🍁 Through The Night 06

3.7K 472 35
                                    

Butiran keringat halus terlihat jelas di pilipis dan kening Winter, tubuh mungil itu terus gemetaran.

Kedua matanya mengerjap perlahan, menatap ke arah jam dinding dikamarnya, jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Ia tertidur dengan seragam basah semalam, bahkan seragam yang ia kenakan sudah mulai kering.

"uh...." eluh Winter, memegang kepalanya yang terasa pusing, suhu badannya begitu panas, ia bisa merasakannya.

Bangun dari tidurnya, gadis itu menahan rasa pusingnya, kejadian semalam kembali melintas dipikirannya, jantungnya berdegup kencang, rasa takut kembali menyelimutinya.

Menatap pintu kamarnya yang sudah ia kunci semalam sebelum terlelap, ia terlalu takut untuk bertemu Jeno.

Bangun dari kasur, Winter berjalan perlahan membuka laci kecil di meja belajarnya, sesekali ia hampir oleng karna tubuhnya yang lemah. Bertumpu pada meja belajarnya, Winter menatap tabungannya dari hasil uang jajan yang diberikan sang bibi, sejak sd ia sudah menabung uang-uang itu.

Ia tak bisa tinggal lebih lama disini, kejadian semalam bisa kembali terulang. Sebelum hal itu terjadi lagi, ia harus pergi lebih dulu.

***

Jeno sedikit menoleh ke belakang, menatap kursi kosong milik Winter, ia tak mengerti dengan perasaannya saat ini. Padahal ia sangat membenci gadis itu, tapi setelah melihat Winter yang menangis semalam, ntah kenapa ia merasa bersalah.

Hingga saat ini tak ada yang tau jika ayah Jeno menikah dengan bibi Irene, yang orang-orang tau, Jeno hanya tinggal berdua dengan ayahnya, Ibu nya pergi ntah kemana, meninggalkannya dan ayah nya, memilih tinggal bersama selingkuhannya, yang tak lain atasan ayahnya saat itu.

"sepertinya si salju sedang bermimpi indah hingga tak bisa bangun" bisik Haechan yang duduk disamping Jeno.

Jeno melirik ke arah Haechan sekilas, kemudian mengabaikan lelaki bersurai coklat tersebut.

"membosankan" gumam Jeno, menyandarkan punggungnya.

"kau benar, membosankan rasanya jika tak menganggu salju, saat dia masuk bes-"

"apa kau tidak bisa diam?" potong Jeno, membuat Haechan terdiam seketika.

"ekhem..." Haechan mengulum bibirnya sesaat, mengalihkan pandangannya ke arah papan tulis.

***

Setelah meminum obat pereda panas, Winter merasa jauh lebih baik saat ini, mengusap pelan keningnya, menatap koper dan satu kotak berisikan buku pelajaran dihadapannya.

Ia harus pergi sebelum Jeno kembali, meski belum tau kemana tujuannya saat ini. Untungnya barang gadis itu tak terlalu banyak.

Tangannya terjulur mengambil kamera analago yang ia sembunyikan dari sang bibi, kamera analog milik mendiang Eomma nya. Seminggu setelah kepergian sang Eomma, Winter mengambil kamera analog yang sebelumnya disembunyikan Eomma nya di bawah pakaian.

Awalnya Winter tak mengerti mengapa Eomma nya harus menyembunyikan kamera analago tersebut, beberapa kali Winter mendapati Eomma nya menangis tengah malam sambil menatap foto di kamera analog itu.

Setelah ia beranjak dewasa dan melihat isi foto-foto disana, akhirnya ia mengerti alasan Eomma nya selalu menangis dan menyembunyikan benda itu.

Through The Night (Winter X NCT Dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang