dan menatap Winter yang membeku sambil memegang sendok kayu ditangannya.

"ada apa?" heran Jeno.

Winter meletakkan sendok kayu nya dan memasukkan kentangnya, kemudian menutup kembali tutup panci yang ia buka sebelumnya.

"Jaemin sudah kembali....."

"sungguh!?" Jeno bangun dari duduknya dan mendekati Winter.

"sejak kapan dia kembali?" tanya Jeno yang kini sudah berdiri dibelakang Winter.

"belum lama ini, dia menggantikan kepala rumah sakit sebelumnya untuk sementara"

"bukankah ini berita bagus? Apa kau sudah berbicara dengannya? Dimana dia selama ini? Apa yang Heejin lakukan padanya hingga ia betah menghilang bersama perempuan licik itu?" tanya Jeno tanpa jeda sama sekali.

Winter menggeleng pelan dan memecahkan 4 biji telur kedalam mangkuk.

"dia hilang ingatan"

Hanya satu jawaban itu, mampu menjawab semua pertanyaan yang menumpuk di otak Jeno.

***

"Jaehyun Hyung?" heran Jaemin saat melihat kakak iparnya duduk di sofa ruang kerjanya.

Jaehyun mengangkat satu tangannya sebagai balasan dan meletakkan ponselnya.

"apa teman Hyung masih belum sembuh?" tanya Jaemin sembari melepas jas kerja nya dan duduk dikursi putar.

"temanku sudah sembuh" Jaehyun bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju meja kerja Jaemin.

"aku tertarik dengan salah satu perawat yang bekerja disini" sambung Jaehyun saat berdiri tepat dihadapan Jaemin.

Jaemin terkekeh pelan, kemudian menatap kakak iparnya.

"pria atau wanita?"

"kau gila? Tentu saja wanita" Jaehyun hampir saja memukul kepala Jaemin, namun segera ia tahan.

Jaemin hanya mengangguk-angguk sebagai jawaban dan membuka map dihadapannya.

"sejak pertemuan minggu lalu, aku yakin sekali, sepertinya ia ditakdirkan untukku" ucap Jaehyun bersedekap dada.

"ku doakan yang terbaik" sahut Jaemin tanpa menatap kakak iparnya.

Jaehyun tertawa bahagia dan kembali mendudukkan dirinya diatas sofa yang berada di ruang kerja Jaemin.

"adik ku pasti sangat kesepian disana.... Apa kalian sudah menetapkan tanggal pernikahan?"

"kami akan menetapkan tanggal pernikahan setelah urusanku disini selesai"

***

"perawat Kim!" sapa Jisung saat melihat Winter yang tengah berdiri didepan mesin kopi.

"ah selamat siang perawat Park" sahut Winter sembari membungkuk kecil.

"apa perawat Kim akan pindah sore ini?" tanya Jisung, mengambil gelas disamping Winter.

"begitulah perawat Park"

"apa ada yang bisa kubantu lagi?"

Winter terlihat berpikir sesaat kemudian menggeleng pelan. Semua barang-barangnya sudah tertata rapi di apartemennya.

"terimakasih sudah banyak membantu selama beberapa hari ini perawat Park"

"jangan ragu untuk meminta bantuan perawat Kim" ucap Jisung sembari meletakkan gelas nya dibawah mesin kopi.

Winter tersenyum tipis dan mengangguk pelan, baru beberapa detik ia tersenyum, senyuman itu harus menghilang karna melihat sosok yang selalu ia rindukan. Sosok itu semakin berjalan mendekat dan berhenti disamping Jisung.

"selamat siang Kepala Na" sapa Jaemin, menunduk kecil ke arah Jaemin, "anda mau kopi?" tawar Jisung basa basi.

Jaemin tersenyum lembut, "duluan saja...." Jaemin menatap tanda pengenal yang menggantung di jas Jisung, "perawat Park"

Jaemin sedikit memundurkan tubuhnya dan menatap ke arah Winter, gadis itu sama sekali tak bergeming dari tempatnya. Tatapan keduanya bertemu. Buru-buru Winter mengalihkan pandangannya.

"a-aku pergi dulu perawat Park" Winter membungkuk kecil ke arah Jisung dan Jaemin, kemudian segera berlalu dari tempat itu.

"perawat Kim!" panggil Jisung, namun Winter sama sekali tak menoleh lagi.

"gula nya tertinggal" gumam Jisung sembari mengambil 2 bungkus kecil gula yang Winter tinggal begitu saja.

Tangan Jaemin terangkat memegang dada nya yang berdegup kencang tak karuan. Ini bukan pertama kali ia merasa seperti ini, sudah beberapa kali ia melihat Winter selama di rumah sakit, dan jantungnya terus berdegup kencang saat melihat gadis itu.

'sadarlah Jaemin.... Kau sudah punya Heejin'

Jaemin menggeleng pelan dan mengepalkan kedua tangannya, detik itu juga Jaemin membalikkan tubuhnya meninggalkan Jisung.

"Kepala Na!"

Jisung sedikit memiringkan kepalanya , bukankah Jaemin juga mau kopi? Apa ia terlalu lama hingga membuat Jaemin kesal dan pergi begitu saja?. Jisung mengusap pelan lehernya, merasa tak enak.




















Yo dream.

Sorry lama baru publish lagi, lagi ga punya banyak waktu buat nulis.😭🙏🏻

Through The Night (Winter X NCT Dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang