Moments

101 12 0
                                    

Aku berjalan menuju kampus dengan Alan dan Elsa, meskipun aku merasa tidak enak karen harus menganggu pasangan baru yang masih hangat diperbincangkan ini. Hari ini Chris entah berangkat lebih pagi atau malah belum berangkat, aku takut dia marah padaku, sejak saat itu dia belum bicara lagi padaku, bahkan melalui pesan pun tidak. Erick, Joel, Richard dan Zabdi pun tidak kelihatan batang hidungnya, hilang bagai ditelan bumi.

Sesampainya di kampus aku melihat Chris sudah si depan kelas bersama Erick, Joel, Zabdi dan Richard yang sepertinya juga di dampingi Lexie disana. Aku buru buru berjalan mendekati mereka, terutama Chris untuk minta maaf.

"Bob-head!" seru Zabdi dari kejauhan, Chris tampak melambaikan tangannya. Apa dia sudah tidak marah?

"Chris aku ingin minta maaf aku benar benar tidak tau apa yang kukatakan kemarin tapi sekarang aku tau dan aku menyesal jadi tolong maafkan aku." kataku tanpa jeda, semua orang hanya melongoh melihatku yang berbicara seperti rapper. "Ya--aku menyesal,"

"Jadi kau sudah menerjemahkannya?" tanya Richard.

"Ya--aku seharusnya tidak bilang begitu, aku ini memang bodoh sekali," Chris tertawa terbahak bahak melihat wajahku yang nelangsa.

"Tidak apa apa, mereka mengerti kalau kau tidak berbicara bahasa Spanyol. Awalnya nenekku memang tidak terima, tapi dengan diberi sesikit pengertian dia mengerti kok, kau tidak usah cemas, Bob-head" balas Chris, lalu seperti biasa dia mengacak acak rambut pendekku.

"Kau sebaiknya mulai mengatakan hal hal baik Lexie, dia banyak belajar darimu," kata Joel menasehati teman se-negaranya itu.

"Baiklah-- tapi Bob-head, menurutku kau ini terlalu polos, kau membuatku tertawa hampir terkencing kencing saat mereka menceritakan tentang bagaimana kau menyapa nenek dan ibu Chris." Lexie tertawa lagi. Sialan! Mereka membuatku malu.

"Nanti sore datanglah ke apartemenku Bob-head! Kau harus minta maaf juga pada ibu dan nenekku," kata Chris.

"Tentu saja," balasku singkat, aku pun masuk ke dalam kelas.

.....

"Hey!" sapa Erick yang baru saja keluar dari apartemennya saat aku baru saja keluar dari lift dan berjalan melewati pintunya.

"Hi," balasku, kami pun berjalan bersama menuju apartemen Chris.

"Kau tidak perlu se-nervous itu, Bob-head. Anggap saja mereka temanmu," kata Erick yang secara tidak langsung menyindirku. "Aku hanya bercanda--bersikap sopanlah" tambahnya saat sadar aku memelototinya. Erick mengetuk pintu apartemen Chris, dan muncullah Joel dari dalam.

"Ayo masuk!" Joel mempersilakan aku dan Erick masuk. Suasana apartemen Chris berbeda, lebih rapi, bersih dan wangi dari biasanya. Jantungku berdetak semakin kencang--juga tidak seperti biasanya, jujur saja aku masih belum siap menemui ibu dan nenek Chris, aku takut mereka marah besar setelah melihat kedatanganku.

"Ayo Bob-head!" Erick menarik tanganku agar aku berjalan lebih cepat, di ruang tengah sudah terlihat ibu Chris berdiri disana, ia memelukku hangat setelah melihatku di tarik oleh Erick, dia baaaaik sekali, tidak ada tanda tanda kalau dia akan marah. Dia menyilakan aku duduk. Aku tidak tau bagaimana adat orang Ekuador atau orang Latin lainnya saat bertamu, jadi aku melakukan adat bertamu seperti orang Indonesia. Aku mencium tangan nenek Chris yang berwajah garang itu, lalu duduk dan tak banyak bicara.

"Bagaimana kuliahmu?" Tanya ibu Chris padaku, aku benar benar gugup saat menatap matanya, mirip seperti dengan Chris. Terasa Sama malunya seperti saat aku menatap mata Chris.

"Baik," jawabku terbata bata.

"Oya, Maafkan aku karna aku selalu lupa meskipun Chris sudah berkali-kali memberitahuku tapi aku selalu lupa dari mana asalmu." Katanya. Kenapa sepertinya orang orang luar sulit sekali hanya untuk mengingat Indonesia? Indonesia.

AMO (A Christopher Vélez Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang