39. Hancur

131 9 1
                                    

Sebodoh itu kah aku karena telah menyia-nyiakan orang yang terhebat di kehidupanku
~ Kafka Raspati ~

--------------------

Kafka berjalan di sebuah lorong dengan wajah menahan marah. Ia mempercepat langkahnya, langkahnya terhenti di sebuah ruangan. Tanpa fikir panjang ia langsung membuka pintu ruangan itu dengan kasar. Orang- orang di dalam ruangan tersebutpun terkejut melihat kehadiran kafka.

Terlihat di dalam ruangan tersebut ada Devan oomnya kafka, Fira, dan juga Broto ayahnya Fira. Mata Kafka saat ini hanya tertuju pada Devan. Rasa geram, marah dan juga kecewa kali ini sedang mempengaruhi kafka, emosinya tidak stabil. İa berjalan melangkah memasukin ruangan tersebut.

"Kafka kamu kenapa?" tanya Fira yang mencoba untuk mendekati kafka

"Diem gue gaada urusan sama lo" jawab kafka dengan kasar

"Kafka jaga ucapan kamu, disini ada pak broto, hargain dia" ucap Devan menegur kafka.

"Om ngajarin kafka untuk ngehargain orang, tapi om gak pernah ngehargain kafka" ujar kafka dengan nada beratnya.

Tatapannya semakin tajam membuat Fira menjadi takut, siapapun yang melihat tatapan tajam kafka pasti akan merasa takut.

"Kamu kenapa sih kafka, jangan kasar gitu, om Devan itu kan om kamu" ujar Fira yang mencoba untuk menenangkan Kafka

"Gausah sok baik lo sama gue" jawab kafka membuat Fira terdiam

"Kafka! Jangan kurang ajar kamu sama anak saya!" ujar Broto membentak kafka, karena ia tidak rela anaknya di perlakukan kasar oleh kafka

"Kenapa? Anda tidak suka? Mau membatalkan kerja sama perusagaan saya dengan anda? Silahkan saya tidak perduli" ucap kafka dengan lantang, membuat Devan terkejut.

"Kafka! Kamu sudah kelewatan!" bentak Devan

"Siapa sekarang yg kelewatan. Kafka apa om?!" ujar kafka

Kafka tidak tahan lagi, ia mengeluarkan semua amarahnya yang sedang ia tahan. "Om selalu nuntut kafka ini itu, om selalu ngerusak kebahagiaan kafka, dan sekarang, om udah buat orang yang selama ini bikin hari-hari kafka bahagia pergi ninggalin kafka. Om macam apa om ini ha? Yang ngerusak kebahagiaan keponakannya__"

"Cukup kafka!" bentak Devan. "Kamu benar-benar keterlaluan, om ngelakuin itu buat kebaikan kamu"

"Kebaikan apa om? Bukannya kebaikan kafka malah makin tertekan. Kenapa sih setiap kehidupan kafka om selalu ingin ikut campur di dalamnya" kafka semakin terbawa emosi, Fira hanya terdiam melihat kafka yang semakin menjadi-jadi

"Dan lo" kafka menunjuk Fira yang saat ini hanya duduk diam ketakutan

"Mulai hari ini dan detik ini, gue harap lo gaakan ganggu gue lagi. Gue gasuka sama lo Fira, jadi tolong ngertiin perasaan gue" ucap kafka dengan penuh penekanan

Fira hanya diam menahan tangis, perasaannya saat ini pasti hancur, karena telah di tolak mentah-mentah oleh seorang Kafka Raspati.

Kafka pergi berjalan meninggalkan ruangan tersebut, ia tidak tahan melihat ke egoisan oomnya. Perasannya saat ini benar- benar hancur.

"Kafka kamu mau kemana?" tanya Devan yang berusaha menahan kafka

"Pulang" hanya satu kata yang keluar dari mulutnya

Kafka benar-benar meninggalkan Devan dan Fira beserta Broto diruangan tersebut, kini tinggal mereka bertiga yang masih berada di dalam ruangan tersebut.

"Maafkan kelakukan kafka ya pak Broto, wajar saja, kan masih remaja, jadi emosinya suka tidak stabil" ujar Devan yang berusaha bersikap manis di depan Broto

"Tidak apa-apa pak Devan saya maklumin" ujar Broto

------------------

Kafka berhenti di sebuah halte lalu mengeluarkan handphone miliknya. Ia mengetikkan sebuah nama di layar ponselnya, tertulis namanya ialah Dheaa, sebelum kerumah Rania ia sempat meminta nomor telfon Dhea dan Stevany agar mendapatkan informasi lebih jelas dari mereka.

"Halo Dhea, ini gue kafka"

"Iya kafka ada apa ya? Lo udah ketemu sama Rania? Kedaannya gimana? Lo udah jelasin ke dia?"

"Gue ga ketemu sama Rania, tetangganya bilang dia udah pindah kerumah neneknya dia bandung. Lo tau gak rumah neneknya dimana?" ujar kafka dan mencoba mencari tahu lewat Dhea

"Ha? Rumah neneknya? Rania pernah cerita sih sama gue sama Stevany juga kalau dia punya nenek, tapi dia ga pernah ngasih tau rumah neneknya dimana"  ujar Dhea

"Yaudah deh, makasih yah dhe, maaf udah ganggu waktu lo" ujar kafka

"Eh aman kok kafka"

"Kalau lo dapat info tentang Rania, li langsung kabarin gue ya"

"Aman"

"Oke makasih" ujar kafka lalu memutuskan percakapan mereka di telfon tadi.

Kafka bingung, pikirannya sedang kacau saat ini, ia kembali mengendarai sepeda motornya, dan kali ini ia memutuskan untuk pulang.

-----------------

Sesampainya dirumahnya, ia di sambut oleh adiknya yaitu zakira. Rasa kecewa yang terlihat di wajah kafka kini pudar ketika melihat wajah lucu adiknya itu.

"Abang kafkaaaa, lama banget sih pulangnya, capek tau nungguin abang" ujar zakira dengan tingkah lucunya

"Maaf ya cantik abang tadi ada urusan sebentar" ujar kafka pada zakira

"Abang engga bawa kakak lucu?" ujar zakira membuat kafka berfikir sejenak

"Kakak lucu?" tanya kafka bingung, ia langsung kefikiran dengan Rania, karena hanya Rania yang pernah ia bawa kerumah dan bertemu dengan zakira

"Iya kakak lucu, kakak rania" ujar zakira membuat kafka menjadi bisu

"Hmm kakak rania nya udah pergi" ujar kafka membuat zakira memasang wajah sedih

"Kakak lucu pergi krmana abang. Kok gak pamit ke zakira dulu" ujar zakira sedih

"Hmm jangan sedih gitu dong, nanti kan kakak lucunya balik lagi. Zakira jangan sedih ya sayang, sini abang gendong ke kamar yah, zakira main di kamar dulu, nanti abang temenin lagi abang mau mandi dulu, mau ganti baju sekolah"  ujar Kafka dengan lembut lalu membawa zakira untuk masuk ke kamarnya

Bukan hanya kafka yang kehilangan tapi zakira juga, ia berharap bahwa rania tidak benar-benar pergi dari kehidupannya. Ia berfikir akan terus mencari Rania

---------------------

Haii gaess. Maaf banget baru up lagi.

Aku bingung mau buat kaya gimana,

Jangan lupa spam coment dan votenya yah.

Pantengin trus, K&R yahhh

Salam sayang dari author yang cantik ini mwwaahh😗

Kafka & RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang