Mexi-can or Mexi-can't

92 12 0
                                    

"Guys! Aku dapat paket" teriak Joel saat dia masuk ke apartemen Richard, kami sedang berkumpul disana, dan Joel baru saja mengambil paket yang ada di kantor bawah. "Dari Meksiko." Tambahnya.

"Ibumu mengirim paket?" Tanya Erick yang penasaran, Joel pun mengangguk semangat dan langsung duduk di tengah tengah, ia semangat untuk membuka paketnya. "Perasaanku mengatakan ini bukan hal baik." Tambah Erick. Yang lain pun juga merasakan yang sama.

"Tumben sekali kau membuka paketmu saat masih ada kami?" Tanya Richard, itulah yang aneh. Namun Joel tidak menggubris teman temannya, ia sudah membuka paketnya terlihat setoples um... seperti mainan tapi seperti bukan. Aku tidak tau itu apa, tapi hanya Joel dan Lexie yang bersemangat dengan benda itu saat Chris, Erick, Richard, dan Zabdi mundur seketika melihatnya.

"Permen Meksiko!" Joel berseru semangat mengangkat setoples penuh permen yang terlihat seperti mainan itu. "Siapa yang mau?" Tanya Joel masih semangat, Lexie sudah terlebih dulu membuka toples itu dan mengambil satu. Semuanya menggeleng, apa yang salah dengan permen itu?

"Lucas, nama yang bagus untuk sebuah permen," celetukku.

"Bob-head kau mau coba?" Lexie menawariku sambil mengulurkan satu bungkus permen padaku, semua mengisyaratkan untuk menolak tapi Lexie dengan senyum lebarnya menyodorkan sebungkus permen itu membuatku tak tega menolaknya.

"Baiklah," aku pun membuka permen itu, bentuknya lucu seperti cincin dan ditutup, Lexie dan Joel mengajari aku cara membuka dan memakannya. Ternyata dalam tutup itu ada bubuk berwarna merah.

"Ini bubuk cabai," terang Joel. Aku pun hanya memasang ekspresi 'yang benar saja'.

"Kau yakin ini permen?" Tanyaku, tentu saja aku ragu, permen yang dimakan bersamaan dengan bubuk cabai, ini aneh sekali.

"Seratus persen." Jawab Joel mantab.

"Bagaimana rasanya?" Tanyaku pada empat pria yang menolak mencoba permen itu, sepertinya mereka sudah pernah mencobanya.

"Horrible."

"Terrifying."

"Awfull."

"This is a disaster."

"Awesome, kau tidak akan tau kalau kau belum mencobanya," kata Joel, "Jangan dengarkan mereka, aku tau kau akan menyukainya." Joel sambil tersenyum tidak sabar menungguku memakan permen itu, aku ragu ragu menatap permen yang sudah dilumuri bubuk cabai, aku menelan ludahku sebelum memakannya.

"Umm..." aku berpikir sejenak.

"Bagaimana?" Tanya Joel saat permen itu udah berada dalam mulutku, wajahnya memancarkan cahaya semangat dan penasaran. Permen ini sangat sensasional saat berada di mulutku, rasanya sangat sulit dijelaskan, rasanya seperti muncul bergantian.

"Kurasa aku agak menyukainya," balasku singkat.

"Yaassh! Aku tau Bob-head, aku tau kau akan menyukainya." Joel menrangkulku saat aku masih berusaha memahami rasa apa saja yang ada dalam permen ini. "Kau bisa ambil lagi, aku tidak bisa menghabiskannya sendiri." Kemudian dia pun memakan permen itu.

"Hmmm... feels like home," kata Lexie saat permen itu sudah di mulutnya.

"Permen ini dibuat dari gula, asam, buah buahan, dan bubuk cabai ini sebagai pelengkap." Jelas Joel, pantas saja rasanya seperti muncul bergantian.

"Aku bahkan tidak percaya kalau itu permen," komentar Erick yang masih menatap ngeri padaku, Joel dan Lexie.

"Aku juga," Zabdi menimpali.

"Maksudku, apakah anak anak di Meksiko benar benar menikmati permen?" Kata Erick sambil melihat lihat setoples permen dengan bubuk cabai itu.

"Tentu saja, ini favoritku saat aku masih kecil dulu." Jawab Joel, diikuti anggukan dari Lexie, mereka belum pernah sekompak itu.

"Kau tau, memberikan bubuk cabai pada anak anak mungkin bisa dianggap tindakan kriminal di negaraku," kataku, aku juga punya pertanyaan yang sama dengan Erick, apakah anak anak di meksiko benar benar menikmati permen?

"Orang Meksiko tidak bisa hidup tanpa pedas--kata Joel." Kata Chris.

"Benar! Kau tidak bisa dibilang Mexican jika kau ber-kewarga negaraan Mexico tapi tidak suka pedas" Balas Joel dengan ekspresi gembiranya, aku baru sadar itu. Joel selalu memasak makanan yang pedasnya luar biasa, setidaknya untuk dia sendiri karena yang lain tidak suka pedas.

"Lalu?" Tanya Erick sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Mexi-cant" Jawab Joel, kemudian semua pun tertawa terbahak bahak.

"Sialan!" Umpat Erick yang terlihat kesal pada Joel. Kami berada disana sampai marahari hampir tenggelam, Joel memberiku dan Lexie beberapa bungkus permen Meksiko untuk dimakan karena hanya kami yang mau memakan permen itu.

.....

"Bagaimana rasanya dicium Chris, Bob-head?" Tanya Lexie saat kani naik ke lantai atas bersama dalam satu lift, aku bisa merasakan wajahku memanas.

"Biasa saja." Jawabku singkat.

"Benarkah?" Selidiknya.

"Entahlah, aku sudah lupa--lagipula kejadian itu sangat tiba tiba dan singkat,"

"Kau baru pertama kali ciuman ya?" Tanyanya meledekku.

"Memanganya kenapa?" Lexie tetap saja menyebalkan.

"Aneh saja gadis seusiamu baru pertama kali berciuman," kali ini aku diam, semakin di tanggapi maka Lexie akan semakin menyebalkan. "Kupikir kau bohong saat kau bilang Alan adalah temanmu--kupikir dia adalah pacarmu, ternyata beberapa minggu kemudian Alan berpacaran dengan Elsa. Aku baru percaya setelah itu." Katanya. Iya, Lexie memang selalu menjadi orang yang sulit percaya padaku, bahkan bersikap baik padaku pun sulit baginya.

"Kau harus belajar menghargai pernyataan orang, Lexie." Kataku, ia hanya merengut kesal.

"Lalu Chris? Apakah dia laki laki pertaman yang kau kencani?" Lagi lagi dia bertanya, rasanya ingin sekali aku membungkam mulutnya dengan semua permen yang kubawa.

"Kami tidak berkencan, Lexie. Kami hanya berteman." Tegasku, berharap dia percaya yang satu ini.

"Wow, apa kau serius?" Aku mengangguk, "Baiklah, kuharap yang satu ini bisa dipercaya." Lexie tersenyum padaku sebelum masuk ke dalam apartemennya. Aku pun kembali berjalan menuju apartemenku yang berada diujung lorong.

Saat aku hendak membuka pintu apartemenku, aku terkejut dengan sebuah kantung plastik yang tergantung di pintu apartemenku. Ternyata dari Alan, isinya makanan buatannya yang sengaja dibagikan denganku, Alan tidak pernah berubah, selain selalu lebih berbakat di dapur daripada aku sejak dulu dia selalu menjadi teman yang baik bagiku, meskipun ia jarang didekatku dia tetap sama seperti dulu, persahabatan kami masih sama seperti dulu. Hanya saja jika dulu dia sering main ke rumahku dan makan bersama dengan keluargaku, sekarang keadaannya berbeda--aku lebih sering mendapat makanan dari Alan, atau dari yang lainnya.

Terima kasih Alan, kau selalu tepat waktu.
Aku mengirim pesan pada Alan setelah itu.

Jangan biarkan dirimu kelaparan💪
Balasnya dengan emoticon lengan kekar, entah apa maksudnya. Tapi tentu saja takkan ku biarkan aku kelaparan, aku tidak mungkin membiarkan itu terjadi.

.....

Yow gaiss🙌 makasih sangat untuk 200x bacanya. Whoever you are, wherever you are, CNCOwners or not, I love you so much much much🖤 sebagai tanda terima kasih aku tak bisa memberi apapun kepada pembaca melainkan doa yang tulus dari hati. May God bless all of us. Amen.
All the love. R🖤

AMO (A Christopher Vélez Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang