24.Fira si Perusak Hubungan

122 12 0
                                    

Setelah menghantarkan Rania ke Rumah Sakit Kafka pergi ke kantornya untuk urusan pekerjaan. Setelah Orang Tuanya tiada, ialah yang akan menggantikan pekerjaan Bisnis Orang Tuanya.

Menjadi CEO muda adalah beban yang belum pernah ia alami semasa hidupnya. Ia merasakan pekerjaan yang sangat berat dan harus terbagi dengan waktu belajar dan sekolahnya

Kafka sedang berada di ruangan pekerjaan nya. Ia memainkan kursi kantor miliknya dan matanya terarah ke sebuah laptop yang ada di hadapannya. Tiba-tiba pintu terbuka dengan pelan membuat kafka menoleh ke arah pintu tersebut

Cekleekk!!

"Maaf permisi. Hai Kafka" sapa perempuan itu lalu berjalan ke arah kafka

Kafka membenarkan cara duduknya ia terkejut ketika melihat perempuan itu

"Fira? Tau dari mana kantor gue?" tanya Kafka bingung

Fira berjalan kearah belakang kafka dan memeluk Kafka dari belakang. Membuat kafka menjadi gugup

"Tau dong kan perusahaan papa aku sama perusahaan kamu itu kerja sama jadi aku tau dari papa" ujar Fira pada kafka

"Lo ke sini sendiri?" tanya Kafka pada fira

"Ngga aku sama papa. Tapi papa aku lagi bahas bisnis sama oom kamu di ruangan nya. Trus aku disuruh om kamu keruangan kamu" ujar Fira pada kafka

Kafka mengangguk pelan. Fira semakin mendekat dan mempererat pelukannya pada leher kafka. Kafka semakin gugup

"Oh iya aku tau loh maksud kamu deketin Rania untuk apa?" ujar Fira pada Kafka

Kafka semakin bingung dengan ucapan Fira. "Kamu deketin Rania hanya karena kamu ingin membalaskan dendam kamu kan sama dia. Karena Papanya Rania udah nabrak mobil ke dua orang Tua kamu kan? Sampe Orang Tua kamu meninggal" Ucap Fira pada Kafka membuat Kafka semakin terkejut

"Tau dari mana lo?" tanya Kafka heran

"Apa sih yang gue gak tau dari kamu kafka" ujar Fira sembari melepaskan pelukkannya

Fira berjalan kearah samping kanan kafka. Ia menarik sedikit bangku kafka, dan kemudian ia duduk di pangkuan kafka tanpa ijin dari kafka

"Apa-apaan sih lo Fir. Ini kantor" ujar Kafka memperingatkan Fira

"Santai aja Kafka" ucap Fira pada Kafka

"Aku bisa kok bantuin kamu buat balaskan dendam kamu" ucap Fira dengan senyuman licik miliknya

Kafka menolak Fira dari pangkuannya. Kafka berdiri dari tempat duduknya

"Tanpa bantuan lo gue juga bisa" ucap kafka pada Fira lalu pergi meninggalkan Fira

"Kamu mau kemana kafka?" tanya Fira pada Kafka

"Pulang" ucap kafka cuek

Fira hanya menatap kafka yang pergi meninggalkannya. "Gue yakin kafka lo pasti bakal jadi milik gue. Gimana pun caranya" Gumam Fira pelan

------------

Rania masih terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Tubuhnya masih belum bisa bergerak bebas. Rania sudah sadar dari pingsannya namun keadaannya masih melemah

Stevany dan Dhea masih setia menemani Rania di rumah sakit. Mereka bergantian menjaga Rania, sedangkan papa Rania masih sibuk dengan kerjaanya

"Dhe lo udah hubungi om Hardi belum?" tanya Stevany pada Dhea

"Udah" jawab Dhea

"Apa katanya?" tanya Stevany lagi

"Masih subuk ngurusin pekerjaan" jawan Dhea

Stevany berdecak kesal. "Ck udah tau anak lagi masuk Rumah Sakit tapi masih aja ngurusin pekerjaan" omel Stevany kesal

"Sabar aja mungkin emang lagi banyak kerjaan" ujar Dhea menenangkan Stevany

Rania yang mendengar kedua sahabatnya sedang berdebat mengenai Papanya mencoba untuk membuka matanya dan ingin berbicara pada kedua sahabatnya itu

"Stev... Stev.. Woi liat tuh Rania siuman" ujar Dhea berbisik pada Stevany

Stevany menoleh ke arah tempat tidur Rania. Stevany dan Dhea berlari menuju tempat tidur Rania. Dhea berlari menuju tempat jaga suster untuk memberitahu.

"Ran lo baik-baik ajakan?" tanya Stevany khawatir

Rania berusaha bangkit namun di tahan oleh Stevany. "Lo gausah bangkit. Kan masih sakit, ada-ada aja deh lo" omel Stevany pada Rania

"Papa gue mana?" tanya Rania dengan suara lemas

"Hmmm papa lo otw kesini kok" jawab Stevany meyakinkan Rania

Tidak lama kemudian Dhea dan dokter jaga datang untuk memeriksa Rania

"Maaf minggir sebentar biar saya periksa" ujar Dokter itu

Nama Dokter tersebut ialah, Dr. Rahma, terlihat dari Name tack di sebelah kanan bajunya. Dr. Rahma dengan sangat teliti memeriksa Rania.

"Kita tinggal tunggu hasil selanjutnya saja yah. Rania kamu harus banyak-banyak isrirahat. Saya pamit dulu. Permisi" ujar Dr. Rahma lalu pergi meninggalkan ruangan

"Ran lo banyakin istirahat yah" ujar Dhea

"Kafka mana?" tanya Rania yang masig memikirkan Rania

"Kafka mulu. Masih sakit juga" omel Stevany

"Asal lo tau ran. Tuh cowo yang lo suka. Gaada nolongin lo. Lo mau tau siapa yg nolongin lo? Kak Hansen" ujar Dhea pada Rania

"Gue yang minta tolong sama tuh kakak kelas supaya nolongin lo. Jadi yg nolongin lo bukan kafka" sambung Dhea lagi

"Permisi" ujar seseorang yang tiba-tiba masuk kedalam ruangan Rania

"Papa" ujar Rania

"Maaf yah papa tadi ada Rapat penting. Dan baru bisa sekarang datangnya" ujar Hardi

Rania tersenyum. "Kamu tidak apa-apa kan sayang" ujar Hardi pada Rania

"Rania disuruh banyak-banyak istirahat om" ujar Stevany pada Hardi

"Hmm om Dhea pamit luan yah. Udah Sore" ujar Dhea pamit pada Hardi

"Hmm kalau gitu Stevany juga deh om. Mamah udah nelfonin terus nih hehe" ujar Stevany bergantian

"Lo banyakin istirahat yah" ujar Dhea

"Jangan kafka mulu. Istirahat" ujar Stevany meledek

"Pamit yah om" ujar Dhea dan stevany barengan

"Kalian Hati-hati yah. Makasih udah jagain Rania" ujar Hardi

"Hehe iya om gapapa" ujar dhea

"Gue deluan ya ran" ujar Dhea

Dhea dan stevany telah pergi meninggalkan ruangan Rania. Tinggallah Rania dan papanya berdua

"Kafka siapa sayang? Pacar kamu?" tanya Hardi pada Rania

Rania tersenyum malu. "Iyah pa pacar Rania" jawabnya malu-malu

Hardi tersenyum. "Pacaran boleh tapi jangan lupa sama belajar " ujar Hardi

"Iyah pa" jawab Rania

------------

Next?

Satu kata buat Fira??

Kafka & RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang