"Sepertinya, mereka sudah tertidur dan mereka lupa jika aku tak ada di dalam rumah." Ujar Taylor sambil melihat rumahnya yang sudah sangat gelap dari balik kaca mobil Harry. Harry ikut memperhatikan rumah keluarga Swift yang memang sudah terlihat sangat gelap. Penghuninya pasti sudah tertidur sangat pulas.
Taylor menyandarkan punggungnya dan meraih ponselnya. Taylor berdecak sebelum menoleh kepada Harry. "Kau tahu pukul berapa sekarang?" tanya Taylor. Harry dengan santainya mengedikkan bahu.
"Sudah pukul setengah dua belas malam, Harry! Setengah dua belas malam! Kenapa kau tak mengingatkanku saat kita mengobrol tadi?!" Taylor bertanya dengan nada kesal yang kentara. Harry diam walaupun, lagi-lagi dia ingin tertawa. Taylor terlihat sangat lucu saat kesal seperti ini.
Harry berdeham sebelum dengan normalnya berkata, "kau pikir aku berbicara denganmu sambil terus melihat ke arah jam?"
Taylor mengacak-acak rambutnya sendiri dengan frustasi. Kemudian, Taylor menguap dan sangat kentara jika dia mengantuk. "Orangtuaku tidak akan bisa dibangunkan, begitupun Austin. Jadi, di mana aku akan tidur? Aku sangat mengantuk dan besok, aku harus mencari hadiah untuk pesta pertunangan James!"
Harry memutar bola matanya dan mulai kembali menyalakan mesin mobilnya, melajukan mobil itu menjauhi area rumah Taylor dan membuat Taylor membulatkan matanya. "Hei, apa yang kau lakukan?!" tanya Taylor histeris. Harry menoleh sekilas ke arah gadis itu. "Diam, Taylor. Aku tahu kau mengantuk jadi, okay, tak usah berterima kasih karena aku akan memberikanmu tempat untuk bermalam."
Taylor kembali menguap sambil bertanya, "di mana?"
"Di hotel tempatku menginap tentu saja." Jawab Harry santai dan tak lama kemudian, mobil Harry berhenti tepat di halaman parkir hotel tempatnya menginap selama di Nashville. Harry menghela nafas lega dan menoleh kepada Taylor. Harry mendengus saat menyadari Taylor yang sudah tertidur di sana.
Harry ke luar terlebih dahulu dari mobilnya sebelum membukakan pintu mobil sisi Taylor dan meraih tubuh gadis itu. Harry menggendong Taylor bridal style sebelum menendang pintu mobilnya supaya tertutup. Setelah itu, Harry berjalan memasuki hotel, menuju ke kamarnya. Sesekali memperhatikan wajah malaikat Taylor yang tengah tertidur.
*****
Taylor terbangun dari tidur lelapnya. Gadis itu menggeliat perlahan sebelum menyadari sebuah keganjilan di sekelilingnya. Taylor langsung membuka matanya lebar-lebar dan bangkit duduk di ranjang. Matanya menatap sekelilingnya sebelum terhenti pada sesosok pria yang masih tertidur, di sampingnya. Harry Styles.
Taylor mengernyit dan segera menyingkir namun, tangan kekar Harry berhasil menjangkau pinggang Taylor dan membuat Taylor kembali terjatuh di ranjang. Taylor ketakutan setengah mati dan berbalik, menatap ke arah Harry yang masih memejamkan mata sambil berkata histeris, "lepaskan aku! Lepaskan aku atau kau akan membayar semuanya!" Namun, Harry tak melakukan apapun dan tangannya masih melingkar di pinggang Taylor. Bahkan, Harry malah menarik Taylor mendekat ke arahnya dan Taylor memukuli lengan Harry, masih sambil berteriak histeris, "jauhkan tanganmu dariku, Bodoh! Hei, lepaskan aku!"
Harry akhirnya membuka matanya dan tertawa terbahak-bahak melihat Taylor yang sudah sangat panik. Harry melepaskan tangannya dari pinggang Taylor dan Taylor segera menyingkir darinya dengan tangan yang menyilang di depan tubuhnya. Harry menghentikan tawanya dan tersenyum menggoda.
"Selamat pagi juga, Taylor." ujar Harry lembut seraya bangkit dari tidurnya dan duduk di tepi ranjang.
"Kenapa aku ada di sini?" tanya Taylor tanpa basa-basi. Taylor sesekali memastikan jika dia dan Harry masih berpakaian lengkap. Sadar jika mereka tidak melakukan apapun, Taylor menjatuhkan tangannya di sisi kanan dan kirinya, dengan sangat lega. Harry terkekeh.
"Kenapa kau sangat panik? Ini bukan kali pertama kita tidur berdua, kan? Maksudku, bukankah kita pernah tidur berdua di apartemenmu?" tanya Harry, menggoda. Taylor membulatkan matanya dan menggelengkan kepala. "Tidak, tidak. Kita tidak melakukan apapun!" Harry kembali tertawa mendengar ucapan Taylor tersebut. Harry bangkit berdiri dan berjalan mendekati Taylor. Taylor berjalan mundur hingga punggungnya menyentuh dinding.
Harry menyandarkan tangan kanan dan kirinya di sisi kanan dan kiri Taylor, mengunci gadis itu agar tak pergi ke manapun. Harry tersenyum menggoda. "Sayangnya, kita tak melakukan apapun setiap kali kita tidur berdua walaupun, aku berharap sesuatu yang lebih." Ujar Harry. Taylor menggeleng dan menggerakkan tangannya untuk mendorong dada Harry, agar Harry menjauh tapi, Harry jauh lebih kuat daripada Taylor.
Sebenarnya, Harry ingin sekali tertawa melihat ekspresi Taylor yang ketakutan. Taylor benar-benar lucu. Dia gadis polos dan terlalu lugu. Harry tak mengerti, bagaimana bisa dia terpikat pada tipikal gadis seperti ini.
"Taylor," Harry berbisik lembut seraya memajukan wajahnya, mendekati wajah Taylor. Taylor membeku saat wajah Harry semakin mendekat. Harry menyeringai sebelum memiringkan sedikit kepalanya, sehingga kini, bibir Harry berada sangat dekat dengan telinga Taylor.
"Won't you give me a morning kiss?"
Taylor membulatkan matanya dan segera menonjok dada Harry sehingga Harry menyingkir darinya. Harry benar-benar tak bisa menahan tawanya saat melihat Taylor saat ini. Wajah Taylor sangat memerah saat ini dan sangat lucu. Taylor mengerucutkan bibirnya.
"Aku harus pulang!" ucapan Taylor itu menghentikan tawa Harry. Harry masih menatap Taylor menggoda dan menganggukkan kepala.
"Aku akan mengantarmu pulang. Beri aku lima belas menit untuk bersiap, okay?" Harry mengedipkan sebelah matanya dan Taylor memutar bola matanya. "Terserah."
*****
"Tentu saja, tidak apa-apa, Harry. Aku justru merasa tenang saat tahu Taylor bersamamu. Aku yakin, kau pasti menjaga Taylor dengan sangat baik," Andrea berujar santai, sambil menuangkan sup buatannya ke mangkuk yang ada di hadapan Harry. Harry baru saja menjelaskan tentang alasan kenapa dia baru dapat mengantarkan Taylor pulang pagi ini dan Andrea langsung mengajak Harry dan Taylor masuk untuk sarapan.
Taylor menyatukan kedua alisnya, memberi tatapan protes atas udapan Ibunya namun, Andrea malah balas menatapnya galak. Taylor akhirnya mengalah dan memilih untuk menghabiskan menu sarapannya, begitupun Harry.
"Mom, setelah ini, aku akan membeli hadiah untuk James dan Emily. Mereka akan bertunangan malam ini." ujar Taylor, di sela-sela makannya. Andrea menoleh ke arah Taylor dan menganggukkan kepala. "Ah, ya. James datang dua hari sebelum kau tiba di Nashville dan dia mengundangmu. Sepertinya kau sudah bertemu lagi dengannya?"
Taylor mengangguk. "Aku sudah dua kali bertemu dengannya, sejak aku tiba di Nashville. Di restoran dekat hotel dan juga kemarin. Dia ikut pergi bersamaku, Karlie dan Abigail." Taylor menjelaskan dan mata Harry membulat. Jadi, kemarin Taylor menghabiskan waktu bersama James?
"Bagaimana jika kau pergi ke pesta pertunangan James bersama Harry, Taylor? Kau bisa mengajak Harry pergi sebagai partnermu, mengingat kau tak punya teman untuk pergi ke sana karena Karlie dan Abigail akan pergi dengan pasangan mereka masing-masing." Andrea menyarankan. Taylor dengan cepat menggelengkan kepala. "Tidak, Mom. Harry sepertinya tidak akan..." belum sempat Taylor melanjutkan ucapannya, Harry sudah memotong.
"Tentu saja aku bersedia menemani Taylor untuk datang ke pesta pertunangan itu. Bukankah tak baik, jika seorang gadis pergi ke pesta seorang diri?" Taylor menoleh ke arah Harry dan memberi Harry tatapan penuh protes. Harry hanya tersenyum penuh rahasia.
Andrea tersenyum lebar. "What a gentleman. Kalau begitu, kau harus pergi dengan Harry, Taylor. Harry juga perlu mengenal Nashville lebih dekat. Kau bisa memperkenalkan Harry pada teman-temanmu." Andrea kembali menyarankan. Taylor menggeleng. "Tidak, aku akan pergi sendiri."
Andrea memicingkan matanya. "Kau pergi bersama Harry atau kau tidak pergi sama sekali." Andrea memberi pilihan pada Taylor. Taylor membulatkan matanya. "Pilihan macam apa itu? Mom, ini pertunangan sahabatku, James! Mana mungkin aku tidak datang!"
Andrea mengangguk. "Kalau begitu, kau tidak punya pilihan lain, kan?" tanya Andrea. Taylor melirik sekilas ke arah Harry yang dengan tenang memakan supnya, seakan tak terjadi apapun di sekitarnya.
"Baiklah." Taylor berujar pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Control
FanficMungkin semua tahu. Tak ada yang dapat mengontrol seorang Harry Styles, sebelum Taylor Swift datang dan mengubah segalanya.