"Aku mulai, okay?" Taylor bertanya. Harry menganggukkan kepala. Keduanya memutuskan untuk saling mengajukan lima pertanyaan, secara bergilir. Pertanyaan hanya terbatas, yaitu: 5 buah pertanyaan. Jawabannya juga tak boleh berbelit-belit dan harus dijawab sejujur mungkin.
Taylor melipat tangan di depan dada. Mata kucingnya menatap tajam ke arah Harry, sebelum mulai bertanya, "apa hobimu?"
Harry mengangkat sebelah alisnya. Pertanyaan yang sangat mendasar, pikir Harry. Harry dengan santai menjawab, "bekerja." Taylor mengerucutkan bibirnya. "Bukan itu! Maksudku, hobimu yang lain. Bekerja itu bukan hobi!"
"Kupikir, di peraturannya, kau berkata jika tidak ada yang boleh menginterupsi saat seseorang memberikan jawaban dan itu jawabanku," Harry menahan tawa di dalam hati, melihat Taylor yang sangat kesal atas jawaban Harry.
Harry berdeham sebelum memberikan jawaban lainnya kepada Taylor. "Aku senang membaca buku, khususnya buku berbau sejarah." Kali ini, jawaban Harry membuat Taylor tersenyum lebar. Taylor menganggukkan kepala sebelum lanjut bertanya kepada Harry.
"Apa saja hal-hal yang kau sukai dan hal-hal yang tidak kau sukai?"
"Kupikir, itu termasuk dua pertanyaan tapi, baiklah. Aku akan menganggapnya satu pertanyaan." Harry tersenyum, menarik nafas dan menghelanya perlahan. "Hal-hal yang tidak kusukai adalah pembohong, ruangan sempit, dan masih banyak lagi. Hal-hal yang kusukai adalah well, aku sudah memberitahumu aku suka membaca. Selain itu, aku suka spaghetti dan segala sesuatu yang berwarna oranye. Tapi,..." Harry memberikan Taylor senyuman yang tidak Taylor mengerti maksudnya.
Harry melanjutkan ucapannya yang terpotong tersebut. "...hal yang paling aku sukai untuk saat ini adalah menghabiskan waktu bersamamu." Lagi dan lagi, Taylor bisa merasakan darah yang naik dan sudah pasti akan menimbulkan semburat merah di pipinya. Sial, Harry memang selalu bisa membuat Taylor merona.
Harry terkekeh saat sadar akan raut wajah Taylor yang berubah. Taylor menggelengkan kepala dan mulai bertanya hal lainnya. Taylor menggigit bibir bawahnya sebelum bertanya dengan penuh keraguan, "Harry, a-apa..ehm..apa yang..kau...ehm..kau..." Taylor berhenti. Taylor menggelengkan kepala. Harry memberikan pengaruh cukup besar pada sikap Taylor.
Taylor memejamkan mata dan membukanya kembali dengan semangat yang kentara di matanya. "Apa yang kau sukai dariku?" Pertanyaan itu berhasil melesat ke luar dari mulut Taylor. Taylor diam sejenak sebelum memasang wajah terkejut. Hei, Taylor bahkan tak pernah menyangka jika pertanyaan itu ke luar begitu saja dari mulutnya.
"Kau berbeda dari gadis lainnya. Itu alasan kenapa aku menyukaimu." Harry menjawab dengan tenang dan lancar. Taylor mengernyit. "Jawaban macam apa itu?" tanya Taylor, kurang puas akan jawaban yang Harry berikan.
"Kupikir, di peraturannya, kau berkata jika tidak ada yang boleh menginterupsi saat seseorang..." sebelum sempat Harry melanjutkan ucapan yang pasti sama persis dengan sebelumnya, Taylor segera memotongnya. "Baiklah, baiklah. Pertanyaan keempat dariku, ehm, kau bilang, kau tidak menyukai pembohong. Jika seorang yang sangat kau kenal baik, atau bahkan kau sayangi berbohong padamu, apakah yang akan kau lakukan?"
Harry mengangkat sebelah alisnya. "Aku benci pembohong dan aku akan melakukan apapun supaya si pembohong itu enyah dari hidupku." Wajah Taylor memucat mendengar ucapan Harry yang sangat tegas tersebut. Sial. Taylor merasa sangat ketakutan saat ini. Taylor jadi tak berani berbohong pada Harry.
Taylor menggelengkan kepalanya dan mulai memikirkan pertanyaan terakhir yang akan dia ajukan. Taylor berpikir sejenak sebelum sesuatu muncul dalam pikirannya. Taylor menatap Harry ragu-ragu sebelum bertanya, "siapa gadis yang kita temui di festival beberapa minggu lalu?"
Harry mengangkat sebelah alisnya. "Gadis yang mana?" Harry bertanya tak mengerti.
"Gadis yang mendapat perlakuan buruk darimu, padahal dia terlihat sangat ramah. Yang kita temui di festival." Taylor menjelaskan. Harry berpikir sejenak sebelum memahami siapa yang Taylor maksud.
"Namanya Jasmine Lime. Dia mantanku." Jawab Harry dengan sangat cepat. Taylor menahan nafas.
Jadi, itu mantan Harry? Gadis berwajah latin yang terlihat sangat mengagumkan. Gadis dengan kulit eksotis dan rambut hitam panjang yang sangat indah. Sangat berbanding terbalik dengan Taylor. Taylor memiliki kulit putih pucat dan rambut pirang panjang. Taylor dan Jasmine sangat berbeda. Taylor tak mengerti, apa yang membuat Harry berpaling dari gadis cantik nan seksi berwajah latin tersebut, kepada gadis polos yang selalu terlihat ceria tersebut.
"Bisakah kita mulai lagi? Sekarang, giliranku yang bertanya." Harry memecah keheningan sesaat tersebut. Taylor menganggukkan kepala dan meletakkan tangannya di atas meja.
Iris hijau indah itu menatap ke arah Taylor. Harry tersenyum tipis sesaat sebelum bertanya, "apa hobimu?" Pertanyaan yang sama persis seperti pertanyaan pertama Taylor tadi.
"Menulis, mendengarkan musik, bermain gitar dan travelling." Jawab Taylor.
"Musisi-musisi kesukaanmu?" tanya Harry lagi.
"James Taylor, Justin Timberlake, Beyonce, dan yang lainnya." Jawab Taylor dengan tenang lagi. Pertanyaan-pertanyaan Harry sejauh ini sangat mendasar. Taylor bisa menjawabnya tanpa berpikir panjang.
"First kiss?"
Taylor membulatkan mata saat mendengar ucapan tersebut. Harry menatapnya dengan raut serius. Apa? First kiss? Ciuman pertama? Taylor menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak, ini pertanyaan yang terlalu pribadi, pikir Taylor. Tapi, di peraturan yang Taylor buat, memang tidak dikatakan tentang pertanyaan-pertanyaan yang boleh ditanyakan. Lagipula, Taylor juga bertanya hal-hal pribadi Harry.
"Hei, jawab pertanyaanku," Harry memerintah. Taylor menarik nafas dan menghelanya perlahan. Taylor menggeleng lemah tanpa mengucapkan kalimat apapun. Harry mengangkat sebelah alisnya. "Apa maksudnya? Kau tidak mau menjawab pertanyaanmu atau..." belum sempat Harry melanjutkan ucapannya, Taylor sudah memotong dengan datar, "aku belum mendapatkan ciuman pertamaku dan ya, kau dapat menertawakanku. Mengingat aku sudah berusia 21 tahun saat ini."
Harry tersenyum tipis. Mendengar ucapan Taylor, sejujurnya Harry cukup terkejut tapi, dia juga tak begitu heran. Taylor sangat polos dan lugu. Bahkan, Harry tak yakin jika Taylor pernah berpacaran. Dia masih terlihat seperti anak-anak dan Harry berjanji, jika dia mendapati seseorang yang berani menyentuh Taylor, Harry akan terus mengejar orang itu hingga dia mendapat balasan yang tak pernah dia duga sebelumnya.
Harry berdeham. "Hal-hal yang kau sukai dan tidak kau sukai?" Harry mulai kembali bertanya, mencoba mengalihkan perhatian Taylor dari pertanyaan yang sebelumnya. Taylor menghela nafas. Raut wajahnya sangat lemas. Harry merutuki dirinya sendiri atas pertanyaannya tadi.
"Aku suka musik, kucing, travelling, merah, dan melakukan hal yang bisa membuat orang lain tersenyum. Yang tidak kusukai adalah laba-laba, eskargo, dan segala sesuatu berbau mistis." Taylor menjawab dengan malas-malasan. Harry mencoba memahami perubahaan mood Taylor tersebut.
"Pertanyaan terakhir, kau harus menjawabnya sejujur mungkin," Harry memperingatkan. Taylor menganggukkan kepala. Harry menarik nafas dan menghelanya sebelum bertanya, "apa kau menyukaiku?"
Taylor diam. Harry menunggu gadis itu menjawab. Beberapa puluh detik berlalu. Harry memberikan Taylor tatapan seakan dia ingin mendengar jawaban Taylor sekarang. Taylor menatap Harry ragu-ragu sebelum mulai buka suara, "Harry, aku...aku..."
"Mr. Styles."
Kedatangan seorang pria paruh baya dengan pakaian formalnya itu berhasil merusak suasana.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Control
FanfictionMungkin semua tahu. Tak ada yang dapat mengontrol seorang Harry Styles, sebelum Taylor Swift datang dan mengubah segalanya.