Weekend. Seperti biasa aku dan Chris pergi jogging, kali ini hanya aku dan dia, mungkin yang lain masih terlalu pusing karena mabuk di pesta Erick, atau mungkin mereka masih disana. Aku dan Chris lari mengeliligi blok entah berapa banyak, kami beristirahat di skate board area tempat biasa kami beristirahat dan membeli minum.
"23KM, ini hebat, aku tidak pernah sejauh ini," kataku saat melihat ke ponselku yang menunjukkan aku baru saja lari sejauh 23 kilo meter, ini rekor baru.
"Belum--kau bisa lebih jauh lagi Bob-head." balasnya, kemudia ia menenggak air minumnya. Tiba tiba ponselku berbunyi saat aku tengah minum, Brent. Tumben dia menelpon?
"Ya, Brent" sapaku,
"Pagi, Siera. Happy Weekend!" balasnya di seberang.
"Kau bicara dengan siapa?" Chris yang di sebelahku bertanya.
"Umm--"
"Chris? Apakah itu kau?" Brent bicara sebelum aku sempat menjawab.
"Bagamana dia tau ini aku?" Chris bertanya lagi, kali ini dengan ekspresi bodohnya.
"Aku Brent, kakaknya Siera." ya, tentu saja Brent mendengar Chris. "Aku tau kau Chris, karena suaramu tak terdengar seperti suara Alan," tambah Brent.
"Alan?" Chris berkata pelan.
"Siera hanya akan bersama dua orang, jika itu bukan Alan pastilah itu kau." kata Brent.
"Kau salah Brent, sekarang Bob-head punya banyak teman, mungkin kalau kau mau lebih sering menghubunginya kau juga akan mengenal lebih banyak teman barunya."
"Bob-head? Kau memanggil adikku Bob-head?" Brent bertanya dengan nada agak tinggi, aku hanya tersenyum licik melihat kengerian di wajah Chris, sepertinya dia takut pada Brent.
"Err... Maaf Brent, kami memanggilnya Bob-head." Kata Chris.
"Itu tidak buruk bung, dengan dia punya julukan artinya dia sudah dikenal banyak orang, dan mengenal banyak orang--Siera, kurasa rencana ayah untuk mengubahmu sudah sukses," Brent terdengar begitu bahagia, kukira dia tadi mau protes soal julukanku dan berpihak padaku untuk membersihkan namaku, ternyata dia berhianat dan berpihak pada musuh.
"Kukira kau tidak suka, Brent." wajah Chris kembali cerah setelah membuat Brent terkesan dengan julukanku.
"Kau mau dengar cerita, Chris?" Tanya Brent pada Chris.
"Tidak. Brent kau tidak perlu menceritakan apapun!" Aku berusaha merebut ponselku yang dipegang oleh Chris, sialan, dia bisa membongkar kebenaran kebenaran burukku dan menurunkan pamorku, aku bisa kehilangan reputasiku.
"Woah! Ada yang ketakutan disini, Brent. Ceritakan Saja." kata Chris pada Brent.
Aku pun hanya bisa berdiam diri setelah itu, menutupi wajahku tiap Kali Chris tertawa terbahak bahak setelah mendengar cerita Brent tentang aku, setelah Brent membongkar semua kebodohanku sebagai manusia. Sialan! Brent tidak pernah berhenti membuat masalah.
"Brent orang yang menyenangkan," kata Chris saat kami dalam perjalanan kembali ke apartemen.
"Tentu saja, dia memberi tahu semuanya." Balasku, aku tidak pernah suka sifat Brent yang itu, dia bukan penjaga aib yang baik.
"Kau lucu sekali ternyata Bob-head. Aku tertawa terbahak sampai perutku sakit saat Brent bilang kau berteriak di dalam kamar mandi dan meminta Brent membawakan handukmu, kau bilang padanya kau lupa membawa handukmu, padahal sebenarnya kau lupa sudah mengenakannya dikepalamu." Chris tertawa lagi, tawa yang sangat jahil.
"Oh cukup, Chris." Aku menutup telingaku dan berjalan menjauh, tentu saja aku malu pada kebodohanku sendiri, apalagi saat aku ingat wajah marah Brent setelah aku bilang 'Maaf, ternyata handuknya dikepalaku.' Ya Tuhan, sebagai orang jenius aku ini ternyata bodoh sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMO (A Christopher Vélez Fanfiction)
FanfictionCerita ini hanyalah fiktif belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat, dan kejadian maka tidak ada unsur kesengajaan. Harap maklumi jika ada typo berserakan, selama typo masih bisa dibaca harap dimengerti. Jika dalam cerita ini terdapat beberapa, ata...