Satu tahun berlalu dengan sangat cepat, menurut seorang Taylor Swift. Sudah satu tahun lamanya dia kembali tinggal di Nashville dan membangun ulang restoran keluarganya, yang kini sudah berkembang cukup pesat dan memiliki beberapa cabang di luar Nashville. Taylor juga sudah menjadi cukup terkenal di Amerika, akibat tangan dinginnya dalam membangun ulang Swift Resto. Dapat dikatakan, semua orang mengagumi kehebatan Taylor dalam berbisnis.
Menjadi seorang pengusaha yang benar-benar sukses tak lantas membuat Taylor berubah. Taylor masih Taylor yang dulu. Masih Taylor yang ramah. Masih Taylor yang ceria. Masih Taylor yang keras kepala. Tak banyak yang berubah dari seorang Taylor Swift secara sikap dan sifat.
Secara fisik, mungkin iya. Taylor tak lagi mempunyai rambut panjang lurus blonde seperti satu tahun yang lalu. Tepat tiga hari setelah dia kembali ke Nashville, setelah mengalami hari yang cukup panjang di dalam pesawat, Taylor memotong rambut panjangnya, menjadi sebahu. Taylor yang sekarang juga sangat modis dan dia juga dijadikan panutan banyak wanita dalam hal berpakaian.
Pengalaman bekerja dan tinggal di London jelas masih membekas dalam pikiran Taylor. Dia belum kembali lagi ke London, sejak dia pergi satu tahun lalu. Dia pergi, atas kemauannya sendiri karena dia merasa bersalah atas segala perubahan yang terjadi pada seorang pria keras kepala namun, memikat itu.
Omong-omong, sudah satu tahun lamanya juga Taylor tak berhubungan dengan Harry Styles. Abigail dan Karlie sering membawa nama Harry tiap kali mereka berkumpul bersama. Kedua sahabat baik Taylor itu mengatakan jika Harry Styles seringkali muncul dalam majalah, bersama model-model terkenal. Dari situ, Taylor dapat mengambil kesimpulan jika Harry pasti sudah berhasil melupakannya.
Padahal, Taylor belum benar-benar melupakan pria itu. Seminggu setelah kembali dari London, Taylor menghabiskan waktunya di dalam kamar. Seperti orang gila. Hanya duduk, meratapi fotonya bersama Harry saat keduanya bermain ke taman rekreasi. Lalu, tersenyum mengingat kejadian-kejadian lucu ataupun manis yang pernah mereka lewatkan berdua.
Taylor akhirnya percaya pada kutipan yang pernah dia baca di sebuah majalah, 'Seorang wanita mudah jatuh cinta dan sulit melupakan sedangkan, seorang pria sulit jatuh cinta dan mudah melupakan'. Taylor menyimpulkan, kutipan itu sepenuhnya benar.
"Taylor!"
Taylor tersentak dari posisi awalnya saat mendengar suara tersebut. Taylor menoleh dan mendapati sahabat karibnya, Karlie tengah berada di dalam ruang kerjanya, dengan senyuman lebar di bibirnya.
"Hei, Karl." sapa Taylor, seraya balas tersenyum.
Tanpa menunggu perintah, Karlie menarik kursi di hadapan Taylor dan duduk di sana. Taylor mengernyit. Karlie terlihat sangat aneh saat tak bisa berhenti tersenyum seperti itu. Karlie memang cantik tapi, terkadang, Taylor bisa melihat sesuatu yang seram dari sahabatnya ini.
"Tebak apa yang baru kudapatkan!" ujar Karlie, penuh semangat.
"Apa?" tanya Taylor, mengangkat sebelah alisnya. Bertanya tanpa berbasa-basi.
Lalu, Karlie merogoh isi tasnya hingga tangannya berhasil meraih apa yang hendak dia tunjukkan kepada Taylor. Taylor mengangkat sebelah alisnya saat Karlie menunjukkan sebuah amplop berwarna putih dengan sebuah stempel yang ada di depannya.
"Apa itu?" tanya Taylor, penasaran.
"Surat dari Victoria's Secret! Aku diterima menjadi salah satu model di sana!" Taylor tersenyum melihat sahabatnya yang sangat bahagia tersebut. Taylor tak heran jika Victoria's Secret menerima Karlie menjadi salah satu model di sana. Taylor bukan seorang lesbian tapi, siapa orang yang dapat menampik pesona seorang Karlie Kloss? Jika ada, kemungkinan besar orang itu buta. Pasalnya, secara fisik, Karlie memang pantas untuk menjadi model.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Control
FanfictionMungkin semua tahu. Tak ada yang dapat mengontrol seorang Harry Styles, sebelum Taylor Swift datang dan mengubah segalanya.