#50 : Gemma

6.9K 615 27
                                    

"Yeah, kita mendarat!"

Taylor melirik sekilas ke arah Abigail yang terlihat sangat senang saat mereka sudah ke luar dari pesawat yang mengantar mereka menuju ke London. Besok, mereka akan menonton secara langsung acara khusus Victoria's Secret. Akan banyak orang yang datang untuk melihat pada model berlenggak-lenggok di atas panggung catwalk. Taylor tak sabar melihat aksi sahabatnya, Karlie. Tak terasa, sudah hampir sebulan lamanya dia tak bertemu dengan Karlie.

Taylor dan Abigail berjalan sambil menarik koper mereka masing-masing. Mereka akan bertahan di London selama satu minggu dan seorang gadis tentunya pasti akan membawa banyak barang di koper mereka.

"Di mana kita akan menginap, Tay?" tanya Abigail kepada Taylor yang sedari tadi hanya diam, terjebak dalam pikiran. Abigail menahan nafas. Dia tahu, pasti Taylor mulai mengingat masa lalunya di London. London menyimpan banyak kenangan untuk Taylor. Kembali ke London sama saja kembali mengulang masa lalunya.

"Tay? Kau baik-baik saja?" Abigail melambai-lambaikan tangannya di hadapan Taylor, membuat Taylor tersadar dan segera tersenyum kepada Abigail. "Ya?" Taylor bertanya memasang wajah polos.

"Di mana kita akan tinggal selama di London?" Abigail mengulangi pertanyaannya.

"Di hotel, dekat dengan gedung pertunjukan. Aku sudah memesan kamar untuk kau dan aku." jawab Taylor santai, seraya terus melangkahkan kakinya, menuju pintu ke luar bandara.

"Bagaimana kita mencapai hotel itu? Taksi?" tanya Abigail. Taylor menggeleng. "Aku menyewa sebuah mobil, beserta supirnya selama seminggu jadi, tenang saja." Taylor meyakinkan. Abigail menganggukkan kepala.

Tak lama kemudian, keduanya sudah sampai di luar bandara. Taylor mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari keberadaan mobil beserta supir yang sudah jauh-jauh hari dia sewa. Selang beberapa menit, seorang pria paruh baya menghampiri Taylor dan Abigail. Dia tersenyum ramah seraya bertanya, "Miss. Swift?"

Taylor balas tersenyum ramah. "Mr. Smith?" Taylor bertanya balik. Pria itu tersenyum dan menganggukkan kepala. Pria itu mulai memimpin langkah kaki Taylor dan Abigail, menuju ke sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari mereka. Sebuah mobil Range Rover hitam yang lagi-lagi mengingatkan Taylor pada mobil Harry. Taylor diam sejenak dan menggelengkan kepala, mencoba melenyapkan Harry dari pikirannya.

"Karlie akan menemui kita nanti malam. Jadi, kita bisa tidur seharian penuh." Taylor memberitahu Abigail saat keduanya memasuki mobil. Abigail mengangguk, mengerti. Kemudian, mobil pun mulai melaju menuju ke hotel tempat mereka akan beristirahat.

*****

"Harry? Apa yang kau lakukan di sini?" Pria berambut kecokelatan itu berujar, seraya berdecak pinggang saat melihat keponakannya, Harry Styles tengah berdiri di depan pintu ruangan. Pria berambut kecokelatan itu bernama John Styles. Dia berusia 40 tahun. Adik dari ayah Harry, Des Styles.

"Mengambil barang-barangku. Semoga kau tidak membuangnya," ujar Harry sarkastik. Dia tak pernah punya hubungan baik dengan salah satu keluarga dari ayahnya. Keluarga ayah Harry, atau lebih tepatnya keluarga Styles, benar-benar keluarga yang tak masuk akal bagi Harry. Mereka memiliki sifat dan karakter yang sama.

Tanpa mengucapkan permisi dan sebagainya, Harry bergegas menuju ke salah satu lemari yang ada di bekas ruangannya tersebut. Harry menghela nafas. Rasanya, sudah sangat lama dia tidak menginjakkan kaki di ruangan ini. John sudah merubah semuanya. Seperti warna dinding yang tidak lagi berwarna oranye, warna kesukaan Harry. Sekarang, dindingnya berwarna hijau. Lalu, posisi meja kerja, sofa, dan sebagainya juga berubah. Yang tidak berubah hanyalah posisi lemari besar, tempat meletakkan berkas-berkas Styles Enterprise.

Harry mengernyit saat melihat salah satu sisi di lemari itu yang masih terkunci rapat. Senyuman muncul di bibir Harry. Tentu saja sisi yang itu terkunci rapat. Kuncinya ada pada Harry dan Harry tak pernah memberikan kunci itu kepada siapapun.

No ControlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang