Erick Si Mata Hijau

153 17 0
                                    

"Seharusnya kau tinggal bersamaku, Siera! Aku kesepian." kata Elsa saat aku keluar dari apartemen yang tenyata berhadapan dengan apartemenku, dia mengajakku makan malam bersama dan mengobrol sebentar. Dan aku harus pulang karena ini sudah malam.

"Maaf Elsa, kau tau aku lebih sering sendirian." kataku padanya.

"Baiklah, jika kau butuh sesuatu aku ada di depanmu." katanya sambil tersenyum, aku hanya mengangguk dan melambaikan tanganku, kemudian menutup pintu. Kalian tau? Elsa benar benar gadis yang baik, dia sangat menghargai perbedaan diantara kami, dia bilang dia senang berteman denganku. Dia bilang dia akan berkunjung ke rumahku di Jakarta jika program ini sudah selesai.

Aku merebahkan tubuhku di ranjangku, lampu di kamarku sangat menyilaukan. Ku matikan lampunya dan aku pun tidur.

.....

Paginya aku berangkat bersama dengan Elsa, dia sangat cantik dengan skinny jeans-nya, hoodie pink cerah dan sepatu casual berwarna senada dengan hoodienya. Rambutnya tergerai bebas.

Kami berjalan di belakang Alan yang sepertinya juga sudah menemukan teman baru. Kalau aku tidak lupa namanya Jake, dia dari Jerman, aksennya saat berbicara sangat lucu.

"Buen diaa Bob-head!" Chris mengacak rambutku saat ia menyalip kami dengan skateboard-nya. Dia tersenyum senang, dia menang.

"Jangan hiraukan dia, Siera. Dia hanya bajingan tak tau diri yang beraninya pada gadis." kata Elsa setengah emosi sambil merapikan rambutku. Kami pun melanjutkan langkah kami. "Siera, kurasa kau harus mengenalkan aku dengan sahabatmu sejak sekolah dasar itu," Elsa menunjuk Alan dengan dagunya. Aku tak tau betapa banyak dia menguping percakapanku di hari pertama, sepertinya dia mendengar semuanya.

"Bukankah kalian sudah saling kenal?" tanyaku, setauku mereka sudah saling kenal, Mereka Kan duduk berdampingan.

"Maksudku mendekatkan aku dan dia, kau tau maksudku kan." sambil terus berjalan aku terus berfikir, mendekatkan mereka? Bukankah mereka duduk bersebelahan di kelas? Kurang dekat bagaimana lagi? "Sepertinya kau masih terlalu lugu untuk mengerti hal hal seperti itu," ia memecah lamunanku.

Kami sudah sampai di kampus, seperti biasa kampus ramai dan--semua gadis berpakaian seksi. Kami berjalan menuju kelas sambil sesekali mengomentari penampilan orang yang kami lihat, sejak tadi Elsa berhasil menemukan orang yang berpenampilan aneh. Maksudku yang berpenampilan nyentrik, yang memakai glitery eye shadow warna hijau saat ia memakai baju hijau, atau yang memakai baju terbuka di bagian perut padahal tubuhnya sudah terlipat lipat. Elsa lucu juga, dia juga pintar mencari orang aneh, makanya dia bisa dengan begiu mudah menemukan Aku yang aneh ini.

Beberapa orang menyapa kami di lorong, aku benar benar sangat populer meskipun baru beberapa hari berada disini. Semua ini gara gara Chris. Semua orang juga memanggilku Bob-head, hanya Alan dan Elsa yang tetap memanggilku dengan namaku. Beruntungnya mereka tidak memanggilku dengan sebutan Si Bob-head yang bodoh.

Saat aku dan Elsa memasuki kelas, ada yang lebih mengejutkan lagi, Chris sudah duduk di bangku yang biasanya aku duduki, apa apaan ini?

"Maaf Bob-head, sepertinya kau harus duduk di tempatku dulu agar kau tidak banyak mengobrol," katanya dengan ekspresi tanpa dosa, apa dia tidak pernah bercermin? Padahal dia sendiri yang banyak bicara, sedangkan aku diam saja. Dasar orang gila.

"Kau tidak punya hak untuk mengusirnya," Alan angkat bicara, dia berdiri dibelakangku dan Elsa, ku kira dia sudah tiba sejak tadi.

"Aku tidak mengusirnya tuan Sadewa, aku hanya duduk ditempat dimana aku ingin duduk, ini negara bebas, tuan Sadewa." dengan sangat menyebalkan dia menjawab kata kata Alan.

"Tidak apa Alan, aku akan duduk di belakang, bukan masalah. Aku sudah terbiasa dibelakang" kataku pada Alan, aku memang sangat terbiasa dibelakang, lebih dari 10 tahun aku menuntut ilmu aku selalu memilih barisan belakang, aku sungguh tidak keberatan.

"Dia juga tidak keberatan," Chris menyahut. Aku tidak menghiraukan kata katanya, aku berjalan ke bangku dimana biasanya Chris duduk. Dibarisan belakang juga ada gadis seksi yang kukenali sebagai Lexie, gadis dari Meksiko, dari universitas yang sama dengan Joel. Dia tersenyum mengejek saat aku duduk dan meletakkan tasku diatas meja, aku hanya menelan ludahku ngeri, takut takut kalau dia mencakarku dengan kuku panjang yang dia cat warna ungu mencolok itu.

Ada hal aneh saat aku hendak mengambil buku di dalam tasku, hal aneh itu ada di atas meja Chris. Saat aku melihatnya dengan teliti ternyata itu gambar karikatur dari bolpoin, disana ada gambar orang dengan rambut pendek sepundak, memakai baju bertuliskan Green Day berpegangan tangan dengan orang memakai kemeja kotan kotak dengan topi terbalik.

Aku menoleh kepada Chris yang duduk di depan sedang bicara pada Alan, entah bicara apa, kuharap Mereka tidak bertengkar. Aku ingat hari pertama melihat Crish, saat dia tiba tiba menyapaku dengan bahasa Spanyol, saat itu aku memakai t-shirt Green Day pemberian Brent sebagai hadiah ulang tahun ke-18. dan Chris sendiri memakai kemeja kotak kotak orange dan hitam dan juga topi terbaliknya. Saat aku pindahkan tasku disana ada tulisan. Sebuah pesan berbunyi 'tinggalkan nomormu di bawah ini!' di bawah pesan itu ada kotak kecil. Apa maksud semua ini? Dia pasti sudah gila.

Tak lama kemudian dosen pun masuk. Aku menyempatkan menulis nomorku disana, meskipun aku takut kalau dia akan menyalah-gunakan nomorku, aku lebih takut kalau dia bertindak buruk padaku karena aku tidak mau memberikannya.

.....

Terdengar suara ketukan pintu sesaat setelah aku keluar dari kamar mandi. Sambil mengeringkan rambutku dengan handuk aku berjalan ke pintu untuk melihat siapa yang datang. Saat aku buka ternyata Chris, aku terkejut seketika setelah aku melihat wajahnya, berbeda dengan dia yang langsung tersenyum saat melihatku. Apa yang dia lakukan disini?

"Selamat sore Bob-head," dia mengacak rambutku, sepertinya itu hoby barunya. Kemudian dia memilah milah lembaran demi lembaran yang ada di tangannya. "Ah--ini dia!" serunya setelah menemukan sesuatu yang sepertinya untukku.

"Apa ini?" aku menerima selembar kertas dari Chris dan melepaskan pintu yang sejak tadi ku tahan agar tak terbuka lebih lebar. Dan pintu itu sekarang terbuka lebar tanpa kusadari.

"Kau baca saja Bob-head, aku tau kau bodoh, tapi aku yakin kau bisa baca," itu kata kata yang menyakitkan asal dia tau. "Hey ini tidak adil!" dia berseru sambil menyeruak masuk ke dalam apartemenku, aku tidak sempat mencegahnya. Dia sudah berada di ruang tengah menghadap ke jendela, dia tampak sangat tenang disana, aku tak berani mengganggunya. "Kau dapat pemandangan yang jauh lebih baik daripada pemandangan di apartemenku," katanya sambil terus memandangi pemandangan kota Sao Pulo dan kawasn hijau kota itu.

"Kau masih punya banyak undangan untuk diantar Crish, sebaiknya kau bergegas," kataku mengalihkan topik.

"Kau mengusirku?" kali ini dia menoleh, aku tidak punya alasan lain, aku memang ingin mengusirnya. Sekarang dia melangkah ke arahku, semakin dekat dan semakin dekat, aku berjalan mundur karena Chris tidak mau berhenti sampai aku terpojok di tembok, dia menatapku terang terangan. "Kau lucu sekali Bob-head," tiba tiba dia tersenyum dan mengacak acak rambut basahku lagi. "Kupikir aku harus sering main main kesini untuk melihat pemandangan yang lebih baik ini, agar aku tidak stress setiap hari melihat pemandangan gedung lain." katanya, saat ia berjalan ke pintu. Dia pun menutup pintu apartemenku dan pindah ke pintu lain.

Aku duduk di kursi kayu ruangan itu membaca undangan yang baru sempat ku baca judulnya. Ini undangan pesta di apartemen Erick, aku mengingat ingat siapa Erick ini, namanya Erick Brian Cólon Arista, dia pemuda dari Havana, Kuba. Dia adalah pria yang manis dengan mata hijaunya yang seperti kucing, tapi jujur aku suka matanya, sama seperti aku menyukai mata Elsa, aku pernah tanpa sengaja memperhatikan matanya, siapapun pasti ketagihan melihat matanya indahnya yang dalam itu. Pestanya diadakan besok lusa agar semua peserta program Student Exchange saling mengenal--menurut yang kubaca di undangan, ini adalah pesta pertamaku di Brasil, dan pesta pertamaku dengan orang orang asing. Aku tak tau apa yang harus aku lakukan di pesta itu. Aku benci pesta.

.....

Voment dong :D

AMO (A Christopher Vélez Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang