48. Ternyata?

99 7 0
                                    

Kafka sepanjang hari selalu memikirkan apa yang Rania katakan padanya. Seolah-olah teka-teki yang selama ini mulai terbongkar satu persatu.

Kafka segera bersiap untuk pergi menemui Rania untuk membongkar semua teka-teki yang ada di kehidupannya.

Kafka terlihat sangat tampan menggunakan kaos hitam yang di padu dengan kemeja kotak-kotak berwarna merah maron, mengenakan celana jeans warna coklat susu. Ia juga memakai sepatu Converse dan tak lupa dengan jam tangan berwarna hitam yang melingkar di tangannya.

Sangat tampan bukan pacar kita? Pacar Rania maksudnyaaa. Oke lanjuttt

Kafka mengambil handphone nya di atas nakas, dan langsung meninggalkan rumahnya untuk menuju ke suatu tempat yang sudah Rania katakan padanya

-------------------------

Di tempat yang berbeda Rania dan semua sahabatnya sudah lebih dulu datang di tempat tersebut. Rania terlihat sangat gelisah karena kafka belum juga sampai

Dhea, Stevany, dan juga Fiona dibuat bingung oleh tingkah Rania yang sejak tadi mondar-mandir gak jelas

"Woi anjir, Lo ngapain bolak-balik kek setrikaan gitu" tegur Stevany yang sejak tadi gregetan lihat Rania yang tidak bisa diam

"Bacot anjing" omel Rania

"Kalo dia beneran peduli dia gak bakal telat Ran" ujar Dhea

"Lagian terlalu cepat Ran menurut gue" kini Fiona yang bersuara

"Ini waktu yang tepat Fiona, sebelum semuanya terlambat. Fira sama bapaknya itu licik" ucap Rania

Di sela-sela perdebatan ke empat sahabat itu Kafka sudah dari tadi sampai, hanya saja ia ingin memperhatikan Rania yang sejak tadi mondar-mandir menunggu kedatangannya.

"Gue tau Lo khawatir sama gue, santai aja kali. Gue udah sampai kok" ujar kafka dengan pede nya

"Najissss" ujar Rania cuek

Kafka tertawa renyah karena Rania sudah berani melawannya

"Dhea dapat salam dari Jino" ujar kafka pada Dhea yang di sambut dengan tatapan tajam dari Rania, Fiona, dan Stevany

"Kenapa Lo semua liatin gue kaya gitu?" Tanya Dhea dengan wajah yang panik

"Lama banget Lo datangnya" ujar Rania pada Rania

"Gue udah datang dari tadi, tapi gue sengaja ga nyamperin Lo, gue pengen liat wajah cantik Lo dari jauh Ran" ujar kafka menggombalin Rania

"Najis anjir" ucap Fiona yang geli mendengar ucapan kafka

"Gausah banyak bacot deh, Lo mau tau kan kenapa Rania suruh Lo Dateng kesini?" Ujar Stevany pada kafka

"Mau ngejelasin masalah kan? Sekaligus menyelesaikan masalah yang menyangkut kematian orang tua gue? Iyakan?" Ujar kafka

" Dan Lo tau siapa dalang dari semua ini?" Tanya Fiona pada kafka

"Masih jadi teka-teki di pikiran gue" jawab kafka

"Orangnya gak jauh kok, dia ada di antara Lo dan om Lo itu" ujar Dhea membuat kafka semakin bingung dan penasaran

"Orangnya adalah Fira" ujar Rania membuat kafka semakin menjadi bingung dan tak percaya

"Gue tau Lo semua benci lihat Fira, tapi Lo semua ga boleh nuduh dia tanpa bukti kaya gitu" ujar kafka

"Lo mau tau buktinya apa?" Tanya Rania

Rania mengeluarkan semua bukti yang sudah ia bawa di tas ransel berwarna merah muda, ia juga mengeluarkan card memory yang berisikan rekaman cctv. Ia membuka laptopnya dan memasukkan card memory tersebut

Kafka & RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang