Sialan! Siapa yang berani beraninya menganggu tidurku di akhir pekan yang cerah ini? Suara ketukan pintu yang semakin lama semakin keras itu membuatku mengutuk dalam hati. Aku berjalan lunglai kedepan pintu sambil mengucek mataku agar bisa melihat dengan jelas.
Saat aku membuka pintu ternyata itu Chris, ia sudah membawa skate board-nya, "Buen diaa, Bob-head!" dia menyapaku sambil tersenyum seperti biasa. Aku hanya menguap sebagai jawaban, "Cepat cuci muka mu, kita harus olah raga," katanya sambil mendorong tubuhku kedalam, aku terkejut setengah mati saat dia bilang kami harus olah raga. "Aku tunggu di luar. Kau punya waktu lima menit" sambil menatap jam hitam yang melibgkar di pergelangannya dia melangkah keluar. Yaampun, kenapa Chris selalu menggangguku?
Tak sampai lima aku sudah keluar dari apatmenen, Chris sedang bermain main dengan skate board-nya di lorong gedung. Aku hanya mencuci muka, memakai jaket dan sepatu.
"Ayo!" ajaknya. Gedung ini tampak epi meskipun sudah jam 8. sepertinya orang orang masih belum sadarkan diri dan masih tergeletak di apartemen Erick. Kami pun turun ke lantai dasar dan jogging sesampainya diluar, Chris meneriakku agar aku berlari, dia juga berlari sambil mengapit skate board di lengan kanannya, dia meninggalkanku karen aku tidak bisa lari cepat seperti dia.
"Kau tidak perlu berlari sekencang kencangnya Bob-head! Jangan sampai kau kelelahan bahkan sebelum 20 menit, pembakaran akan bekerja setelah 20 menit pemanasan--ayo semangat!" Chris berteriak dari depan. Aku hanya diam saja, aku yakin ini bahkan belum lima menit setelah kami keluar dari gedung, badanku sudah terasa lengket karena keringat, aku bahkan belum sarapan dan sekarang sangat lapar. Lihat saja kalau aku tidak bisa kuliah nanti, Chris lah yang akan aku salahkan.
Setelah memutari blok sebanyak enam kali akhirnya kami berhenti di skate area yang biasa kami lewati saat berjalan ke kampus, Chris membelikanku air mineral dingin. Sangat melelahkan berlari selama hampir satu jam meskipun aku beberapa kali berhenti untuk sejenak menarik nafas, tapi Chris tampak baik baik saja. Dia malah bermain dengan skate boardnya di sana, sedangkan aku berusah mendinginkan wajahku yang memerah dengan menempelkan air mineral ke wajahku. Chris lumayan handal saat memainkan skate board, setelah 15 bermain dia istirahat, duduk disampingku dan meminum airnya.
"Cara minum seperti itu tidak baik Bob-head, pelan pelan saja!" dia menasehatiku lagi saat aku berusha menghabiskan airku yang yang masih tersisa separuh. Aku hanya menatapnya heran. "Pelan pelan saja, tiga kali telan, tarik nafas dan minum lagi." jelasnya, siapa peduli? aku haus. Dia hanya menggeleng geleng kan kepala saat aku menolak untuk mendengarkannya, kemudian mengacak rambutku.
"Kau lihat apa?" melihat Chris yang menatapku lamat lamat seakan akan ia ingin menerkamku membuatku ketakutan,
"Aku hanya membayangkan kalau kau punya rambut panjang--kau cantik sekali Bob-head," jawabnya masih dengan tatapan yang sama, aku bisa merasakan pipiku terbakar. "Setelah kau punya rambut panjang tidak akan ada lagi Bob-head." ia bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya padaku, "Ayo pulang! Kita harus sarapan," dia benar, aku sudah sangat lapar meskipun ini sangat terlambat ubtuk sarapan, sejak tadi perutku berbunyi entah dia dengar atau tidak. Aku menerima uluran tangannya dan berdiri, berjalan lunglai seperti saat bangun tidur. Dia sidah berjalan duluan. "Akan kupinjamkan skate boardku kalau kau tak bau berjalan kaki," dia meningglakan skate boarnya.
"Chris ini asyik sekali," aku berteriak kepada Chris yang berlari dari belakang, aku menaiki skate board Chris saat kembali ke apartemen. Aku bisa merasakan angin pagi menerpa wajahku dan mengeringkan keringat ditubuhku, sekaligus rambutku yang basah. Aku sampai tidak mempedulikan Chris yang mubgkin kelelahan berlari mengejarku.
Aku berhenti di area parkir gedug apartemen, tak lama kemudian Chris muncul dengan nafas terengah engah, aku tertawa melihat Chris yang tampak kelelahan.
"Ini asyik sekali Chris, aku harus pinjam ini lagi lain kali," aku kembalikan lagi skate board itu padanya.
"Lain kali kau harus mengurangi kecepatanmu Bob-head, beruntung jalanan sepi, kau bisa terbunuh kalau keadaanya berbeda," dia tampak kesal, tapi aku sangat menikmati perjalanan pulang dengan skate board, itu benar benar asyik. Kami pun berjalan masuk ke dalam dan naik ke atas. "Aku tau tempat sarapan yang enak," kata Chris sesaat setelah lift berhenti di lantai dua, dia menarikku keluar, lantaiku masih diatas.
Aku terkejut saat keluar dari lift, orang orang baru saja keluar dari apartemen Erick, para laki laki kembali ke apartemen masing masing dan para gadis berjalan tergopoh gopoh sambil berpegang ke dinding. Bahkan Lexi beberapa kali terjatuh saat ia berjalan diatas sepatu ber-hak tingginya, dia pun memutuskan mencopot sepatunya dan berjalan tanpa alas kaki. Chris memuntunku berjalan di lorong tanpa ada yang memeperhatikan, mereka terlalu mabuk.
"Ayo?" katanya, tapi ini apartemen Erick. Dia menarikku kedalam, dan lihat saja, apartemen Erick lebih mirip tempat pembuangan sampah daripada hunian manusia. Beruntubg tidak ada yang mutah di sana, kalau ada baunya pasti akan membuat Erick terusir dari sini. Chris berteriak memanggil Erick, yang diteriaki sedang kobam mendorobgi sofa, sepertinya dia berusaha membersihkan apartemen.
"Hey Chris, selamat pagi," katanya, dia masih belum sadar sepenuhnya. Lihat saja sofa yang dia dorong sama sekali tak bergerak.
"Bersihkan dirimu, kawan! Biar aku yabg membersihkannya." balas Chris sambil menuntun Erick ke kamar mandi. Erick berteriak histeris setelah suara percikan air terdengar dari luar, Chris berlari terbirit sambil menutup pintu kamar mandi, dia tertawa terbahak bahak sampai guling guling. Apa yang baru saja dia lakukan?
"Kau apakan Erick?" tanyaku setelah aku mendengar sumpah serapah Erick dari dalam kamar mandi. Chris masih tertawa.
"Ku siram dia dengan air, dia harus segera membersihkan apartemennya, untuk itu dia harus mendapatkan kesadarannya dulu," kata Chris, bangkit dari posisinya, sekarang ia mulai merapikan apartemen Erick, "Kau juga hatus menbantuku untuk bisa sarapan enak Bob-head!" katanya, sialan. Aku lapar, aku mau makan dan dia malah menyuruhku membersihkan tempat pembuangan sampah ini? Dia sudah tidak waras.
Sesaat kemudian Erick keluar dari kamar mandi, sepertinya dia kesal pada Chris yang sudah menyiramnya.
"Sebaiknya kau membuat makanan untuk kami Erick biar ini aku dan Bob-head yang tangani," sialan Chris. Dia menyuruhku membantunya membersihkan separuh apartemen Erick yang masih seperti tps. Erick berjalan ke dapur tanpa kata, dia memasak sesuatu, baunya harum daging panggangn roti panggang. Perutku semakin memprotes ketika aku mencium bau sedap masakan Erick.
"Kalian sudah selesai?" tanya Erick, kami sudah selesai merapikan barang barang Erick dan menyapu lantai dari sampah dan debu. Tapi velum mengepel lantai. "Sebaiknya kita makan dulu," tambahnya mengajak kami ke dapurnya yang sudah bersih tentu saja. Dia sudah membuat Cubanos makanan khas Kuba yang sederhana terbuat dari daging babi panggang dan roti khas kuba yang dipanggang dan di bentuk seperti sandwitch. Ini pertama kali bagiku makan Cubanos. "Aku mengganti daging babinya dengan daging ayam yang lebih murah," kata Erick sambil menyunyah Cubanos buatannya. Itu bagus, daging babi bukan makanan lazim di Indonesia khususnya untuk umat muslim, lagi pula daging babi kurang baik untuk di konsumsi, Chris setuju dengan itu.
Kami mengobrol banyak hal saat makan, Erick orang yang lumayan asik, dia punya selera hunor yang baik. Dia berterima kasih padaku dan Chris yang sudah bersedia membantunya membersihkan apartemen. Tapi Chris bilang Erick harus mengepel lantainya sendiri. Karena kami harus istirahat, Erick sempat keberatan tapi itu lebih baik daripada harus membersihkan semuanya sendiri.
"Kami harus pulang Erick, membersihkan diri atau kembali tidur," kataku saat Erick meminta kami tinggal sejenak. Aku dan Chris keluar dari apartemen Erick.
"Sampai jumpa lagi Bob-head. Besok kita akan lari lagi--setelah itu kau boleh pinjam skate boardku lagi." katanya, aku tidak suka lari, tapi aku suka naik skate board. Aku hanya senyum singkat padanya. Kemudian dia melambai, aku membalasnya. Aku pun naik satu lantai untuk ke apartemenku.
.....
Zzzzz...
Galau karna sinyal ngadat :)
KAMU SEDANG MEMBACA
AMO (A Christopher Vélez Fanfiction)
FanfictionCerita ini hanyalah fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian maka tidak ada unsur kesengajaan. Harap maklumi jika ada typo berserakan, selama typo masih bisa dibaca harap dimengerti. Jika dalam cerita ini terdapat beberapa, ata...