Taylor melepas sabuk pengamannya dan beralih menatap Harry yang masih duduk menatap lurus ke depan di bangku kemudinya. Taylor memutar bola matanya. "Hei, lepas sabuk pengamanmu dan ke luar dari mobil sekarang. Keluargaku sudah menunggu dan aku lapar." Ujar Taylor.
Harry menoleh kepadanya. Taylor cukup terkejut melihat raut wajah Harry yang menampakkan...kecemasan. Harry cemas? Apa yang perlu dia cemaskan? Memangnya, apa yang akan terjadi?
"Aku...ehm, aku lebih baik kembali ke hotel dan beristirahat. Kau bisa makan malam bersama keluargamu." Ujar Harry. Taylor memicingkan matanya. "Tidak, tidak. Kau bilang, kau tak bisa makan malam sendirian. Kau harus makan malam." Taylor melipat tangan di depan dada, menekankan.
Harry menggeleng. "Aku tak mau mengganggu makan malam keluargamu, Taylor. Lebih baik kau masuk dan makan malam bersama mereka. Mereka sudah menunggumu." Harry kembali memerintah. Taylor menggeleng. "Aku tidak bisa meninggalkanmu. Kau harus makan malam bersama keluargaku. Aku memaksa."
"Ta-tapi, aku...aku belum siap bertemu keluargamu. Lain kali saja, okay?"
Taylor diam sejenak mendengar ucapan Harry sebelum tertawa. Harry memicingkan mata. Heran, kenapa Taylor tertawa. Taylor berusaha mengontrol tawanya sebelum akhirnya benar-benar terhenti dan menatap Harry dengan tatapan lembut.
"Tak ada yang perlu dicemaskan untuk bertemu dengan keluargaku, Harry. Kau bilang, tujuan awal kita ke sini adalah untuk bertemu keluargaku. Lantas, apa yang kau cemaskan? Lagipula, sepertinya, ayahku mengenal baik ayahmu. Dia pasti akan senang bisa mengajakmu makan siang bersama." Taylor mencoba membujuk Harry. Harry masih menatapnya ragu-ragu sebelum menganggukkan kepala dan mulai melepas sabuk pengamannya.
Taylor dan Harry ke luar dari mobil sewaan Harry dan berjalan menuju ke kediaman keluarga Swift. Taylor yang memimpin. Sesampainya di depan pintu, Taylor menekan bel rumahnya beberapa kali. Taylor sesekali melirik Harry yang terlihat membuang pandang ke arah jalanan sepi di depan rumah Taylor. Taylor tersenyum.
Tak lama kemudian, pintu rumah terbuka dan suara seorang wanita terdengar. "Taylor! Kami sudah menunggumu sejak...." suara itu terhenti saat pintu benar-benar terbuka lebar. Pemilik suara itu tentulah Andrea. Andrea menatap Taylor sebelum menatap ke arah Harry yang berusaha tersenyum ramah.
"Mom, maaf aku terlambat. Hm, kau tak keberatan, kan, jika Harry bergabung untuk makan malam bersama kita?" Taylor memeluk singkat Andrea. Andrea masih menatap Harry tajam sebelum sebuah senyuman muncul di bibirnya. Harry mengulurkan tangan di depan Andrea sambil berkata, "senang bertemu denganmu, Mrs. Swift."
Andrea meraih uluran tangan Harry dan menjabatnya lembut. "Andrea. Kau bisa memanggilku Andrea, Harry. Well, silahkan masuk. Aku yakin, kalian berdua pasti sangat lapar. Aku membuat spaghetty malam ini."
Taylor dan Harry pun melangkah memasuki kediaman Swift.
*****
"Bagaimana kau bisa berteman dengan ayahku? Maksudku, kau tinggal di sini dan ayahku tinggal di London." Harry bertanya, setelah menyelesaikan makan malamnya, kepada Scott Swift yang berkata jika dia dan ayah Harry-Des Styles-saling mengenal dengan sangat baik.
Scott menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi tempatnya duduk. "Aku mengikuti pertukaran pelajar ke London selama hampir satu tahun. Aku mengenal ayahmu karena di sekolahnyalah aku bersekolah sementara. Dia sangat baik dan dia satu-satunya teman yang kumiliki di London." Harry mengangguk mengerti.
Makan malam bersama keluarga Swift tidaklah buruk, menurut Harry. Bahkan, terlihat sangat menyenangkan. Andrea sangat keibuan. Dia menuangkan makanan untuk semua yang ada di meja makan, sebelum menuangkan makanan untuknya sendiri. Austin dan Taylor saling melempar lelucon yang menyindir satu sama lain. Sementara, Scott hanya diam, memperhatikan keluarganya dengah senyuman di bibirnya. Sedangkan, Harry? Harry tak tahu apa yang harus dia lakukan selain diam dan mencoba menyesuaikan diri dengan keadaan sekitarnya. Tapi, keluarga Swift adalah tipikal keluarga idaman Harry. Harry tak pernah berada di antara keluarga yang sangat terasa kekeluargaannya seperti ini.
"Harry, aku tak tahu apa yang harus kukatakan dan kulakukan padamu. Aku sangat berterima kasih atas bantuan yang kau berikan padaku." Kali ini, Scott berbisik kepada Harry, seraya melirik ke arah keluarganya yang masih sibuk dengan kegiatan masing-masing. Harry mengangguk dan tersenyum. "Jika ayahku masih hidup, dia juga pasti akan melakukan hal yang sama."
"Aku ingin bicara banyak denganmu, sebenarnya. Tapi, sepertinya sekarang bukanlah waktu yang tepat. Bagaimana jika kau datang lagi untuk makan malam besok?" Scott menawarkan. Harry berpikir sejenak sebelum menganggukkan kepala. "Tentu saja, jika kau dan keluargamu tak keberatan."
Scott terkekeh. "Tentu saja tidak. Sama sekali tidak. Lebih banyak orang yang ada di sekelilingku saat makan malam, terasa lebih menyenangkan." Harry ikut terkekeh.
Saat Harry dan Scott berbicara satu sama lain, mereka tak sadar jika sebenarnya, mata kucing seorang Taylor Swift tengah memperhatikan mereka dengan senyuman di bibirnya.
*****
Harry baru saja selesai berpamitan kepada Andrea dan Scott untuk kembali ke hotel untuk beristirahat. Taylor mengantar Harry menuju ke mobilnya walaupun, Harry menolak Taylor, pada awalnya.
Langkah Taylor dan Harry terhenti tepat di dekat mobil sewaan Harry yang berada di depan rumah Taylor. Keduanya berdiri berhadapan dan diam selama beberapa saat, membiarkan udara dingin menerpa kulit satu sama lain sebelum akhirnya, Harry memecah keheningan.
"Terima kasih kau sudah menemaniku seharian ini."
Taylor tersenyum. "Seharusnya aku yang berterima kasih. Aku tak tahu apa tujuanmu sebenarnya membawaku kembali ke sini tapi, aku senang kembali ke rumahku. Ah, ya, terima kasih juga karena kau membuatku lengket hari ini." Keduanya terkekeh mengingat kejadian yang mereka lakukan tadi.
"Aku akan menemui lagi besok." Ujar Harry setelah berhenti terkekeh.
Taylor mengangkat sebelah alisnya, menggoda. "Kau yang menemuiku atau aku yang datang menemuimu? Setahuku, hari ini, kau yang memintaku untuk menemuimu."
Harry tersenyum. "Bukankah kau mendengarnya dengan sangat jelas? Aku akan menemuimu besok."
Taylor melipat tangan di depan dada dan menganggukkan kepala. "Lalu, apa yang akan kita lakukan besok?"
"Kita akan melihatnya besok. Sekarang, segera masuk ke dalam rumahmu dan beristirahat. Sampai bertemu besok." Harry membuka pintu mobilnya dan masuk ke dalamnya. Taylor masih berdiri, menunggu Harry melajukan mobilnya menjauh. Namun, sebelum benar-benar melajukan mobilnya menjauh, Harry membuka kaca mobilnya terlebih dahulu.
"Have a nice dream, Taylor." ujar Harry. Taylor tersenyum dan berkata, "have a nice dream, too, Harry." Kemudian, Harry menutup kaca mobilnya dan melajukan mobil itu menjauhi area rumah Taylor. Taylor menatap mobil yang semakin menjauh itu dengan senyuman di bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Control
FanfictionMungkin semua tahu. Tak ada yang dapat mengontrol seorang Harry Styles, sebelum Taylor Swift datang dan mengubah segalanya.