Harry menghentikan mobilnya tepat di kediaman James yang tampak sudah sangat ramai. Kendaraan banyak yang berparkiran di halaman yang memang dapat dikatakan luas tersebut. Harry menoleh ke arah Taylor yang duduk di sampingnya. Taylor terlihat sangat cantik malam ini, dengan gaun merah yang sudah dipersiapkan Andrea, mengingat Taylor pasti tidak akan menyiapkan apa-apa untuk pergi ke pesta pertunangan James.
"Kau baik-baik saja?" tanya Harry cemas. Sedari tadi, Taylor hanya diam. Harry tahu bagaimana perasaan Taylor. Taylor memang menyukai James dan Harry mengetahui itu dengan jelas, di pertemuan pertamanya dengan James. Taylor bahkan tak berkutik saat James mencium pipinya.
"Taylor, jika kau tak siap, kita bisa pergi dari sini," ujar Harry lembut. Taylor akhirnya mengangkat wajahnya, menatap Harry. Harry menahan nafas. Taylor benar-benar cantik malam ini. Tidak, Taylor memang selalu terlihat cantik. Tapi, malam ini berbeda. Yang membuatnya berbeda mungkin rambut. Ya, Taylor membiarkan rambut lurus blonde-nya jatuh di punggungnya. Terlihat sangat cantik.
Taylor menggeleng dan tersenyum tipis. "Aku sudah berjanji pada James jika aku akan datang. Lagipula, kita sudah sampai di sini jadi, ya, tak ada jalan kembali, kan?" Harry mengangguk dan segera melepaskan sabuk pengamannya. Taylor melakukan hal yang sama.
Harry ke luar terlebih dahulu dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Taylor. Taylor cukup terkesan dengan tindakan gentleman Harry. Harry hanya tersenyum kepadanya.
Harry menyodorkan lengannya kepada Taylor dan Taylor ragu-ragu melingkarkan lengannya di lengan Harry, sebelum akhirnya, melangkah memasuki kediaman keluarga James tersebut.
Sesampainya di dalam ruangan, beberapa tamu undangan menatap Harry dan Taylor, seakan-akan mereka adalah pasangan pengantin yang baru selesai mengatakan janji suci mereka. Taylor mengernyit dan berbisik pada Harry.
"Aku benci mengatakan ini tapi, kau selalu mengundang banyak perhatian, Harry. Tiap aku bersamamu, aku pasti ikut-ikutan menjadi pusat perhatian."
Harry mengangkat sebelah alisnya dan terkekeh. "Aku tak yakin jika orang-orang di Nashville mengenalku dan aku tak pernah merasa menjadi pusat perhatian, di manapun aku berada. Jadi, aku bukanlah alasan kenapa kau dan aku menjadi pusat perhatian ketika bersama."
"Lalu, kenapa?" tanya Taylor heran.
"Kau dan aku menjadi pusat perhatian, karena kau dan aku serasi." Jawab Harry santai. Taylor dapat merasakan pipinya yang memanas, bersamaan dengan gejolak di perutnya. Harry selalu mampu membuat Taylor merasakan hal aneh seperti ini.
"Taylor? Kaukah itu?"
Langkah Harry dan Taylor terhenti saat mendengar suara tersebut. Taylor menoleh dan mendapati si empunya pesta tengah berdiri beberapa langkah darinya, tersenyum lebar. Taylor menarik Harry agar mendekat ke arah si pemilik pesta tersebut.
"Emily! Selamat!" ujar Taylor, melepaskan lengannya dari lengan Harry dan berjalan memeluk gadis yang mempunyai rambut berwarna kecokelatan panjang tersebut. James yang berdiri di samping Emily, memberi tatapan aneh kepada Harry dan Harry mengabaikan tatapan James. Mata Harry hanya terfokus pada satu orang. Taylor.
"Aku tak menyangka kau datang! James memang bercerita jika kau ada di Nashville. Maaf belum bisa menemuimu. Aku sibuk mempersiapkan pesta ini." ujar Emily dengan ceria. Taylor tersenyum. "Aku sudah berjanji untuk datang dan aku tak akan melanggar janjiku. Aku memahamimu, Emily."
Kemudian, Taylor bergerak mendekati James yang berdiri di samping Emily. Taylor menggigit bibir bawahnya sebelum memeluk James singkat sambil menepuk punggung pria itu. "Selamat atas pertunangan kalian, James. Aku ikut senang dengan kalian." Taylor melepas pelukannya dan James mengangguk kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Control
FanfictionMungkin semua tahu. Tak ada yang dapat mengontrol seorang Harry Styles, sebelum Taylor Swift datang dan mengubah segalanya.