'Cause You're Always Right

116 15 6
                                    

"Pagi Brent! Siap untuk melihat lihat kampusku?" Sapaku kepada Brent yang baru saja bangun, ia masih menggeliat di atas kasur sambil sesekali menguap. Aku baru saja selesai sarapan, aku memasak mie instan yang Brent bawa dari Indonesia.

"Pagi Siera," Balas Brent sambil mengucek matanya, ia berjalan menuju jendela kaca besar yang menghadap kota Sao Paulo, dia menyukainya sama seperti Chris menyukai pemandangan itu. Brent mengulat disana sebelum akhirnya memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu sebelum membasuh diri, bagi kalian yang belum terbiasa mungkin menjijikan, tapi bagiku itu bukan masalah.

Setelah selesai dengan sarapannya, Brent pun segera mandi mengingat hari sudah semakin siang, saat sedang menunggu Brent mandi tiba tiba terdengar suara ketukan pintu. Ternyata Chris. "Hola Cariño!" Sapanya sambil memelukku sebentar. Kupersilakan dia masuk dan menemaniku menunggu Brent yang belum selesai mandi.

"Hai!" Sapa Brent saat melihat Chris. Mereka belum bertemu sebelumnya, namun mereka pernah berbicara di telepon.

"Hai, kau pasti Brent," balas Chris dengan gaya sok akrab sok dekat seperti biasanya.

"Ya, benar. Bagaimana kau tau?" Tanya Brent dengan tampang idiotnya, Chris pun menoleh padaku, nengisyaratkanku agar aku menjelaskan semuanya.

"Eh Brent, kau sudah bicara padanya sebelumnya, dia Christopher." Jelasku, sedetik kemudian Brent hanya ber-oh ria.

"Maaf kawan, itu sudah lama sekali bukan? Aku sudah lupa suaramu." Elak Brent. Untung saja Chris bisa memahani penyakit ingatan jangka pendek Brent. Setelah semua sudah siap kami pun turun ke lantai dasar untuk menemui teman teman dan berangkat ke acara itu bersama. Dibawah sudah ada Alan dan Elsa yang menunggu, kemudian ada Erick, Joel, Zabdi, Richard dan Lexie juga disana.

Brent pun langsung dengan akrab bisa berbaur dengan teman temanku. Dia juga berhasil membuat Chris dan Alan jadi lebih dekat setelah kemunculannya, meskipun dia menyebalkan namun Brent adalah sosok favorit banyak orang.

"Bob-Head!" Erick merangkulku dari secara tiba tiba, membuatku terkejut.

"Erick! Kau membuatku terkejut?" Kataku sambil mengelus dadaku, memastikan jantungku masih disana.

"Kau bohong." Katanya tanpa basa basi.

"Apa maksudmu?" Tanyaku bingung.

"Kau bilang aku mungkin tidak akan menyukai kakakmu, kau bilang dia kurang lebih sepertimu. Tapi kau bohong, dia asik, dia baik, dia juga lucu. Tidak sepertimu yang bodoh dan tidak punya humor." Kata Erick panjang lebar membedakan aku dan Brent bahkan saat lertemuan pertama mereka. "Lihat dia!--dia tampak menikmati liburan singkatnya bersama adiknya." Tambah Erick.

"Yang benar saja," kataku sambil tertawa.

"Benar maksudku bukan kau--dia kan sudah menganggap Alan seperti adiknya sendiri, dan Chris, dia adalah... ekhem-mu" kata Erick sambil pura pura terbatuk diakhir kalimat.

"Jadi?"

"Jadi, dia bahagia!" Balas Erick sambil merentangkan tangannya, aku hanya menggeleng, aku sudah tidak heran dengan tingkah aneh anak anak Latinos.

Aku berjalan beriringan dengan Elsa dan Lexie, Lexie menceritakan pada kami bahwa dia sedang dekat dengan pemuda setempat yang juga kuliah di kampus yang sama, dia bilang pemuda itu manis dan berkulit kecoklatan, hobi bermain sepak bola dan mendukung klub Brasil, Flamengo. Aku dan Elsa mendengarkan cerita Lexie dengan serius, terutama aku, aku senang akhirnya Lexie bisa melupakan dan merelakan Chris bersamaku, aku juga senang akhirnya aku dan Lexie bisa seperti dulu lagi, malah lebih akrab karena dulu sebenarnya dia sangat membenciku karena aku dekat dengan Chris.

AMO (A Christopher Vélez Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang