Saus Kacang

88 13 0
                                    

.....

Aku terkejut setengah mati ketika aku terbangun dari tidurku dan menemukan Chris tidur tanpa melepas kaca matanya disampingku. Sambil memangku laptopku yang entah dalam mode tidur atau sudah mati, sepertinya dia baru saja mengerjakan tugas kuliahnya, dia tampak kelelahan. Aku sudah merasa lebih baik setelah tidur sepanjang hari sampai matahari sudah mampir tenggelam sempurna. Tanpa sengaja aku mengamati wajah Chris yang sedang terlelap itu, aku tak mau bohong Chris itu sangat tampan, wajahnya mirip dengan Dan Watson vokalis band metal asal Amerika, Enterprise Earth--tidak, Chris bahkan lebih tampan, dia juga baik. Cukup. Aku merasa berdosa mencuri pandang, apalagi aku seperti orang gila senyum senyum sendiri saat memandanginya.

Aku memindahkan laptopku dari pangkuan Chris, flashdisk-nya bahkan masih tertancap disana. Ku selimuti tubuh tingginya dengan selimut yang tadi kupakai, kemudian aku beranjak ke dapur untuk memasak makan malam. Saat aku berjalan menuju dapur dan menyalakan lampu aku baru sadar kalau apartemenku sudah lebih bersih dan lebih rapi dari terakhir kali aku melihatnya, tempat sampah yang tadinya penuh itu sekarang sudah kosong, mangkuk dan gelas kotor yang tadi juga sudah bersih, aku menoleh kepada Chris yang terlelap diatas kasurku, apakah dia membersihkan apartemenku? Sepertinya begitu.

Aku hanya menanak sedikit nasi di Rice cooker, dan merebus sayuran yang ada di lemari pendingin kecil apartemenku, aku masih punya saus kacang extra pedas pemberian Joel, sejak kemarin aku ingin makan pecel, makanan khas Indonesia yang paling enak dan paling simple, aku sudah membeli sayuran untuk pecel namun baru kali ini sempat memasaknya. Saat aku sudah selesai memasak dan tengah mencuci panci yang kupakai merebus sayuran tadi, Chris terbangun dan berjalan gontai mendekat sambil mengucek matanya dan sesekali menguap ia memakai kembali kaca matanya.

"Selamat sore," sapaku.

"Kau harusnya bangunkan aku kalau kau lapar!" balasnya, sambil merebut panci dari tanganku.

"Aku sudah jauh lebih baik, Chris. Kau duduklah saja!" Aku merebut kembali panciku, dia pun berjalan malas untuk duduk seperti yang kuperintahkan. Dia bangkit lagi mendekatiku, dia menggeserku yang sudah selesai mencuci panci untuk membasuh wajahnya. Aku pun mengelap tanganku dengan tisu dan duduk, sedetik kemudian Chris duduk sambil mengelap wajahnya dengan tisu. "Terima kasih," kataku, Chris seketika menghentikan aktifitas mengelap wajahnya.

"Untuk apa?" dia bertanya, kemudian melanjutkan mengelap wajahnya.

"Untuk semuanya," aku menatapnya, aku merasa sangat jahat selama ini aku tak menyadari kebaikan kebaikan yang sudah diberikan Chris padaku, dia bahkan mau membersihkan apartemenku, membuang sampah sampahku, memasak untukku, membuat ramuan untukku. Aku merasa sangat berdosa ketika mengingat hari pertama bertemu dengannya dan menolak ajakannya untuk berteman.

"Sebaiknya kita makan Bob-head, salad buatanmu kelihatan lezat." Katanya, ia tampak bingung bagaimana cara makannya.

"Ini bukan salad, Bodoh." aku mengambilkan Nasi untuknya, menambahkan sayuran dan menyiramnya dengan saus kacang.

"Selamat makan," serunya, aku merasa momen ini tak akan pernah kulupakan, makan malam dengan menu paling sederhana yang pernah ada. Untuk pertama kalinya aku bicara banyak dimeja makan, meskipun tidak ada pertanyaan pertayaan yang diajukan, aku sangat menikmati setiap waktuku bersama Chris. Meskipun awalnya aku membencinya, takut padanya, pada akhirnya aku merasa sepertinya aku mulai menyukainya. Apakah ini perasaan yang selama ini Brent ingin jelaskan padaku? Jika benar, kuharap perasaan ini tak sejahat yang kukira dulu.

Saat kami sedang asyik mengobrol terdengar suara pintu terbuka. Alan dan Elsa yang muncul.

"Hai," sapaku pada mereka yang bingung melihat ranjangku kosong, Elsa dengan wajah khawatirnya mendekatiku dan memelukku.

"Maafkan aku Siera, aku baru sempat menjengukmu," kemudian dia duduk disamping Chris yang masih makan.

"Tidak masalah, aku sudah sembuh, kau tidak perlu repot repot kemari, Elsa." Alan duduk disampingku ia meletakkan buah buahan yang dibawanya di meja.

"Tugasku baru saja selesai--aku juga tau kalau Chris pasti ada disini." kata Alan sambil menatap Chris yang seperti biasa tampak tak peduli.

"Tidak apa apa, santai saja." Aku menepuk pundak Alan.

"Selama ada aku semuanya akan baik baik saja, kalian tidak perlu khawatir." seketika semua mata tertuju pada Chris yang masa bodoh itu.

"Aku percaya padamu, tapi kau tidak perlu sombong begitu," kata Elsa sambil mendorong pelan Chris yang terdengar menyebalkan barusan.

Malam itu kami berkumpul di apartemenku, mengobrol tentang banyak hal, mulai dari yang penting sampai yang tidak penting. Dari yang tabu hingga yang layak diperbincangkan, semua dirangkum secara tajam, setajam silet.

Jajajajaja

.....

"Hai Bob-head!" sapa Zabdiel sesampainya aku di kelas.

"Hai, Zabdi" balasku

"Ku dengar kemarin kau sakit, maaf aku tidak sempat menjengukmu--aku terlalu pusing mengurus tugasku yang menumpuk." dia malah curhat. Sepert biasa, Zabdi bersikap baik hati dan berkepedulian tinggi terhadap sesama.

"Tidak apa apa, sudah seharusnya kau menyelesaikan tugasmu." seperti biasa aku harus menengadah lebih tinggi ketika bicara padanya karena tubuhnya yang tinggi diatas rata rata itu.

"Yang terpenting sekarang kau sudah sehat seperti sedia kala," dia memelukku singkat kemudian kembali duduk.

"Terima kasih, kawan" aku pun berjalan ke tempat dudukku. Tak lama kemudian Erick dan Joel mendekat.

"Buenos dias, Bob-head!" sapa mereka dengan kompak yang ku ketahui sebagai ucapan selamat pagi.

"Buenos dias," balasku dengan senyuman yang jarang ku perlihatkan.

"Bahasa Spanyol-mu semakin bagus Bob-head, tingkatkan!" puji Erick sambil mengangkat telapak tangannya, tos diudara.

"Oiya Bob-head, Zabdi bilang kemarin kau sakit apa itu benar?" tanya Joel.

"Hanya sedikit tak enak badan," jawabku, aku tak tau siapa yang menyebarkan berita itu. Hampir semua orang tau kalau aku sakit kemarin.

"Chris bilang kau sembuh dari sakitmu setelah makan dengan saus kacang spesial dariku, apa itu juga benar?" Joel bertanya lagi, aku hanya memasang wajah bodoh, Erick yang mendengarnya pun tertawa terbahak bahak.

"Jangan aneh aneh, Joel. Saus kacangmu yang pernah membuatku sakit pantat selama berhari hari itu tidak mungkin menyembuhkan Bob-head, Kau ini ada ada saja." Joel merengut kesal pada Erick yang memang pernah absen kuliah beberapa hari karena dia memakan saus kacang spesial dari Joel yang pedasnya luar biasa itu, sampai sampai Erick harus berkali kali keluar masuk toilet.

"Iya, setidaknya sausmu membantuku memulihkan suasana hatiku, Joel. Terima kasih."

"Kau dengar itu?" Joel sedikit membentak Erick yang masih tertawa disampingnya. Kemudian mereka pergi dengan membawa perdebatan kecil soal saus kacang itu.

Dosen pun masuk ke kelas, dan kami mengumpulkan tugas kami untuk di presentasikan pada kelas pagi hari ini.

.....

Hola otra vez :v

AMO (A Christopher Vélez Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang