38. Kehilangan

154 9 2
                                    

"Aku terlalu ceroboh, sehingga aku harus kehilagan orang yang saat ini aku sayangi"
~Kafka Raspati~

----------------

Kafka berlari menuju kelas Rania untuk menjelaskan ke salah pahaman yg terjadi, namun usahanya gagal. Ia tidak menemukan Rania di kelasnya.
Hanya ada Fiona, Dhea, dan Stevany.

"Rania kemana?" Tanya kafka kepada ketiga sahabat Rania

"Jelasin ke kita kenapa Rania nangis, dan pergi gitu aja tanpa pamit ke kita?" kini Dhea yang bertanya balik kepada kafka

"Mau lo apa sih kafka, hobi banget nyakitin Rania, kalau lo gak suka sama dia, yaudah jangan lo pacarin dong anak orang. Kasian tau gak" ujar Stevany kepada kafka

"Lo berdua kalau gak tau apa-apa jangan main hakim sendiri dong" ujar Reno membela kafka

"Lo belain aja temen lo yang salah ini" ujar Dhea pada Reno

"Heeii guys stop!, kita dengerin dulu penjelasan dari kafka, jangan langsung make emosi" ujar Fiona menenangkan situasi

"Bener kata Fiona, dengerin dulu penjelasan dari kafka" kini Jino yang membuka suara

"Oke gue jelasin ke lo semua" ujar kafka

Kafka menarik nafasnya lalu menghembuskannya dengan kasar. "Jadi gini, dalang dari semua masalahnya ini gue. Gue dari awal emang punya niat jahat sama Rania. Gue emang gak tulus sama Rania, gue mau balas dendam ke dia. Karena bokap nya Rania udah nabrak mobil Orang Tua gue sampai mereka meninggal" jelas kafka, membuat Dhea, Stevany, dan Fiona, terkejut

"Jahat banget lo jadi cowo" ujar Dhea

"Iya gue tau gue jahat, makanya itu gue mau nyelidiki semuanya dan meluruskan kesalah pahaman ini. Gue sekarang udah jatuh cinta sama Rania, gue udah sayang sama dia. Dan gue gaakan siap buat kehilangan dia" ujar kafka sedih

"Kita bakal bantu lo" ujar Stevany membuat Dhea membulatkan matanya ke arah Stevany

"Kenapa lo bantuin dia sih, dia udah jahat sama Rania Stevany" ujar Dhea

"Dhea, plis deh. Lo buang fikiran buruk lo itu, Rania itu sahabat kita. Kafka cuma mau ngelurusin masalahnya ke Rania, kasih kafka kesempatan dong buat jelasin ini ke Rania." ujar Stevany meyakinkan Dhea

"Bener yang di bilang Stevany. Kita sebagai sahabat yang baik itu membantu bukan merusak. Emang sih gue baru aja jadi sahabat kalian, tapi setidaknya gue mau mencoba untuk jadi sahabat yang baik buat kalian" ujar Fiona kepada Dhea dan Stevany.

Dhea menatap kafka, dengan tatapan kasihan. "Gue percaya sama lo kafka, jangan kecewain Rania" ujar Dhea

"Makasih Dhe" ujar Kafka

"Sebelum semuanya terlambat, mending lo susul Rania dirumahnya, gue yakin dia pasti pulang kerumah" ujar Stevany pada kafka.

Mendengar ucapan dari Stevany, kafka segera bergegas menuju rumah Rania, untuk menjelaskan permasalahannya agar hubungannya dengan Rania tidak usai

--------------------

Rania turun dari mobilnya, keningnya berkerut, raut wajahnya berubah menjadi bingung, ia melihat ada banyak org dan beberapa polisi yang berdiri dirumah nya, terlihat ada Devan juga oomnya kafka, Rania segera berlari menghampiri keramaian tersebut, dan ia sangat terkejut ketika papahnya telah ditahan oleh kedua polisi yang saat ini mengawal ayahnya. Rania spontan menjerit histeris, untung saja asisten rumah tangganya, yaitu bik ijah segera menangkap Rania dan menenangkannya.

"Pah, papah jangan tinggalin Rania, dong. Rania gak punya siapa-siapa lagi pah. Mamah ninggalin Rania sekarang papah juga ninggalin Rania. Hiks, hiks" ujar Rania sambil menangis

"Rania kamu tenang yah, papah tidak bersalah kok, papah yakin papah tidak bersalah. Ini hanya salah paham" ujar Hardi menenangkan Rania

"Bi, saya percaya sama bibi, tolong jagain Rania yah. Untuk keselamatan Rania saya mau rania di asingkan dulu untuk beberapa minggu di rumah neneknya Rania yang ada di bandung. Jagain Rania ya bik, saya titip Rania" ujar Hardi pada bik ijah

"Baik tuan" ujar bi ijah

"Papahhhh...." teriak rania sambil menangis. Bi ijah terus menenangkan Rania

Rania berlari ke arah Devan, Rania menatap Devan dengan tatapan benci. "Aku yakin, kalau papah gak salah, kebenaran pasti selalu ada" ujar Rania

"Tapi ini lah kebenarannya Rania, papah kamu yang salah, dan sekarang ia menanggung kesalahannya" ujar Devan membuat Rania menggegam tangannya dengan kuat sambil menahan emosi nya

"Kita buktiin nanti" tantang Rania

Devan tak menghiraukan Rania, ia pergi meninggalkan Rania. Rania kembali menangis lalu ia terjatuh lemas kelantai karena badannya sangat lemas menahan semua masalah yang ia hadapi.

---------------

Kafka berhenti di depan rumah Rania, ia melihat tidak ada org dirumah Rania. Sepi itulah yang iya lihat. Ia mengerutkan keningnya, ia bertanya-tanya dalam hatinya ada apa semua ini.

Kafka bertanya kepada salah satu warga yang sedang melintas di depan rumah Rania. "Maaf bu, ijin bertanya, ibu tau tidak pemilik rumah ini kemana? Kok kelihatannya tidak ada orang" tanya kafka dengan sopan kepada warga tersebut

"Oh tadi ada insinden disini mas" ujar warga tersebut

"Insinden apa ya bu? Kalau boleh tau" tanya kafka

"Itu loh mas, pak Hardi, papahnya Rania, ditangkap polisi, karena kasus tabrak lari. Korbannya sampai meninggal, udah nabrak gak tanggung jawab, trus korbannya sampai meninggal lagi, kasihan banget keluarganya pasti" ujar warga tersebut, membuat Kafka terkejut mendengarnya

"Sekarang ibu tau tidak, Rania kemana?" tanya kafka

"Oh katanya sih pindah kerumah neneknya yang di bandung" ujar warga tersebut

"Kalau boleh saya tau mas ini siapanya Rania?" tanya warga tersebut

"Hmm saya temen deketnya Rania bu. Kalau begitu terima kasih ya bu infonya, saya pergi dulu" ujar kafka pamit kepada warga tersebut

Fikiran kafka saat ini tidak tenang, ia berfikir bahwa dalang dari semua ini pasti oomnya, yaitu Devan. Ia segera pergi ke kantor oomnya untuk meminta kejelasan kepada oomnya. Emosi saat ini sedang tidak stabil, fikirannya sedang kacau. Ia trus memikirkan Rania, sekarang harapannya tentang Rania hambar bagai makanan tanpa rasa.

-----------------

Gimana nih?
Masih penasaran?

Maaf yah aku jarang up karena sibuk kerja.

Jangan lupa vote dan komen yah oke!

Kafka & RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang