#AB1

101 13 5
                                    

"Selamat pagi Bob-head, Happy Weekend!" Sapa Richard saat aku membuka pintu, dia sudah berisik sekali sejak lima menit lalu dengan menggedor pintuku hingga kurasa daun pintuku hampir copot. Aku tentu saja masih berantakan karena aku baru saja bangun, semalam aku lembur mengerjakan tugas kuliahku sampai pagi karena memang tidak ada hal lain yang mau aku lakukan selain mengerjakan bebas. Sebenernya Elsa mengajakku menonton bersama dengannya dan Alan, Erick juga mengajakku untuk nonton bareng di Jitter, tapi aku tidak mau keluar. Jadi kuputuskan untuk mengerjakan tugas saja.

"Hmm..." balasku pada Richard, aku masih sangat mengantuk hingga aku menguap tak terkendli.

"Ayo kita lari pagi!" Apa aku tidak salah dengar? Sejak kapan Richard suka lari lagi? Ku kira dia sudah kapok setelah lari bersamaku, Chris, Elsa, dan Joel waktu itu. "Cepat siap siap, kau punya waktu lima menit, karena kau sudah membuang lima menit secara cuma cuma hanya untuk bangun." Aku hanya melambaikan tanganku, mengisyaratkan Richard agar dia pergi. "Loh kenapa?" Tanyanya.

"Besok besok saja, aku sangat mengantuk hari ini," Richard menahan pintu saat aku hendak menutupnya, dia melotot padaku, memaksa. "Baiklah tunggu sebentar," aku pun akhirnya harus mengalah.

"Cepat! Awas saja kalau kau kembali tidur," meskipun kembali tidur adalah ide bagus, tapi kali ini aku lebih baik buru buru.

.....

"Kudengar kampus kita akan mengadakan acara peduli sosial, dan kita (peserta Student Exchange) juga diminta ikut serta," kata Richard sambil istirahat setelah lari bolak balik dipinggir sungai.

"Seperti apa acaranya?" Aku tanya karena aku belum dengar berita ini.

"Yang ku dengar akan ada acara penggalangan dana dan lelangan barang di kampus kita," jelas Richard, acaranya terdengar menarik, "Yang ku dengar lagi, katanya kampus kita akan bekerja sama dengan CBF dan mengundang beberapa pemain timnas sepak bola Brasil untuk melelang barang mereka." Tambah Richard, aku seketika tersedak terbatuk batuk mendengar berita itu, seketika ada semangat baru yang mengisi jiwaku.

"Ada lagi?" Tanyaku penuh semangat.

"Ada musisi juga yang digandeng untuk melelangkan barangnya, aku sangat mengidolakannya, kau tau siapa?" Richard membuatku penasaran kali ini.

"Aku tidak begitu mengerti musisi Brasil," balasku, sebagai ganti 'tidak tau'.

"Kevinho." Balas Richard dengan wajah semangatnya.

"Serius?" Aku tau yang ini, aku tau siapa Kevinho, dia adalah rapper paling populer di Brasil yang menciptakan lagu untuk menyemangati skuat Brasil di piala dunia, dia kan berteman dengan para pesepak bola Brasil. Iya, tentu saja dia pasti diundang, kenapa aku tidak terpikir sampai kesana? Aku bisa merasakan lonjakan semangat dalam diriku semakin tinggi, ya Tuhan aku berharap acara ini bukan hanya wacana belaka.

"Iya," jawab Richard singkat.

"Kau sudah dengar kapan acara ini digelar?" Tanyaku, tentu saja aku sudah tidak sabar.

"Belum, tapi yang ku dengar tidak lama lagi." Kuharap yang dimaksud Richard tak lama lagi itu benar benar tak lagi.

"Ya Tuhan, aku sangat sangat sangat tidak sabar." Aku tau aku terdengar lebay dan norak, tapi kesempatan bertenu dengan idola itu sudah dekat, Richard bilang tak lama lagi. Semoga acara ini benar benar akan digelar, Ya Tuhan kali ini jangan kecewakan aku.

"Tapi semua itu masih belum diumumkan oleh pihak Universitas, jadi kita tunggu saja,"

"Tentu saja aku akan menunggu." Balasku. "Oiya ada lagi?" Tanyaku

"Ya--soal Lexie." Nama itu berhasil membuat moodku berubah lagi. "Ku dengar kau masih marah padanya, apa itu benar?" Aku tidak menjawab, aku hanya memandang kosong ke arahnya. "Bukankah waktu itu aku sudah memintamu memaafkan dia? Lalu kau bilang kau tidak marah padanya kan? Lalu apa yang terjadi?" Aku juga nerasa sangat bersalah pada Richard, aku tidak bisa memegang kata kataku sendiri. "Aku tau kau sangat kecewa pada Chris, kau sangat marah pada Lexie, kau tak perlu bohong aku tau Bob-head,"

"Maaf Rich, ternyata aku juga tidak bisa memendam rasa benciku terlalu lama. Kau benar, aku kecewa pada Chris meakipun aku tau tidak seharusnya aku seperti itu. Dan kau benar, aku marah pada Lexie meskipun aku tau aku tidk punya hak untuk marah padanya." Richard menatapku, meminta penjelasan. "Aku bahkan menolak permintaan maaf Lexie, aku tau dia menyesal, aku tau niatnya baik, tapi entah mengapa tiap kali aku melihatnya selalu saja adegan itu yang memutar dikepalaku. Aku sudah mencoba melupakannya tapi aku tidak bisa."

"Jika kau kesulitan melupakan sesuatu maka jangan lupakan, berbaik hatilah memaafkannya, anggap saja kejadian itu sudah seharusnya terjadi." Katanya, aku tidak mengerti apa maksudnya. "Bob-head sebenarnya aku bukanlah tipikal orang yang suka meminta untuk kedua kali. Tapi kali ini kumohon pikirkan lagi semuanya, pikirkan tentang Lexie, Chris, dirimu, perasaanmu. Jujur--ingat kau bukan satu satunya korban dalam kasusu ini." Tambahnya, ada benarnya juga, aku memang tidak pernah jujur pada perasaanku. "Sekarang sebaiknya kita pulang, matahari semakin tinggi, aku tidak mau kau pingsan karena kepanasan dan aku harus menggendongmu sampai ke rumah." Goda Richard sambil menepuk pundakku.

.....

"Apa? Kau sudah gila?" Teriak Brent di seberang, dia sangat terkejut saat aku ceritakan even peduli sosial yang akan diselenggarakan di kampusku.

"Kau sudah diamana aku? Tentu saja aku tidak mengada ngada, dan semua itu sangat mungkin terjadi, Universitas ini adalah yang paling terkenal di Sao Paulo, dan Sao Paulo sendiri adalah kota terbesar di Brasil." Jelasku pada Brent yang kuyakin dia pasti sangat iri padaku.

"Ahhh... Sialan! Aku sangat ingin bertemu dengan Alisson Becker, meakipun dia sudah tidak bersama As Roma, setidaknya dia pernah menjaga gawang AS Roma." Dasar Romanisty, aku jadi ingat saat ia beberapa hari tak nafsu makan setelah melihat Mohamed Salah tampi gemilang bersama Liverpool yang membelinya di bursa Transfer musim panas musim 17/18. Kemudian saat ia melakukan hak yang sama saat Liverpool mengalahkan AS Roma dan menggagalkan mereka masuk babak final UCL. Terakhir kali dia juga tak mau makan berhari hari setelah membaca berita soal Liverpool yang resmi membeli penjaga gawang mereka yang saat itu menjadi harga penjaga gawang termahal di dunia, mengalahkan harga Aderson, kiper Manchester City yang juga berkewarga negaraan Brasil.

"Kalau nanti ada Alisson dan aku bisa bertem, aku akan menyampaikan salammu padanya," godaku, aku tau Brent pasti sangat iri.

"Kapan acaranya?" Tanya Brent.

"Tidak tau, tapi katanya segera." Jawabku.

"Kalau sudah ada jadwalnya kau kabari aku ya? Siapa tau aku bisa rehat sejenak dan terbang kesana bertemu kau." Katanya, apa dia serius?

"Kau serius?"

"Kurasa aku tidak akan bisa tidur jika nanti Alisson benar benar hadir dan kau memamerkan fotomu dengannya, sepertinya aku juga sudah tidak bisa menahan rinduku padamu." Balasnya, dasar sumbu pendek.

"Baiklah, terserah saja padamu."

"Yasudah kalau begitu, aku mulai mengantuk." Kata Brent sambul menguap.

"Tidurlah kalau begitu!"

"Baiklah selamat malam,"

"Selamat tidur," akupun memutuskan sambungan telepon. Aku tanpa sengaja melihat nama Chris berada di bawah daftar panggilan Brent, aku jadi teringat kata Joel dan Richard. Apa memang sebaiknya aku merangkul semuanya? Menganggap semua sudah seharusnya terjadi? Ah entahlah, sebaiknya aku membayar hutang jam tidurku semalam.

.....

Sengaja bahas Alisson dikit di part ini, soalnya semalem Liverpool baru aja menang 0-2 lawan Wolverhampton, klub promosi yang bukan kaleng kaleng. Dan karna aku juga sukak banget sama Golie yang satu ini, setelah setengah musim dia baru kebobolan 7, hebat kan? dan setelah hasil drawing di babak Last 16 UCL ini, Liverpool bakal lawan Bayern Munich nih, bukan kaleng kaleng juga hmmm.

Well intinya aku mau share happiness aja sekalian update chapter baru. Mari kita lihat sampai mana cerita ini membawa kita wkwk, semoga ga putus pas lagi asyik asyiknya :v eaak.

Oiya, voment jangan lupa🖤

AMO (A Christopher Vélez Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang