🍁 Thourgh The Night 48

1.9K 319 11
                                    

Jaemin berjalan keluar dari kamar mandi sembari mengusak rambut basahnya, mata nya terus menatap ke arah kamera analog yang ia letakkan di nakas samping kasurnya sejak semalam.

Padahal petugas apartemen sudah berpesan padanya untuk segera melihat isi dari kamera analog itu, namun ketika menerimanya, Jaemin malah meletakkan kamera analog itu begitu saja di atas nakasnya.

Pria itu merasa tak bisa mempercayai siapa pun lagi saat ini.

Mengambil kemeja putihnya dari dalam lemari, Jaemin bersiap untuk pergi ke rumah sakit pagi ini.

Setelah mengancing bagian terakhir, Jaemin menatap dirinya dari pantulan cermin. Matanya kembali menangkap pantulan kamera analog di atas nakasnya dari cermin.

Sepertinya tidak ada salahnya mengecek isi kamera tersebut sebelum berangkat kerja. Akhirnya Jaemin memutuskan untuk melihat isi dari kamera itu.

Kakinya melangkah ke arah nakasnya, mengambil benda persegi disana dan mendaratkan bokongnya di tepi kasur.

Ia terus membolak balik kamera analog jadul ditangannya. Sedikit kebingungan bagaimana cara menyalakan benda ditangannya.

Ketika menemukan tombol on off dari kamera analog tersebut, tangannya langsung menggeser tombol yang tersedia disana, sambil menunggu kamera analog tersebut menyala, Jaemin menyenderkan punggungnya dengan nyaman di headboard.

Kamera analog itu pun menyala sepenuhnya dan menampilkan foto pertama, bayangan seorang perempuan dan laki-laki berciuman.

Kedua kening Jaemin menyatu, siapa pemilik dari dua bayangan itu? Untuk apa Jeno memberikan barang ini padanya?

Jaemin menekan slide selanjutnya, menampilkan bayangan seorang perempuan. Menggeleng pelan, Jaemin masih tak mengerti.

Terdiam beberapa saat, jantung Jaemin berpacu cepat detik itu juga ketika melihat slide selanjutnya. Disana terdapat dirinya yang tengah memeluk seekor anjing putih ras samoyed, persir seperti Jaewin.

Jaemin menjatuhkan kamera analog itu dari tangannya, seperti cuplikan film, kenangan masa lalu Jaemin berputar dengan cepat dipikirannya.

"kalau begitu.... Bisa kau menyimpan foto ku didalam sana juga? Aku ingin menjadi bagian dari kenangan disana"

"aku mencintai mu Kim Winter, akan selalu sama hingga seterusnya"

"aku merasa senang disini, karna hanya ada kau dan aku"

"Jaemin...aku ingin.... hubungan kita cukup sampai disini"

"mungkin gadis lain bisa menerima kondisi mu yang sakit-sakitan, tapi tidak denganku Jaemin, aku tidak bisa.... Untuk itu aku ingin kita akhiri saja hubungan ini"

Jaemin memejamkan matanya dengan erat sembari memegang kepalanya, "Kim Winter..." Nafas Jaemin memburu, ia mengingat semuanya.

Gadis itu pergi meninggalkannya seorang diri di pantai, ia hanya bisa menatap punggung mungil Winter yang mulai menjauh darinya, saat ia hendak mengejar gadis itu, beberapa orang berbadan besar menghadangnya.

Setelahnya salah satu orang berbadan besar itu memukulnya hingga ia tak sadarkan diri, dan ketika ia membuka matanya, dirinya sudah berada di dalam ruang operasi.

Terdapat beberapa dokter disana, termasuk Appa nya yang menatapnya penuh khawatir. Saat itu ia memberontak ingin pergi dari ruang operasi, yang ada dipikirannya hanyalah bertemu dengan Winter, meminta gadis itu untuk tetap bersamanya.

Namun dengan kondisi yang begitu lemah, Jaemin tak bisa berbuat banyak hingga akhirnya pandangannya menggelap setelah disuntikkan obat bius oleh dokter yang ada disana.

Kedua tangan Jaemin terkepal kuat. 6 tahun Jaemin hidup seperti orang bodoh. Bahkan ia harus belajar hal-hal dasar lagi layaknya anak tk setelah operasi karna dirinya hilang ingatan dan yang paling menyedihkan,  ia gagal menjadi dokter ahli bedah.

Tanpa membuang waktu lagi, Jaemin turun dari kasur, meraih kunci mobilnya dan menyambungkan telfonnya dengan seseorang.

"Katakan padaku dimana kalian sekarang" ucap Jaemin tanpa basa basi lagi setelah orang yang ia hubungi mengangkat panggilannya.

***

"Pelatihmu?"

"H-huh? Em... Ya..." Jeno diam-diam membasahi bibirnya yang terasa kering. Setelah mengangkat telfon dari Jaemin, ia yakin pria itu pasti sudah mendapat jawaban atas pertanyaannya beberapa hari lalu.

"Kau sungguh tidak mau kembali ke Seoul bersama?" Tanya Jeno pada Winter yang tengah merapikan pakaiannya.

"Sungguh, kau kembalilah lebih dulu, aku bisa kembali sendiri" jawab Winter, tersenyum lembut, meyakinkan Jeno.

Bibi Irene dan Om Donghae sudah kembali lebih dulu ke Seoul bersama Jeni karna Om Donghae harus menghadiri rapat besoknya. Menyisakan Winter dan Jeno di hotel, tentu saja keduanya tidur secara terpisah, hanya saja kamar keduanya bersebelahan.

Jeno bergerak gelisah, apa yang ia lakukan sudah benar? Ia hanya berharap Jaemin mendapat kembali ingatannya dan bisa hidup bahagia bersama Winter.

Ntah kenapa Jeno tak bisa membiarkan Winter bersama pria yang bernama Jaehyun, pria yang datang ke rumah beberapa waktu lalu.

'tidak... Apapun yang terjadi, Winter harus tetap bersama Jaemin' batin Jeno sembari mengangguk pasti.






















(~‾▿‾)~

Through The Night (Winter X NCT Dream)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang