37. Terungkap

163 10 2
                                    

Rania berjalan dengan raut wajah sedang memikirkan sesuatu, ia masih memikirkan percakapan Kafka dengan oomnya. Ia terus bertanya-tanya dalam hatinya, "ada apa sebenarnya yang terjadi?" hal tersebut membuat Rania menjadi tidak fokus.

"Kenapa gue jadi penasaran yah sama Om Devan. Sebenarnya hal apa yang harus Kafka selidiki tentang papa" ujar Rania bermonolog

"Woi, melamun lu pagi-pagi" ujar Stevany yang tiba-tiba menhejutkan Rania

"Kaget gue" omel Rania sambil mengusap dadanya menggunakan tangannya

"Lo mikirin apaan sih, berat banget keknya masalah lo" ujar Stevany yang sadar saat melihat raut wajah Rania

"Gue curiga sama Kafka" balas Rania, membuat Stevany melebarkan matanya karena kaget

"Curiga kenapa?" tanya Stevany penasaran

"Jadi semalam, waktu gue kerumah Kafka buat belajar bareng, gue denger Kafka lagi bicarain sesuatu sama omnya" ujar Rania

"Bicarain apaan?" tanya Stevany yang semakin penasaran

"Bicarain soal papa gue" lanjut Rania

"Mau ngasih restu kali" ujar Stevany mengarang

"Dihh ngaco lo" omel Rania

"Lag terus apalagi dong, kalau udah bawa orang tua ya pasti ngasih restu" jawab Stevany yang semakin ngaur

"Aneh lo, mending masuk kelas yuk" ajak Rania sambil menarik tangan Stevany

------------------

Di kelas yang berbeda Kafka sedang duduk bersama temannya yaitu Reno dan Jino. Kafka sedang melamun memikirkan Rania yang tiba-tiba berubah. Jino dan Reno yang sadar melihat Kafka sedang melamun memikirkan sesuatu segera menyadarkan Kafka dari lamunannya

"Woi, ngapa lu? Diem bae, biasanya juga ngebacot, atau ngajak kita mabar ya gak Ren" ujar Jino

"Tau nih kenapa lo?" tanya Reno

"Gue takut apa yang seharusnya tidak terjadi bakal terjadi" jawab Kafka membuat Reno dan Jino mengerutkan dahinya bingung

"Maksud lo?" tanya Jino bingung

"Gue ngerasa kalau semalam Rania dengar percakapan gue sa om Devan tentang masalah papanya Rania" jelas Kafka

"Terus lo liat reaksi Rania gimana ga?" tanya Reno

"Reaksinya sih kelihatan biasa aja gue sih gatau dia denger atau ngga, semoga aja dia ngga denger apa-apa" ujar Kafka

"Emang kenapa kalau dia tahu? Lo takut kehilangan dia?" tanya Jino yang berhasil menebak isi hati Kafka

"Fiks sih lo kalah Ka, lo dulu bisa bilang ga suka sama Rania, dan sekarang lo yang gak bisa kehilangan dia" ujar Reno yang seratus persen benar

"Iyah gue kalah, puas lo berdua. Paling bisa lo mojokin temen" omel Kafka membuat Reno dan Jino tertawa

"Jiahh ngambek" goda Reno

"Jangan ngambek dong sayang kan masih ada dedek Jino" goda Jino membuat Reno merubah ekspresi wajahnya menjadi seperti ingin muntah

"Jijik banget gue liat lu Jin" ujar Reno

"Stres" ujar Kafka

------------------

"Ran diem aja dari tadi. Kanti aja yuk" ajak Fiona yang sadar melihat Rania melamun

"Lagi galau dia" jawab Stevany

"Kenapa lagi si Kafka?" tanya Dhea cuek

"Gapapa kok, gue ke kelas Kafka dulu yah" ujar Rania lalu pergi meninggalkan temannya

Kafka & RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang