Pesta yang digelar oleh Ari dan Mikael adalah pesta yang sangat sehat, sudah terlihat sejak pertama masuk ke apartemennya dimana-mana sudah terdapat sangat banyak himbauan untuk tidak merokok dan minum alkohol. Siapapun yang membawa barang-barang tidak sehat tersebut, barangnya tidak boleh dibawa masuk. Aku sangat suka konsep sehat yang dibawa Ari dan Mikael kedalam pesta mereka, meskipun terdengar membosankan, faktanya pesta ini sangatlah menyenangkan karena semua orang dalam keadaan sadar dan tidak ada keributan yang disebabkan oleh orang mabuk. Pesta ini luar biasa.
Seperti biasa Zabdi bertanggung jawab sebagai DJ, tidak sendiri Zabdi ditemani oleh Kei yang sepertinya tampak asyik dengan musik. Aku menyapa mereka sebentar sebelum menyusul Chris.
"Hai! Selamat datang Bob-head, silakan nikmati pestanya!" Ari terlihat sangat cantik memakai gaun berearna ungu cerah dengan make-up natural. Dia memelukku, menyambutku dengan hangat dan senyum yang sangat ramah seperti biasa. "Kalau kau mencari Chris, dia disana." Ari menunjuk ke arah jendela. Disana Chris sedang duduk sambil memegang gelas plastik ditangannya.
"Terima kasih, Ari. Kau tampak cantik malam ini."
"Kau juga tampak luar biasa Bob-head. Nikmati pestanya ya? Aku akan menyambut yang lain. Makan apa saja yang kau mau, nikmati dirimu. Aku akan menemuimu lagi nanti." Ari pun bergegas menyambut yang lainnya. Aku pun menyusul Chris yang sedang duduk sendiri di sudut ruangan.
"Hey!" Sapaku.
"Hey--kau cantik."
"Terima kasih," aku pun duduk disampingnya.
"Kalian harus mencoba pizza buatanku!" Kata Ari saat aku sedang duduk menghadap keluar.
"Biar aku ambilkan." Balas Chris yang duduk di sampingku. Aku tidak banyak bereaksi, ada banyak hal yang berputar di kepalaku. "Kau mau?" Tanya Chris, membuatku sedikit kaget dan buru-buru kembali ke masa sekarang, dimana aku sedang berada di peata yang sangat luar biasa dan sedang duduk berdampingan dengan orang yang aku cintai.
Aku pun mengambil pizza yang secara spesial dibuat oleh tuan rumah. Rasanya enak, aku tidak tau bahan apa saja yang dia pakai, rasanya sangat baru dan tidak seperti pizza pada umumnya meskipun penampilannya tanpak seperti pizza pada umumnya. Ari hebat juga dalam masak memasak, tapi hal itu tidak bisa mengalihkan pikiranku dari segala keresahan. "Tinggal 1 minggu lagi kita akan pulang ke tempat asal kita." Aku secara tiba-tiba bilang begitu, dari sudut mataku aku bisa melihat wajah kaget Chris yang bercampur sedih, tapi dia memilih untuk tetap memakan pizza itu dalam hening. "Jujur saja aku tidak tau harus apa setelah kembali dari sini," aku melanjutkan dialogku sambil mengunyah pizza, untuk menghindari suara bergetarku terdengar oleh Chris. Dia diam saja, pizzanya sudah habis.
Chris tiba-tiba menggenggam tanganku, ia menggenggamnya erat sambil tersenyum menatapku. "Kau pasti bisa melalui masa-masa sulit yang ada di pikiranmu itu. Terlebih lagi hal-hal itu belum tentu benar-benar akan datang." Kata Chris berusaha membuatku lebih optimis.
"Tapi aku tidak tau kapan aku akan melihatmu lagi setelah ini." Dia tampak tak punya jawaban untuk itu. Aku pun menghabiskan pizza di tanganku.
"Aku yakin aku akan melakukan segalanya untuk bisa melihatmu lagi..." Kata Chris, aku hanya diam menatapnya yang sedang tersenyum disampingku. "Selama ini aku selalu begitu kan? Mungkin nanti aku akan melakukan hal yang lebih gila lagi." Dia menarikku ke pelukannya, kuharap ini bukan yang terakhir.
....
"Kau mau mampir sebentar?" Tanyaku pada Chris saat dia mengantarku kembali dari tempat Mikael.
"Ya, baiklah."
"Kau mau minum? Atau makan?" Tanyaku basa-basi.
"Tidak," jawab Chris, aku pun pergi mengambil segelas air untuk diriku sendiri. Saat aku kembali, dia sudah berbaring di tempat tidurku. "Bob-head, malam ini bolehkah aku menginap disini?" Tanyanya, aku hanya mengangguk sambil menengguk air.
"Kau mau ganti baju?" Dia hanya menggeleng, sibuk dengan laptopku. "Baiklah--aku akan segera kembali.". Tak lama setelah itu aku pun kembali, aku terkejut setengah mati karena Chris sudah tidak memakai bajunya.
"Kau kenapa?" Tanyanya tanpa merasa berdosa.
"Kau tidak bisa seperti itu! Pakai bajumu!" Tanpa melihat pun aku bisa merasakan pipiku mulai memanas. Chris hanya tersenyum.
"Kenapa?"
"Kau tidak boleh menginap kalau kau tidak pakai baju." Ancamku pada Chris.
"Iyaa baiklah, kau merepotkan sekali." Dia pun mengalah, dan memakai kaosnya. Setelah itu pun aku menyusulnya, aku berbaring dengan menggukan pahanya sebagai bantal. "Hey jangan ganggu, aku sedang mencari sesuatu untuk di tonton!" Aku memang tidak biadanya bersikap manja seperti ini, dia berusaha menyingkirkan kepalaku, tapi aku tidak mau pindah, rasanya memang aku perlu bersikap seperti ini sesekali. "Ck... Terserah kau saja."
"Kau hanya tamu, jadi kau harus sopan." Dia tampak kesal setelah mendengar kata-kataku, tapi tetap saja dia sibuk mencari bahan tontonan. Aku tak tau tontonan seperti apa yang dia cari, tapi dia memakan cukup banyak waktu. Aku pun mendudukkan diri disampingnya, menyandarkan kepalaku di bahunya untuk melihat apa yang dia cari.
"Kau mau menonton apa?" Tanyanya, tapi aku sedang tidak ingin menonton apapun, sepertinya aku sudah mulai mengantuk.
"Terserah kau saja." Dia terus melihat-lihat hingga aku tidak tau lagi apa yang terjadi setelah itu.
Aku merasakan kehangatan di wajahku, Saat aku membuka mataku, aku melihat Chris yang begitu dekat denganku. Dia mencium bibirku. Ciuman yang lebih bergairah daripada biasanya, "Maaf aku membangunkanmu," katanya saat sadar aku sidah bangun," aku hanya tersenyum dan menariknya lagi untuk menciumku. Ciuman itu terjadi cukup lama. "I love you" bisiknya sambil menatap wajahku dari jarak yang sangat dekat.
"I love you too," dadaku rasanya sesak sekali saat aku melihat wajahnya, rasanya seperti ingin menangis. Sebentar lagi semuanya akan berubah, aku tak ingin membayangkan itu tapi hari-hari itu semakin dekat dan tak terhindarkan. "Kau tidak jadi menonton?" Tanyaku, mengalihkan diriku kepada realita. Momen kebersamaanku dengan Chris.
"Tidak, karena kau sudah tidur duluan jadi kubatalkan, lain kali saja." -- "Sebaiknya kita tidur." Dia memelukku sambil membelai rambutku, sesekali mencium keningku. Pada momen ini aku bisa mencium aroma tubuhnya dengan jelas, aroma yang akan kurindukan. Aku tidak tau apa yang dia pikirkan pada saat ini. Kami hanya diam, tak saling bicara dan terjebak dalam pikiran kami masing-masing. Sisa waktu ini membuatku gelisah, membuatku terus menyesali waktu yang terbuang sia-sia.
Ya Tuhan, aku ingin menghentikan waktu. Aku ingin momen ini berlangsung selamanya. Aku ingin seperti ini selamanya. Tanpa ada gangguan, hanya ada aku dan Chris, saling mencintai, saling memiliki, saling takut kehilangan. Ya Tuhan, tolong biarkan kami menikmati sisa waktu kami untuk terus bersama. Agar tidak ada satu hal pun yang kami sesali.
Yo! Terima kasih sudah membaca. Ternyata konsisten tuh susah banget ya? Even 1 cerita ini aja aku mulai tulis di tahun 2018 tapi sampe sekarang, sampe udah mau 2022 belom kelar juga, wkwk. But it doesn't mean that I give up on it. Setelah ada segelintir orang yang nunggu update-an cerita ini rasanya kaya gamau ngecewain aja. Jadi buat kalian, terima kasih banyak ya cambukannya? I love you to the moon and back. Oiya btw, happy new year ya? I know it's too early but, I think I won't be here at the exact time. See you soon, or maybe next year. Have a nice day🖤
All the love. R
KAMU SEDANG MEMBACA
AMO (A Christopher Vélez Fanfiction)
FanfictionCerita ini hanyalah fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian maka tidak ada unsur kesengajaan. Harap maklumi jika ada typo berserakan, selama typo masih bisa dibaca harap dimengerti. Jika dalam cerita ini terdapat beberapa, ata...