Keesokan harinya, Taylor dibangunkan dari tidur nyenyaknya oleh suara ribut, bersamaan dengan bunyi ketukan pintu. Taylor menggeliat di tempat tidurnya dan secara perlahan, mencoba membuka mata, melihat ke arah pintu kamarnya yang memang tampak diketuk dengan cukup kencang.
“Tunggu.” Taylor berujar malas-malasan sambil bangkit dari ranjang dan berjalan hendak membuka pintu.
Taylor baru selesai membuka kunci saat tiba-tiba saja, dua orang gadis berhambur ke arahnya dan membuat Taylor jatuh dengan bokong yang menyentuh lantai kamarnya terlebih dahulu. Kedua gadis itu terkekeh dan bangkit berdiri, menjauh dari Taylor sambil melambaikan tangan ke arah Taylor yang mengelus bokongnya.
“Argh! Apa yang kalian lakukan?! Kalian mengganggu tidur lelapku dan kalian membuatku terjatuh!” Taylor bangkit dari posisinya dan berdiri, berhadapan dengan kedua gadis itu. Gadis yang adalah sahabat baiknya di Nashville. Karlie Kloss dan Abigail Anderson.
“Taylor!” Kedua gadis itu kembali berhambur ke arah Taylor dan memeluk Taylor erat. Taylor dapat menahan diri untuk tidak terjatuh.
“Kami merindukanmu!” ujar Karlie dan Abigail bersamaan. Emosi Taylor memudar saat mendengar kalimat tersebut. Taylor tersenyum dan balas memeluk sahabat-sahabatnya itu. “Aku juga merindukan kalian!”
Ketiganya saling melepas diri. Karlie dan Abigail menatap Taylor teliti, begitupun sebaliknya.
“Aku tak mendapati banyak perubahan di dalam dirimu, Taylor,” komentar Karlie. Taylor memutar bola matanya dan berjalan untuk duduk di tepi ranjang tidurnya. Karlie dan Abigail mengikuti Taylor.
“Memangnya kalian pikir, apa yang akan berubah dariku? Tentu saja tidak. Aku masih Taylor yang sama.” Ujar Taylor seraya menguap. Taylor masih mengantuk, sebenarnya. Tapi, jika tidak dipaksakan untuk bangun, dapat dipastikan Taylor tak akan bangun sampai besok pagi. Taylor seseorang yang bisa tidur sangat lama.
“Ya, sudahlah. Well, karena kau di sini sekarang, bagaimana jika kita melakukan ritual kita? Girls’ day out!” Abigail berujar ceria dan Karlie mengangguk setuju dengan sangat antusias. Taylor memicingkan mata. “Aku tak tahu aku bisa pergi bersama kalian atau tidak. Ada yang harus kukerjakan.”
“Taylor, ayolah. Sudah sangat lama kita tidak hang out bertiga! Ada tempat karaoke baru di tepi kota. Ayolah! Kau harus ikut!” Karlie meraih lengan Taylor dan menggerakkannya dengan manja. Merengek. Taylor memutar bola matanya. “Aku harus memberitahu seseorang dulu jika aku akan pergi dengan kalian.”
Tanpa basa-basi, Abigail meraih ponsel Taylor yang ada di atas meja dan memberikan ponsel itu kepada Taylor. Taylor terkekeh dan meraih ponsel tersebut. Taylor mencari kontak nama Harry di sana sebelum memutuskan untuk menghubunginya.
Taylor bangkit berdiri dan berjalan menjauh supaya pembicaraannya tak terdengar oleh Karlie dan Abigail. Taylor menunggu beberapa saat sebelum akhirnya, Harry mengangkat panggilan darinya dari jauh sana.
“Halo, Harry? Teman-temanku mengajakku pergi jadi, bisakah kita menunda rencana kita sebelumnya? Oh, baiklah. Terima kasih. Sampai bertemu nanti malam.”
Taylor mengakhiri panggilannya dan menghela nafas. Untunglah, Harry mengerti apa yang Taylor bicarakan. Harry mengizinkan Taylor pergi bersama teman-temannya, asalkan Taylor tidak lupa untuk pulang sebelum makan malam karena Harry sudah berjanji pada ayah Taylor untuk datang lagi.
Taylor berjalan mendekati teman-temannya sambil tersenyum. “Ayo, pergi, girls!”
*****
“Bagaimana kalian bisa tahu jika aku berada di Nashville?” tanya Taylor kepada Karlie dan Abigail yang berjalan disisi kanan dan kirinya. Mereka bertiga tengah berada di salah satu pusat perbelanjaan yang ada di Nashville. Mata Karlie dan Abigail menjelajahi tiap toko dengan sangat teliti.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Control
FanfictionMungkin semua tahu. Tak ada yang dapat mengontrol seorang Harry Styles, sebelum Taylor Swift datang dan mengubah segalanya.